Jumat, 28 November 2008
Sebuah Doa yang Baik
Ada seorang anak bernama Ahmad. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Ahmad lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.
Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya.
Namun, sesaat sebelum mulai, Ahmad meminta waktu sebentar untuk berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan tang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!".
Dor. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. "Ayo..ayo... cepat..cepat, maju..maju", begitu teriak mereka. Ahha...sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan, Ahmad lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Ahmad. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Alhamdulillah, terima kasih."
Saat pembagian piala tiba. Ahmad maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Allah swt agar kamu menang, bukan?". Ahmad terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Ahmad.
Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Allah swt untuk menolongmu mengalahkan saudaramu yang lain. "Aku, hanya bermohon pada Allah swt, supaya aku tak menangis, jika aku kalah."
Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruangan.
Sumber : Aldakwah.org
Kamis, 30 Oktober 2008
Mereka Bilang Aku Gila
Aku menengok ke bawah, memutar wajahku sekitar 40 derajat, yah begitulah yang kupelajari di matematika, semua di ukur dengan derajat. Air laut itu mengalir deras. Aku ingat, semalam hujan memang deras. Beberapa potong kayu yang sudah tak utuh hanyut satu satu. Ada pohon pisang juga yang setengah tenggelam. Daun pisang! Aku jadi ingat sarapan nasi uduk bu..., bu..., ah siapa namanya, koq aku lupa ya, padahal hampir tiap pagi aku dapat sarapan telur mata sapi darinya. Kadang-kadanag aku juga dapat ayam rendang. Pernah sekali aku terlambat bangun, dan bergegas ke warung itu. Tapi aku terlambat, ibu itu sudah pulang. Aku tidak dapat nasi bungkus daun pisang pagi itu.
Em, aku sadar, mulutku sudah mengatup. Tidak lagi menganga menertawai air-air yang bergelombang di bawah sana. Tidak, aku tidak sedih koq! Suara motor semakin ramai di belakangku. Aku tau mereka yang lewat pasti memperhatikan aku. Atau ketika aku lewat di depan banyak orang, mereka pasti memperhatikan aku. Padahal aku bukan orang asing. Aku sama seperti mereka. Hanya saja kadang aku tertawa tanpa perlu mendapati hal yang menurut mereka lucu. Aku uniq kan??! Atau karena kadang aku berjalan dari pagi sampai sore dan tidak pernah merasa kelelahan. Atau karena aku berdiri di depan warung dan melihat lauk pauk itu minta dimakan oleh ku. Karena itu juga kupikir ibu yang selalu memberi aku nasi bungkus setiap pagi itu amatlah baik hati, ya karena ia selalu menuruti kemauan lauk pauk yang minta dimakan oleh manusia. Aku kan manusia. Tapi mengapa aku berbeda.. maksudku, mengapa mereka melihatku berbeda dengan yang lain..??!
Satu hal yang aku heran. Mereka bilang aku gila! Tapi aku tak percaya. Biar sajalah. Toh aku gila atau tidak, aku masih berjalan sama seperti mereka. Tidak kurang suatu apa pun. Kupikir gila atau tidak, itu tidak penting. TIDAK PENTING!.
Aku pernah dengar, katanya kebanyakan orang sukses itu adalah gila. Mereka banyak ide gila. Atau melakukan hal-hal gila. Atau mereka dianggap gila hanya karena punya pemikiran yang tak biasa. Bagaimana mungkin??! Tapi, aku ini bukan orang sukses. Tidak pernah melakukan hal-hal gila. Apalagi punya ideologi atau pemikiran yang..., yang..., yang gila... ah, aku malu menyebutkannnya. Tapi kalau orang-orang menganggap aku gila karena semua itu, kupikir aku hebat juga... nyehehe
Mereka bilang aku gila. Menurutmu, aku gila atau tidak??! Jawab ya! Hehe..
Kecewa yang Sakit
Ternyata sakit itu masih bercokol setia
Air matanya mengalir dan tak berhenti
Menangisi dirinya yang tak kuasa
Menangisi hatinya yang mendua
Mengapa harus mencoba
Bukankah telah nyata bahaya itu ada
Mengintai hati-hati yang tiada terjaga
Waktu telah menawan yang tak berdaya
Yang kalah, dan tergoda untuk mereka-reka
Terlalu sakit qada jika kau tak percaya
Tak kan kuat hati itu jika kau sendiri
Karena itulah kembali
Kembalilah pada asal hatimu
Dimana itu?
Hanya engkau yang tau
Dia memukul dada dengan kecewa
Air mata itu telah berhenti mengalir
Nanar, binar mata itu tiada
Seperti sesegukan itu telah mampu mengungkap semua
Berat, dan begitulah menguji dirinya
Sesaat, semua akan meredup
Dan tolonglah ia untuk kembali
Kembali mengumpulkan keping berserakan
Kembali mempersembahkan ketulusan yang pernah hilang maknanya
Kembali kepadaMu
hanya perkiraan saja
Pada sangka yang kukira telah baik
Pada sikap yang kukira telah sahaja
Pada niat yang kukira telah lurus
Pada pengorbanan yang kukira telah ikhlas
Tapi itu semua ternyata hanya perkiraan saja
Untuk duniaku seharusnya esok masih ada mentari
Untuk impian yang selangit, rehat itu tiada
Untuk akhiratku seharusnya inilah detik terakhir
Hidupku matiku seharusnya untukMu
Tapi hati yang tenteram itu tak selalu aman
Aku tau pengawasan itu tak pernah luput
Dan apa pun yang sebesar dzarah saja tercatat rapi
Karena itu aku takut
Bila kerlipan cinta ini meredup
Bila perjalanan terlalu jauh
Tanpa persimpangan atau perhentian
Mengkhawatirkan...
Karena itu aku butuh pertolongan
Pertolongan pertama di dunia
Perawatan di saat koma
Terapi untuk kesembuhan menguatkan
Pendampingan dalam perjalanan maha panjang
Dan aku hanya meminta kepadaMu
Hanya percaya kepadaMu, saja
Selasa, 28 Oktober 2008
Kapan Anda Butuh Vitamin Ekstra?
JIKA tak mendapat asupan vitamin dan mineral tertentu, tubuh akan menderita defisiensi. Jauh sebelum Anda mendapati tanda-tandanya, Anda berada di garis batas kekurangan vitamin dan mineral. Tak sedikit orang dewasa yang mengalaminya, terutama vitamin B12 yang menyebabkan anemia.
Anda berada di garis batas kekurangan vitamin jika:
1. Jarang mengonsumsi buah dan sayuran segar. Buah dan sayuran adalah sumber alami terbaik vitamin dan mineral.
2. Sedang melewati periode stres dan pekerjaan menumpuk. Karenanya pola makan Anda tak benar sehingga persediaan vitamin menipis. Stres juga menguras cadangan vitamin dan mineral dalam tubuh.
3. Baru sembuh atau dioperasi. Saat itu Anda tidak ingin makan, padahal Anda butuh vitamin dan mineral untuk mempercepat penyembuhan.
4. Punya penyakit kronis seperti asma dan diabetes. Kekurangan vitamin dan mineral mungkin dapat menyebabkan penyakit itu bertambah parah. Banyak pasien asma menderita kekurangan magnesium, sedangkan diabetesi kekurangan vitamin C. Penyakit kronis mengubah cara tubuh menyerap dan menggunakan vitamin serta mineral.
5. Hamil atau menyusui. Anda butuh ekstra vitamin dan mineral karena Anda memberikan sebagian jatah Anda untuk si jabang bayi.
6. Sedang depresi. Ketika tertekan, pola makan Anda tak benar. Itu bisa membuat depresi kian parah karena tubuh kekurangan vitamin dan mineral.
7. Merokok, karena rokok menguras kebutuhan vitamin, khususnya vitamin C.
8. Minum alkohol. Peminum berat sering berada di ambang batas kekurangan vitamin dan mineral, khususnya vitamin B
7 Pertanyaan Favorit Ayah & Ibu
Bila itu yang terjadi, jangan kelewat cemas. Anda tak sendirian, kok. Banyak orangtua memiliki pertanyaan seperti itu. Berikut deretan pertanyaan yang kerap dilontarkan orang tua yang berkaitan dengan masalah mendidik anak.
* Saya sangat mencintai anak-anak tapi, kok, rasanya susah banget jadi orangtua, ya?
Menjadi orangtua memang suatu anugerah dan kebahagiaan yang tak terkira, namun bukan pekerjaan mudah. Tak ada orangtua yang sempurna. Kita semua bisa membuat kesalahan. Bahkan orangtua yang mencintai anaknya pun, kadang melakukan hal-hal yang tak diinginkannya, seperti memukul anak atau menyebut anaknya dengan panggilan yang tak baik. Bila Anda merasa bermasalah dalam mengendalikan diri saat mendidik dan merawat anak, segera minta bantuan ke ahli.
* Kadang-kadang saya sangat frustrasi. Apakah ini wajar?
Ya, sangat wajar. Semua orangtua pasti pernah merasa frustrasi. Merawat anak-anak menyita waktu dan tenaga. Pekerjaan menjadi orangtua bisa sangat berat bila Anda mengalami masalah, seperti kekhawatiran soal pekerjaan, keuangan, atau soal hubungan suami-istri. Menjadi orangtua yang baik, berarti Anda harus dapat mengurus diri sendiri.
* Apa yang dapat saya lakukan bila saya frustrasi?
Istirahat. Setiap orang, sesekali, memerlukan waktu istirahat dari tugasnya sebagai orangtua. Bila ada orang dewasa lain di dalam keluarga Anda, sebaiknya minta bantuannya untuk menjaga anak dan Anda bisa istirahat. Misalnya, minta pasangan tinggal di rumah bersama anak-anak agar Anda dapat mengunjungi teman-teman. Pada akhir pekan, jika masih memiliki bayi, Anda berdua dapat secara bergantian untuk tidur larut malam. Bila Anda orangtua tunggal, minta keluarga atau teman dekat untuk membantu menjaga anak-anak saat Anda keluar rumah.
* Kadang saya sampai lepas kendali. Apakah itu berarti saya orangtua yang tidak baik?
Tidak. Banyak orangtua yang lepas kendali terhadap anak-anaknya. Wajar saja bila Anda marah, tetapi tidak wajar bila Anda melampiaskan kemarahan kepada mereka. Bila Anda sungguh-sungguh marah, istirahatlah. Misalnya, bawa anak-anak jalan-jalan atau panggil teman atau saudara untuk membantu Anda. Bila hampir setiap hari Anda marah pada anak atau memiliki masalah dalam mengendalikan temperamen Anda, minta bantuan ahlinya.
* Apakah wajar bila saya menampar anak?
Menampar bukanlah merupakan cara yang terbaik untuk mendisiplinkan anak-anak. Tujuan dari kedisiplinan adalah mengajarkan anak-anak agar dapat mengendalikan diri. Menampar mengajarkan pada anak-anak untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang tidak tepat dan hanya akan menimbulkan ketakutan.
* Bagaimana caranya agar saya dapat menjadi orangtua yang baik?
Tidak ada satu cara yang paling pas, tepat, dan benar untuk membesarkan anak. Dan tidak ada orangtua maupun anak yang sempurna. Tetapi berikut ini beberapa panduan untuk membantu anak-anak tumbuh sehat dan bahagia:
1. Perlihatkan cinta Anda. Setiap hari, katakan pada mereka, "Mama sayang kamu. Kamu sangat berarti bagi Mama." Berikan pelukan dan ciuman sebanyak mungkin.
2. Dengarkan bila mereka berbicara. Menjadi pendengar yang baik bagi anak-anak membuat mereka merasa dihargai dan merasa Anda tertarik pada apa yang mereka katakan serta ceritakan.
3. Ciptakan rasa aman. Berikan perasaan tenang bila mereka ketakutan. Tunjukkan pada mereka, Anda selalu ada dekat mereka untuk melindunginya.
4. Biasakan memberi aturan dalam kehidupan mereka. Atur dan tetapkan jadwal makan, tidur siang, dan tidur malam. Bila jadwal terpaksa harus diubah, katakan kepada mereka beberapa hari sebelumnya beserta alasannya.
5. Beri pujian. Bila anak belajar sesuatu yang baru atau berhasil dalam melakukan sesuatu, katakan pada mereka, betapa bangganya Anda pada mereka.
6. Kritik kelakukan buruknya, bukan si anak. Bila anak melakukan kesalahan, jangan katakan. "Kamu nakal!" Sebaliknya, jelaskan, apa yang dilakukan adalah salah. Sebaiknya katakan: "Berlari ke jalan raya tanpa diawasi sangat berbahaya, lho." Lalu ajarkan anak cara-cara menyeberang yang aman.
7. Harus konsisten. Aturan yang Anda buat tidak harus selalu sama dengan aturan yang dibuat oleh orangtua lain. Yang jelas, aturan tersebut harus jelas dan konsisten. Konsisten maksudnya tidak berubah-ubah. Bila dua orangtua membesarkan seorang anak, keduanya harus punya aturan yang sama. Dan tak lupa, pembantu, sanak keluarga, mengikuti aturan yang Anda tetapkan.
8. Luangkan waktu. Lakukan berbagai macam hal dan kegiatan bersama anak seperti membaca, jalan kaki, bermain, dan membersihkan rumah. Yang paling dibutuhkan oleh anak adalah perhatian. Bila anak nakal, melakukan perbuatan tak baik, biasanya merupakan cara mereka untuk menarik perhatian.
* Kepada siapa saya dapat bertanya bila memerlukan bantuan dalam membesarkan anak?
Berbagai macam cara bisa dilakukan untuk memperoleh nasihat menjadi orangtua yang baik. Ikuti seminar-seminar yang berhubungan dengan masalah ini. Banyak membaca buku dan majalah yang berhubungan dengan masalah orangtua dan anak. Anda juga dapat berkonsultasi dengan teman, kerabat, juga dokter. Jangan malu untuk bertanya. Membesarkan anak bukan pekerjaan yang mudah dan sulit untuk melakukannya sendirian.
sumber: www.kompas.com
Senin, 20 Oktober 2008
Bila Cinta Tak Berbalas
Oleh: Iwan Yanuar
Maaf Akhi, bukannya saya tidak menghormati permintaan akhi. Tapi rasanya kita cukup menjalin ukhuwah saja dalam perjuangan. Saya doakan semoga akhi menemukan pasangan lain yang lebih baik dari saya.�
Amboi, bagaimana rasanya bila kalimat di atas dialami oleh para ikhwan? Bisa saja langit terasa runtuh, hati berkeping-keping. Sang pujaan hati yang kita harapkan menjadi teman setia dalam mengarungi perjalanan hidup menampik khitbah kita. Segala asa yang pernah coba ditambatkan akhirnya karam. Cinta suci sang ikhwan bertepuk sebelah tangan.
Ya drama kehidupan menuju meghligai pelaminan memang beragam. Ada yang menjalaninya dengan smooth, amat mulus, tapi ada yang berliku penuh onak duri, bahkan ada yang pupus ditengah perjalanan karena cintanya tak bertaut dalam maghligai pernikahan.
Ini bukan saja dialami oleh para ikhwan, kaum akhwat pun bias mengalaminya. Bedanya, para ikhwan mengalami secara langsung karena posisi mereka sebagai subyek/pelaku aktif dalam proses melamar. Sehingga getirnya kegagalan cinta �seandainya memang terasa getir- langsung terasa. Sedangkan kaum akhwat perasaanya lebih aman tersembunyi karena mereka umumnya berposisi pasif, menunggu pinangan. Tapi manakala sang ikhwan yang didamba memilih berlabuh dihati yang lain kekecewaan juga merebak dihati mereka.
Mengambil sikap
Ikhwan dan akhwat rahimakumullah, siapapun berhak kecewa manakala keinginan dan cita-citanya tidak tercapai. Perasaan kecewa adalah bagian dari gharizatul baqa' (naluri mempertahankan diri) yang Allah ciptakan pada manusia. Dengannya, manusia adalah manusia bukan onggokan daging dan tulang belulang. Ia juga bukan robot yang bergerak tanpa perasaan, tapi manusia memiliki aneka emosi jiwa. Ia bisa bergembira tapi juga bisa kecewa.
Emosi negatif, seperti perasaan kecewa akibat tertolak, bukannya tanpa hikmah. Kesedihan akan memperhalus perasaan manusia, bahkan akan meningkatkan kepekaannya pada sesama. Bila dikelola dengan baik maka akan semakin matanglah emosi yang terbentuk. Tidak meledak-ledak lalu lenyap seketika. Ia akan siap untuk kesempatan berikutnya; kecewa ataupun bergembira. Jadi mengapa tidak bersyukur manakala kita ternyata bisa kecewa? Karena berarti kita adalah mansia seutuhnya.
Kegagalan meraih cinta juga bukan pertanda bencana. Tapi akan memberikan pelajaran beharga pada manusia. Seorang filsuf bernama John Charles Salak mengatakan : Orang-orang yang gagal dibagi menjadi dua; yaitu mereka yang berfikir gagal padahal tidak pernah melakukannya, dan mereka yang melakukan kegagalan dan tak penah memikirkannya.
Karenanya kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, tapi justru awal dari segala-galanya. Meski terdengar klise tapi ada benarnya; ambillah pelajaran dari sebuah kegagalan lalu buatlah perbaikan diri. Tentu saja itu dengan tetap mengimani qadla Allah SWT.
Agar kegagalan mengkhitbah tidak menjadi petaka, maka ikhwan dan akhwat, persiapkanlah diri sebaik-baiknya, ada beberapa langkah yang bisa diambil:
Percayai qadla
Manusia tidak suka dengan penolakan. Ia ingin semua keinginannya selalu terpenuhi. Padahal ditolak adalah salah satu bagian dari kehidupan kita. Kata seorang kawan, hidup itu adakaanya tidak bisa memilih. Perkataan itu benar adanya, cobalah kita renungkan, kita lahir kedunia ini tanpa ada pilihan; terlahir sebagai seorang pria atau wanita, berkulit coklat atau putih, berbeda suku bangsa, dsb. Demikian pula rezeki dan jodoh adalah hal yang berada di luar pilihan kita. Man propose, god dispose. Kita hanya bisa menduga dan berikhtiar, tapi Allah jua yang menentukan.
�Sesungguhnya salah seorang di antara kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam rahim ibunya selama 40 hari kemudian menjadi �alaqah kemudian menjadi janin, lalu Allah mengutus malaikat dan diperintahkannya dengan empat kata dan dikatakan padanya: �tulislah amalnya, rizkinya dan ajalnya.� (HR.Bukhari)
Maka kokohkanlah keimanan saat momen itu terjadi pada kita. Yakinilah skenario Allah tengah berlangsung, dan jadilah penyimak yang baik dengan penuh sangka yang baik padaNya. Tanamkan dalam diri kita �Allah Mahatahu yang terbaik bagi hamba-hambaNya'.
Jangan biarkan kekecewaan menggerogoti keimanan kita kepadaNya. Apalagi dengan terus menanamkan prasangka buruk padaNya. Segerahlah sadar bahwa ini adalah ujian dari Allah . akankah kita menerima qadla-Nya atau merutuknya?
Dengan demikian, fragmen yang pahit dalam kehidupan InsyaAllah akan memperkuat keyakinan kita bahwa Allah sayang pada kita. Demikian sayangnya, sampai-sampai Allah tidak rela menjodohkan kita dengan si fulan yang kita sangka sebagai pelabuhan cinta kita.
Bersiap untuk cinta dan bahagia
�Seandainya ukhti menjadi istri saya, saya berjanji akan membahagiakan ukhti,� demikian ungkapan keinginan para ikhwan terhadap akhwat yang akan mereka lamar. Puluhan, mungkin ratusan angan-angan kita siapkan seandainya si dia menerima pinangan cinta kita. Kita begitu siap untuk berbahagia dan membahagiakan orang lain. Sama seperti banyak orang yang ingin menjadi kaya, tenar dan dipuja banyak orang.
Sayang, banyak diantara kita yang belum siap untuk merasa kecewa. Dan ketika impian itu berakhir kita seperti terhempas. Tidak percaya bahwa itu bisa terjadi, ada akhwat yang �berani' menolak pinangan kita. Bila kurang waras, mungkin akan keluar ucapan, �berani-beraninya...� atau �apa yang kurang dari saya.....�
Akhi dan ukhti, jangan biarkan angan-angan membuai kita dan membuat diri menjadi tulul amal, panjang angan-angan. Sadarilah semakin tinggi angan membuai kita, semakin sakit manakala tak tergapai dan terjatuh. Ambillah sikap simbang setiap saat; bersiap diri menjadi senang sekaligus kecewa. Sikap itu akan menjadi bufferl penyangga mental kita, apapun yang terjadi kelak.
Manakala kenyataan pahit yang ada di depan mata, sang akhwat menolak khitbah kita atau sang ikhwan memilih �bunga' yang lain, hati ini tidak akan tercabik. Yang akan datang adalah keikhlasan dan sikap lapang dada. Demikian pula saat ia menjatuhkan pilihannya pada kita, hati ini akan bersyukur padaNya karena doa terkabul, keinginan menjadi kenyataan.
� Menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya urusannya seluruhnya baik dan tidaklah hal itu dimiliki oleh seseorang kecuali bagi seorang mukmin. Jika mendapat nikmat ia bersyukur maka hal itu baik baginya, dan jika menderita kesusahan ia bersabar maka hal itu lebih baik baginya.� (HR. Muslim)
Bukan Aib
Ditolak? Emang enak! Wah, mungkin demikian pikiran sebagian ikhwan. Malu, kesal dan kecewa menjadi satu. Tapi itulah bentuk �perjuangan' menuju pernikahan. Kita tidak akan pernah tahu apakah sang pujaan menerima atau menolak kita, kecuali setelah mengajukan pinangan padanya. Manakala ditolak tidak usah malu, bukan cuma kita yang pernah ditolak, banyak ikhwan yang �senasib' dan �sependeritaan'.
Saatnya berjiwa besar ketika ditolak. Tidak perlu merasa terhina. Demikian pula saat banyak orang tahu hal itu. Bukankah apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang benar? Mengapa mesti malu.
�Kita mungkin takkan Bahagia'
Marah-marah karena lamaran tertolak? Mendoakan keburukan pada ikhwan yang tidak mencintai kita? Itu bukan sikap seorang muslim/muslimah yang baik. Tidak ada yang bisa melarang seseorang untuk jatuh cinta maupun menolak cinta. Sebagaimana kita punya hak untuk mencintai dan melamar orang, maka ada pula hak yang diberikan agama pada orang lain untuk menolak pinangan kita. Bahkan dalam kehidupan rumah tangga pun seorang suami dan istri diberikan hak oleh Allah SWT. Untuk membatalkan sebuah ikatan pernikahan.
Mengapa ada hak penolakan cinta yang diberikan Allah pada kita? Bahkan dalam pernikahan ada pintu keluar �perceraian'? jawabannya adalah sangat mungkin manusia yang jatuh cinta atau setelah membangun rumah tangga, ternyata tak kunjung memperoleh kebahagiaan ( al hanaah ) dari pasangannya, maka tiada guna mempertahankan sebuah bahtera rumah tangga bila kebahagiaan dan ketentraman tak dapat diraih. Wallahu'alam bi ash shawab
�Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.� ( Al-Baqarah[2]:229 )
Berpikir positiflah manakala cinta tak berbalas. Belum tentu kita memperoleh kebahagiaan bila hidup bersamanya. Apa yang kita pandang baik secara kasat mata, belum tentu berbuah kebaikan di kemudian hari.
Adakalanya keinginan untuk hidup bersama orang yang kita idamkan begitu menggoda. Tapi bila ternyata cinta kita bertepuk sebelah tangan, untuk apa semua kita pikirkan lagi? Allah Maha Pangatur, ia pasti akan mempertemukan kita dengan orang yang memberikan kebahagiaan seperti yang kita angankan. Bahkan mungkin lebih dari yang kita harapkan.
Be positive thinking, suatu hari kelak ketika antum telah menikah dengan orang lain �bukan dengan si dia yang antum idamkan- niscaya antum takjub dengan kebahagiaan yang antum rasakan. Percayalah banyak orang yang telah merasakan hal demikian.
�Saya tak mungkin berbahagia tanpanya'
ini adalah perangkap, ia akan memenjarakan kita terus menerus dalam kekecewaan. Perasaan ini juga menghambat kita untuk mendapatkan kesempatan berbahagia dengan orang lain. Mereka yang terus menerus mengingat orang yang pernah menolaknya, dan masih terbius dengan angan-angannya sebenarnya tengah menyiksa perasaan mereka sendiri dan menutup peluang untuk bahagia.
Mari berpikir jernih, untuk apa memikirkan orang lain yang sudah menjalani kehidupannya sendiri? Jangan biarkan orang lain membatalkan kebahagiaan kita. Diri kitalah yang bisa menciptakannya sendiri. Untuk itu tanamkan optimisme dan keyakinan terhadap qadla Allah SWT. Insya Allah, akan ada orang yang membahagiakan kita kelak.
Cinta membutuhkan waktu
�maukah ukhti menjadi istri saya? Saya tunggu jawaban ukhti dalam waktu 1 X 24 jam!� Masya Allah, cinta bukanlah martabak telor yang bisa di tunggu waktu matangnya. Ia berproses, apalagi berbicara rumah tangga, pastinya banyak pertimbangan-pertimbangan yang harus dipikirkan. Ada unsur keluarga yang harus berperan. Selain juga ada pilihan-pilihan yang mungkin bisa diambil.
Jadi harap dipahami bila kesempatan datangnya cinta itu menunggu waktu. Seorang akhwat yang akan dilamar �contoh extrim pada kasus diatas- bisa jadi tidak serta merta menjawab. Biarkanlah ia berpikir dengan jernih sampai akhirnya ia melahirkan keputusan. Jadi cara berpikir seperti di atas sebenarnya lebih cocok dimiliki anggota tim SWAT ketimbang orang yang berkhitbah
Ideal bagus, Tapi realistik adalah sempurna
�Suami yang saya dambakan adalah yang bertanggungjawab pada keluarga, giat berdakwah dan rajin beribadah, cerdas serta pengertian, penyayang, humoris, mapan dan juga tampan.� Itu mungkin suami dambaan Anda duhai Ukhti . tapi jangan marah bila saya katakan bahwa seandainya kriteria itu adalah harga mati yang tak tertawar, maka yang ukhti butuhkan bukanlah seorang ikhwan melainkan kitab-kitab pembinaan. Kenyataannya tidak ada satupun lelaki didunia ini yang bisa memenuhi semua keinginan kita. Ada yang mapan tapi kurang rupawan, ada yang rajin beribadah tapi kurang mapan, ada yang giat dakwah dakwah tapi selalu merasa benar sendiri, dsb.
Ini bukan berarti kita tidak boleh memiliki kriteria bagi calon suami/istri kita, lantas membuat kita mengubah prinsip menjadi �yang penting akhwat� atau �yang penting ikhwan�. Tapi realistislah, setiap menusia punya kekurangan � sekaligus kelebihan. Mereka yang menikah adalah orang-orang yang berani menerima kekurangan pasangannya, bukan orang-orang yang sempurna. Tapi berpikir realistis terhadap orang yang akan melamar kita, atau yang akan kita lamar, adalah kesempurnaan
Maka doa kita kepada Allah bukanlah,�berikanlah padaku pasangan yang sempurna� tetapi �ya Allah, karuniakanlah padaku pasangan yang baik bagi agamaku dan duniaku.�
Kekuatan Ruhiyah
Percaya diri itu harus, tapi overselfconfidence adalah kesalahan. Jangan terlalu percaya diri akhi bahwa lamaran antum diterima. Jangan juga terlalu yakin ukhti, bahwa sang pujaan akan datang ke rumah anti. Perjodohan adalah perkara gaib. Tanpa ada seorang pun yang tahu kapan dan dengan siapa kita akan berjodoh. Cinta dan berjodohan tidak mengenal status dan identifikasi fisik. Bukan karena ukhti cantik maka para ikhwan menyukai ukhti. Juga bukan karena akhi seorang hamalatud da'wah lalu setiap akhwat mendambakannya.
Kita tidak bisa mengukur kebahagiaan orang lain menurut persepsi kita. Bukankah sering kita melihat seseorang yang menurut kita �luar biasa� berjodoh dengan yang �biasa-biasa'. Seperti seringnya kita melihat pasangan yang ganteng dan cantik, populer tapi kemudian berpisah. Inilah rahasia cinta dan perjodohan, tidak bisa terukur dengan ukuran-ukuran manusia
Maka landasilah rasa percaya diri kita dengan sikap tawakal kepada Allah. Kita berserah diri kepadaNya akan keputusan yang ia berikan. Jauhilah sikap takkabur dan sombong. Karena itu semua hanya akan membuat diri kita rendah dihadapan Allah dan orang lain. Intinya saya bermaksud mengatakan �jangan ke-ge-er-an' dengan segala title dan atribut yang melekat pada diri kita.
Beri cinta kesempata (lagi)
�..........dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.� ( QS. Yusuf[12]:87 )
bersedih hati karena gagal bersanding dengan dambaan hati wajar adanya. Tapi bukan alasan untuk menyurutkan langkah berumah tangga. Dunia ini luas, demikian pula dengan orang-orang yang mencintai kita. Kegagalan cinta bukan berarti kita tidak berhak bahagia atau tidak bisa meraih kebahagiaan. Bila hari ini Allah belum mempertemukan kita dengan orang yang kita cintai, insyaAllah ia akan datang esok atau lusa, atau kapanpun ia menghendaki, itu adalah bagian dari kekuasaanNya
cinta juga berproses. Ia membutuhkan waktu. Ia bisa datang dengan cepat tak terduga atau mungkin tidak seperti yang kita harapkan. Ada orang yang dengan cepat berumah tangga, tapi ada pula yang merasakan segalanya berjalan lambat, namun tidak pernah ada kata terlambat untuk merasakan kebahagiaan dalam pernikahan. Beri kesempatan diri kita untuk kembali merasakan kehangatan cinta. � love is knocking outside the door.' Kata musisi Tesla dalam senandung love will find a way. Tidak pernah ada kata menyerah untuk meraih kebahagiaan dalam naungan ridhoNya. Yang pokok, ikhwan atau akhwat yang kelak akan menjadi pasangan kita adalah mereka yang dirihoi agamanya.
�jika melamar kepada kalian seseorang yang kalian ridho agamanya dan akhlaknya maka nikahkanlah ia, bila kalian tidak melakukannya maka akan ada fitnah di muka bumi dan kerusakan yang nyata� (HR. Turmudzi)
� Wanita dinikahi karena satu dari tiga hal; dinikahi karena hartanya, dinikahi karena kecantikannya, dinikahi karena agamanya. Maka pilihlah yang memiliki agama dan akhlak (mulia) niscaya selamat dirimu.� (HR.Ahmad
Menghias hati dengan menangis
Oleh : Muhammad Nuh
"Andai kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis." (HR. Bukhari dan Muslim)
Indahnya hidup dengan celupan iman. Saat itulah terasa bahwa dunia bukan segala-galanya. Ada yang jauh lebih besar dari yang ada di depan mata. Semuanya teramat kecil dibanding dengan balasan dan siksa Allah swt.
Menyadari bahwa dosa diri tak akan terpikul di pundak orang lain
Siapa pun kita, jangan pernah berpikir bahwa dosa-dosa yang telah dilakukan akan terpikul di pundak orang lain. Siapa pun. Pemimpinkah, tokoh yang punya banyak pengikutkah, orang kayakah. Semua kebaikan dan keburukan akan kembali ke pelakunya.
Maha Benar Allah dengan firman-Nya dalam surah Al-An'am ayat 164. "...Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan."
Lalu, pernahkah kita menghitung-hitung dosa yang telah kita lakukan. Seberapa banyak dan besar dosa-dosa itu. Jangan-jangan, hitungannya tak beda dengan jumlah nikmat Allah yang kita terima. Atau bahkan, jauh lebih banyak lagi.
Masihkah kita merasa aman dengan mutu diri seperti itu. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun mampu menjamin bahwa esok kita belum berpisah dengan dunia. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun bisa yakin bahwa esok ia masih bisa beramal. Belumkah tersadar kalau kelak masing-masing kita sibuk mempertanggungjawabkan apa yang telah kita lakukan.
Menyadari bahwa diri teramat hina di hadapan Yang Maha Agung
Di antara keindahan iman adalah anugerah pemahaman bahwa kita begitu hina di hadapan Allah swt. Saat itulah, seorang hamba menemukan jati diri yang sebenarnya. Ia datang ke dunia ini tanpa membawa apa-apa. Dan akan kembali dengan selembar kain putih. Itu pun karena jasa baik orang lain.
Apa yang kita dapatkan pun tak lebih dari anugerah Allah yang tersalur lewat lingkungan. Kita pandai karena orang tua menyekolah kita. Seperi itulah sunnatullah yang menjadi kelaziman bagi setiap orang tua. Kekayaan yang kita peroleh bisa berasal dari warisan orang tua atau karena berkah lingkungan yang lagi-lagi Allah titipkan buat kita. Kita begitu faqir di hadapan Allah swt.
Seperti itulah Allah nyatakan dalam surah Faathir ayat 15 sampai 17, "Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah."
Menyadari bahwa surga tak akan termasuki hanya dengan amal yang sedikit
Mungkin, pernah terangan-angan dalam benak kita bahwa sudah menjadi kemestian kalau Allah swt. akan memasukkan kita kedalam surga. Pikiran itu mengalir lantaran merasa diri telah begitu banyak beramal. Siang malam, tak henti-hentinya kita menunaikan ibadah. "Pasti, pasti saya akan masuk surga," begitulah keyakinan diri itu muncul karena melihat amal diri sudah lebih dari cukup.
Namun, ketika perbandingan nilai dilayangkan jauh ke generasi sahabat Rasul, kita akan melihat pemandangan lain. Bahwa, para generasi sekaliber sahabat pun tidak pernah aman kalau mereka pasti masuk surga. Dan seperti itulah dasar pijakan mereka ketika ada order-order baru yang diperintahkan Rasulullah.
Begitulah ketika turun perintah hijrah. Mereka menatap segala bayang-bayang suram soal sanak keluarga yang ditinggal, harta yang pasti akan disita, dengan satu harapan: Allah pasti akan memberikan balasan yang terbaik. Dan itu adalah pilihan yang tak boleh disia-siakan. Begitu pun ketika secara tidak disengaja, Allah mempertemukan mereka dengan pasukan yang tiga kali lebih banyak dalam daerah yang bernama Badar. Dan taruhan saat itu bukan hal sepele: nyawa. Lagi-lagi, semua itu mereka tempuh demi menyongsong investasi besar, meraih surga.
Begitulah Allah menggambarkan mereka dalam surah Albaqarah ayat 214. "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?' Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat."
Menyadari bahwa azab Allah teramat pedih
Apa yang bisa kita bayangkan ketika suatu ketika semua manusia berkumpul dalam tempat luas yang tak seorang pun punya hak istimewa kecuali dengan izin Allah. Jangankan hak istimewa, pakaian pun tak ada. Yang jelas dalam benak manusia saat itu cuma pada dua pilihan: surga atau neraka. Di dua tempat itulah pilihan akhir nasib seorang anak manusia.
"Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya." (QS. 80: 34-37)
Mulailah bayang-bayang pedihnya siksa neraka tergambar jelas. Kematian di dunia cuma sekali. Sementara, di neraka orang tidak pernah mati. Selamanya merasakan pedihnya siksa. Terus, dan selamanya.
Seperti apa siksa neraka, Rasulullah saw. pernah menggambarkan sebuah contoh siksa yang paling ringan. "Sesungguhnya seringan-ringan siksa penghuni neraka pada hari kiamat ialah seseorang yang di bawah kedua tumitnya diletakkan dua bara api yang dapat mendidihkan otaknya. Sedangkan ia berpendapat bahwa tidak ada seorang pun yang lebih berat siksaannya daripada itu, padahal itu adalah siksaan yang paling ringan bagi penghuni neraka." (HR. Bukhari dan Muslim)
Belum saatnyakah kita menangis di hadapan Allah. Atau jangan-jangan, hati kita sudah teramat keras untuk tersentuh dengan kekuasaan Allah yang teramat jelas di hadapan kita. Imam Ghazali pernah memberi nasihat, jika seorang hamba Allah tidak lagi mudah menangis karena takut dengan kekuasaan Allah, justru menangislah karena ketidakmampuan itu.
Rencana Tuhan itu Indah
Ketika aku masih kecil, waktu itu ibuku sedang menyulam sehelai kain. Aku yang sedang bermain di lantai, melihat ke atas dan bertanya, apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang menyulam sesuatu di atas sehelai kain. Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa yang kulihat dari bawah adalah benang ruwet.
Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut: "Anakku, lanjutkanlah permainanmu, sementara ibu menyelesaikan sulaman ini; nanti setelah selesai, kamu akan kupanggil dan kududukkan di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas."
Aku heran, mengapa ibu menggunakan benang hitam dan putih, begitu Semrawut menurut pandanganku. Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara ibu memanggil; " anakku, mari kesini, dan duduklah di pangkuan ibu. "
Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah, dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya, karena dari bawah yang aku lihat hanyalah benang-benang yang ruwet.
Kemudian ibu berkata:"Anakku, dari bawah memang nampak ruwet dan kacau, tetapi engkau tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan, sebuah pola, ibu hanya mengikutinya.
Sekarang, dengan melihatnya dari atas kamu dapat melihat keindahan dari apa yang ibu lakukan.
Sering selama bertahun-tahun, aku melihat ke atas dan bertanya kepada Allah; "Allah, apa yang Engkau lakukan? " Ia menjawab: " Aku sedang menyulam kehidupanmu." Dan aku membantah," Tetapi nampaknya hidup ini ruwet, benang-benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna yang cerah?"
Kemudian Allah menjawab," Hambaku, kamu teruskan pekerjaanmu, dan Aku juga menyelesaikan pekerjaanKu di bumi ini. Satu saat nanti Aku akan memanggilmu ke sorga dan mendudukkan kamu di pangkuanKu, dan kamu akan melihat rencanaKu yang indah dari sisiKu."
Selasa, 14 Oktober 2008
Dont Need to Say
It doesnt make things change
Kebohongan itu tak memerlukan lagi kejujuranku
Kenyataan lah yang telah menggugurkan semua syaratnya
Dan aku tak perlu melakukan apa apa lagi
Sekalipun cuma sekedar membela diri
Tak perlu
So, I’ll just try to fall assleep
Even if my eyes want to stay awake
Let my eyes close please!
I need this rest
Let my eyes close please!
Let the hidden tears flow
I really dont know what to say
And I really dont need to say a thing
So, let me close my eyes and drop my tears
If it could tell you anything
Anything u dont need no know more
So, Let's Forget It All
Itu bukan kata-kata yang mungkin lagi kau dengar
Sekalipun aku tak pernah mengatakannya
Tak ada guna lagi mengucapkannya
Kapan pun itu
Betapa gemintang itu semua kupetik
Dan keberikan untukmu
Tak akan mengubah apa pun lagi
Aku merasa sangat tenang
Setenang hati mu saat ini
Aku merasa baik-baik saja
Sebaik kondisi jiwamu yang tenteram
Aku juga bahagia
Seperti seluruh dirimu yang bersorak
Kudengar sorai nya sampai kemari
Hingga kini
Katakanlah,
Gundah itu sudah pergi bukan?
Hanya ada aku dan sepi
Dan aku tak ingin memaknai apa pun
Kecuali itu membuat semuanya lebih baik
Katakanlah,
Kini aku boleh kemanapun bukan?
Karena dia telah pasti ada untukmu
Menemani dan menjadi curahan hati yang nyata
Memberi betik bahagia dan membuatmu tenteram
Jangan,
Aplologize itu tidak perlu
Thank you,
simpan untukmu
Sedihku
Sedihmu
Dua hal yang tak mungkin satu
Mari kita lupakan saja
Segala sesuatu yang membuat kita mengingat sedih itu
Minggu, 12 Oktober 2008
Sandaran Hati; Letto
Di hampa tanpa tepi
Bolehkah aku
MendengarMu
Terkubur dalam emosi
Tanpa bisa bersembunyi
Aku dan nafasku
MerindukanMu
Terpuruk ku di sini
Teraniaya sepi
Dan ku tahu pasti
Kau menemani
Dalam hidupku
Kesendirianku
Teringat ku teringat
Pada janjiMu ku terikat
Hanya sekejap ku berdiri
Kulakukan sepenuh hati
Peduli ku peduli
Siang dan malam yang berganti
Sedihku ini tak ada arti
Jika Kaulah sandaran hati
Kaulah sandaran hati
Sandaran hati
Inikah yang Kau mau
Benarkah ini jalanMu
Hanyalah Engkau yang ku tuju
Pegang erat tanganku
Bimbing langkah kakiku
Aku hilang arah
Tanpa hadirMu
Dalam gelapnya
Malam hariku
Memiliki Kehilangan; Letto
Walau sudah tak ada
Hatimu tetap merasa masih memilikinya
Rasa kehilangan hanya akan ada
Jika kau pernah memilikinya
Pernahkah kau mengira kalau dia kan sirna
Walau kau tak percaya dengan sepenuh jiwa
Rasa kehilangan hanya akan ada
Jika kau pernah memilikinya
Peterpan - Menghapus Jejakmu
lelah hati perhatikan sikapmu
jalan pikiran mu buat ku ragu
tak mungkin ini tetap bartahan
perlahan mimpi terasa mengganggu
kucoba untuk terus menjauh
perlahan hati ku terbelenggu
ku coba untuk lanjutkan kan hidup
engkau bukan lah segalaku
bukan tempat tuk menghentikan langkahku
usai sudah semua berlalu
biar hujan menghapus jejakmu
teruskan langkah melupakanmu
lelah hati perhatikan sikapmu
jalan pikiran mu buat ku ragu
tak mungkin ini tetap bertahan
perlahan mimpi terasa mengganggu
kucoba tuk terus menjauh
perlahan hati ku terbelenggu
ku coba untuk lanjutkan hidup
engkau bukan lah segalaku
bukan tempat tuk hentikan langkahku
usai sudah semua berlalu
biar hujan menghapus jejakmu
lepaskan segala nya 2x….
engkau bukan lah segalaku
bukan tempat tuk hentikan langkahku
usai sudah semua berlalu
biar hujan menghapus jejakmu @2x
na…na …na
Jumat, 26 September 2008
Belajar Dari Pola Pengasuhan Anak di Jepang
Di sebuah shopping arcade di pusat kota Kyoto, saat sedang menikmati segelas cappucino sambil mengamati orang berbelanja, tiba-tiba saya dikejutkan suara keras tangisan anak kecil. Rupanya ada gadis kecil berumur 4 tahunan tersandung dan jatuh. Lututnya berdarah. Kami heran ketika melihat respons ibunya yang hanya berdiri sambil mengulurkan tangan ke arah gadis kecilnya tanpa ada kemauan untuk segera meraih anaknya. Cukup lama. Beberapa menit adegan ini berlangsung. Si ibu tetap sabar dan keras hati untuk menunggu anaknya menyelesaikan sendiri rasa shock dan sakitnya. Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya si gadis kecil mulai berusaha berdiri lagi, dan dengan bantuan kecil tangan ibunya dia kembali berdiri. Masih sambil terisak-isak ia pun berjalan lagi.
Dalam benak saya waktu itu, kok tak punya hati ibu si gadis kecil ini? Tega membiarkan anaknya dalam kondisi kesakitan. Ingatan langsung terbang ke Indonesia. Jika kejadian yang sama terjadi di Kota Jakarta ataupun Yogyakarta, saya yakin si ibu pasti akan langsung meraih dan menggendong untuk menenangkan anaknya.
Dari adegan itu, bisa kita bayangkan perbedaan cara pengasuhan anak Jepang dan anak Indonesia. Dari pengamatan saya selama hampir setahun tinggal di Jepang, anak Jepang cenderung dibiasakan dari kecil untuk mengatasi berbagai kesulitan sendiri, sementara anak Indonesia selalu disediakan asisten untuk mengatasi kesulitannya. Babysitter atau pembantu rumah tangga pun tidak ada dalam kebiasaan keluarga-keluarga di Jepang. Sebaliknya di Indonesia, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan lain-lain kehadiran mereka wajib ada sebagai asisten keluarga maupun sebagai asisten anak-anaknya.
Dalam sebuah studi perbandingan yang dilakukan oleh Heine, Takata dan Lehman pada tahun 2000 yang melibatkan responden dari mahasiswa Jepang dan mahasiswa Kanada dinyatakan bahwa mahasiswa Jepang lebih tidak peduli dengan inteligensi dibandingkan orang Kanada. Hal ini disebabkan orang Jepang lebih menghargai prestasi didasarkan pada usaha keras daripada berdasarkan kemampuan inteligensi. Artinya, bagi orang Jepang kemauan untuk menderita dan berusaha keras menjadi nilai yang lebih penting daripada kemampuan dasar manusia seperti inteligensi.
Dalam keseharian dengan mudah kita dapat menyaksikan mereka selalu berjalan dalam ketergesaan karena takut kehilangan banyak waktu, disiplin dan selalu bekerja keras. Suasana kompetitif dan kemauan untuk menjadi yang lebih baik (yang terbaik) sangat menonjol. Studi ini juga menemukan bahwa orang Jepang memiliki budaya kritik diri yang tinggi, mereka selalu mencari apa yang masih kurang di dalam dirinya. Untuk kemudian mereka akan segera memperbaiki diri.
Lain lagi Indonesia, yang saat ini terjebak dalam kesalahan umum di mana hasil akhir menjadi segala-galanya. Hasil akhir lebih dihargai dibandingkan usaha keras. Tengok saja kompetisi yang terjadi dari anak usia sekolah tingkat SD hingga perguruan tinggi untuk mendapatkan nilai kelulusan yang tinggi. Guru, orang tua maupun masyarakat umum selalu menekan anak untuk mendapatkan nilai kelulusan yang tinggi, sehingga mereka pun menghalalkan segala cara. Kita baca di koran polisi menangkap para guru karena berlaku curang dalam ujian nasional, sementara di tempat lain orang tua membeli soal ujian, siswa menyontek dan lain sebagainya.
Pola pengasuhan ini, pada gilirannya pasti berperan besar dalam pembentukan karakter anak dalam perkembangan berikutnya. Oleh karenanya, memberi kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk mengembangkan semua potensinya adalah satu prinsip dasar dari satu pola pengasuhan yang sangat baik bagi pembentukan karakter anak. Orang tua, asisten, atau pun orang yang lebih dewasa jangan mengambil alih tanggung jawab anak.
Sebagai contoh, beri kesempatan pada anak untuk belajar makan secara benar dengan tangannya sendiri sejak dia mampu memegang sendok. Jangan diambil alih hanya karena alasan akan membuat kotor. Atau beri kesempatan pada anak untuk menghadapi dunia sekolah pertama kali tanpa banyak intervensi dari pengasuh maupun orang tua. Memberi rasa aman pada anak memang penting jika diberikan pada saat yang tepat. Tetapi menunggui anak selama dia belajar di sekolah adalah pemberian rasa aman yang tidak perlu. Momen ini adalah momen penting bagi anak untuk belajar menghadapi dunia di luar rumah tanpa bantuan langsung orang-orang di sekitarnya.
Pengalaman anak merasa mampu menghadapi persoalan dengan kemampuannya sendiri akan menumbuhkan kepercayaan diri. Oleh karena itu, orang tua sebaiknya membatasi diri hanya menjadi partner diskusi yang membantu anak menemukan berbagai kemungkinan solusi. Orang tua kadang harus berteguh hati membiarkan anak mengalami rasa sakit, menderita, dan rasa tertekan dalam isi dan porsi yang tepat, karena hal itu akan sangat baik untuk perkembangan mental anak.
Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang siap menghadapi tantangan hidup dan tidak mudah menyerah. Hargai anak bukan dari hasil akhirnya melainkan dari proses perjuangannya. Anak perlu diberi pembelajaran (dan juga orang tua perlu belajar) untuk bisa menikmati dan menghargai proses, meskipun proses seringkali tidak nyaman.
Dr. Christina Siwi Handayani, Staf Pengajar Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta (www.kompas.com)
nah, begitulah... :)
Jumat, 05 September 2008
AJSR oh AJSR...
Diriku sebagai produser memang tidak sendirian. Ada tim di sana. Ada Lidya, Ian, Zaki, Kiki, dan Nawir, juga Fadin, Iman, dan Alam. Pun kru-kru yang lain mencoba membantu untuk hal-hal teknis yang memang tidak banyak yang mengerti, seperti bang Yayan dan bang Abeng, thanks all!
Memasuki hari megang, baru ada 6 tempat yang sudah positif menerima tawaran peliputan. Artinya masih ada lebih dari 8 undangan yang harus disebar untuk melengkapi 14 edisi AJSR. Padahal program akan mulai kurang dari seminggu. Begitulah, persiapan yang terburu dan tidak matang. Tidak ada gunanya bertanya siapa yang salah. Yang pasti sebagai produser yang seharusnya mengkoordinasikan seluruh tim, mungkin, aku telalu lamban, banyak menunda, dan tidak mengkomunikasikan kesulitan, masih mengerjakan benyak hal sendirian padahal kita punya tim! Masih segan meminta tolong, padahal semua memang sebaiknya dilibatkan.
Tidak tenang, sudah pasti. Bagaimana aku bisa tenang? Dan seharusnya aku tidak melihat ini sebagai beban. Tapi terlanjur, terlanjur menganggap ini sebagai beban, jadinya terasa sulit dan kepayahan. Mulanya aku merencanakan semusim Ramadhan yang tenang dengan Analisis 1 dan Skripsi. Juga ingin memanfaatkan momen untuk lebih banyak waktu di rumah dan mencoba banyak hal di dapur. Dan tentu masih banyak lagi. Dan seperti yang sudah kuduga, AJSR menyita semua perhatianku di hari-hari pertama Ramadhan.
Sudahlah tidak perlu panjang ngomel! Kembali ke AJSR. Secara reguler program ini berupa recorading. Tapi ketika rapat program Ramadhan lalu, tercetus supaya kita buatkan ini live. Tidak ingat lagi siapa yang usul. Kalau ini tetap dibuat dalam versi pre record, segala sesuatu bisa dimulai jauh hari sebelum Ramdhan. Artinya ada 14 edisi yang harus di selesaikan sebelum ramadhan masuk. Itu pun kalau putar selama 14 edisi. Kalo putar dari Ramadhan pertama, wow, lebih banyak lagi tentunya.
Jadwa Analisis belum tau kapan. Pertemuan dengan pak Taufik belum lagi yang kedua kalinya. Entah kapan akan dimulai. Muda-mudahan aku tidak menambah daftar dosen yang tidak percaya.
Sudahlah! Tidak ada gunanya mengeluh kan?! Ini tidak akan menyelesaikan semuanya. Semoga besok bisa lebih baik. Amiin!
Ramadhan 4th
Tak ada yang istimewa dari diri. Kecuali Ramadhan yang datang dengan agungnya.
Mengetuk dan masuk dengan sahaja. Tapi suguhanku terlalu sederhana. Aku malu
Salahku? Sebelas bulan itu kemana? Kerinduan yang kupersiapkan beberapa minggu lalu, ternyata tak berguna. Aku miskin. Aku tahu Ramadhan tak menuntut banyak, tapi aku ingin memberi lebih, kali ini.
Waktu, engkau mencatat Ramadhan ku setahun lalu. Aku masih ingat ketika meratapi 15 Ramdhan yang berlalu begitu saja. Memalukan! Mendapati diri berbagi hati dengan apa yang mungkin sama sekali tiada Engkau ridhai. Sesuatu yang kukira indah, tapi aku tak dapat menjaga keindahannya. Terlalu agung untuk kupelihara. Terlalu dini untuk ku amanah merawatnya sampai tunas-tunasnya tumbuh dengan sempurna. Dan aku jelas gagal. Belum setahun, tapi rasanya begitu lama telah belenggu itu menyandera hati. Adakah sebuah pedang dapat memutuskannya tanpa mengalirkan darah hatiku? Atau selembar sutera yang bisa mengkerudunginya sehingga aku bisa mmebiarkan gelisah itu pergi dengan lembut beranjak meninggalkan kerasnya haluan hati...
Aku ingin meneriaki setiap detik, tapi bagaimana mungkin karena bukan ia yang bersalah atas semua ini. Debu-debu terus menempeliku tak peduli kemarau ini masih akan lama. Gemuruh itu hanya menakutiku sementara derai hujan tak kunjung jatuh membasahi hingga kuyup. Aku ingin tak peduli, tapi itu juga tak mungkin, karena keacuhan akan membuatnya mati.
Belenggu, apa yang kau jerat dari hati yang tiada daya??! Pergilah jauh karena aku tak mampu lagi menebus harga yang terlalu tinggi untuk sebuah penawar yang nampak begitu jauh. Aku membutuhkan semuanya untuk Ramadhanku kali ini, tiada bagian untukmu. Jangan mengiba! Karena aku sungguh tak akan berubah pikiran menggantimu dengan sesuatu yang mudah-mudahan lebih baik.
Sudah empat hari Ramadhan menyapaku setiap pagi. Persembahan ala kadar, membuatku tak kuasa mengangkat kepala. Ketukan fajar penuh berkah masih disertai senyum yang membuatku salah tingkah. Aku tidak tahu apakah senyum itu masih dengan rekah yang sama ketika nanti Syawal minus empat.
Apakah berguna menulis ini panjang lebar sementara aku tak kunjung menemukan kembali hati yang hilang. Aku benar-benar rindu pada rindu yang satu.
Engkau tau aku tidak sedang bersembunyi, karena Engkau melihat segala yang samar bagiku. Sedangkan aku sering melewatkan segalanya begitu saja. Aku sendiri dan ingin menepi.
26 hari itu takkan lama. Dan aku khawatir Ramadhan berlalu tanpa membawa pulang milikku yang terbaik...
Berganti Hati
Belenggu itu mendekap hati begitu erat
Sihir macam apa ini aku tak tahu
Mencabutnya mematikanku
Membiarkannya membuat gelisah merajai kalbu
Tolonglah!
Hati ini mungkin tak lagi patut
Lihatlah, aku tak pintar merayu
Dan berharap Engkau mengerti dan mengganti hati
Adakah gelisah ini mendekatkan aku??!
Tapi aku merasa semakin jauh,
Aku merasa ada jarak
Aku tak mendapatii detik-detik itu dimana lagi
Bohong, jika aku mengaku baik-baik saja
Engkau lebih mengetahui dan mengerti
Jika Engkau berkenan,
Sudah lama,
Aku berniat berganti hati
Selasa, 02 September 2008
Coffee Shake
Bagi anda penggemar kopi, mungkin tertarik untuk mencoba minuman ini, untuk merasakan sensasi lain dari yang didapat dari minuman kopi...
eh, resep ini nguti dari www.resepkita.com ya...
Bahan-Bahan :
2 cangkir Ice cream vanilla
1½ cangkir Susu coklat
½ cangkir Sirup Mocca
2 sdt Kopi bubuk instant
Es batu secukupnya
Bubuk kayu manis
Whipped cream
Cara Mengolah :
1.Campurkan susu coklat, ice cream, sirup, dan kopi bubuk ke dalam blender, aduk dengan kecepatan tinggi masukan es batu, lalu aduk lagi selama 1 menit.
2.Tuang kedalam gelas tinggi.
3.Hias bagian atas dengan whipped cream dan bubuk kayu manis.
Omelet Kornet
Bahan:
2 sdm minyak
6 btr telur
100 gr bawang bombay
100 gr cabai merah, iris tipis
5 bh bawang merah, iris tipis
2 siung bawang putih iris tipis
100 gr kornet sapi
1 sdt garam
1/2 sdt lada
1/2 sdt oregano bubuk
Cara Membuat:
1. Panaskan minyak, tumis bawang bombay, bawang merah, dan bawang putih sampai harum. Masukkan cabai merah dan kornet, aduk rata.
2. Campur tumisan dengan telur kocok, beri lada, garam, dan oregano, aduk rata.
3. Tuang adonan telur ke dalam pan dadar anti lengket yang sudah diolesi sedikit minyak. Panaskan, tutup wajan dan masak sampai matang.
Untuk 6 orang
hmm, cocok untuk sahur
resep di atas juga dari kompas online... :)
Minum Kopi Hindarkan Kanker Rahim
-------------------------------
MINUM kopi ternyata tidak hanya akan membuat Anda tetap semangat dalam beraktivitas. Khusus bagi Anda para wanita, kopi bisa jadi mendatangkan faedah yang sangat besar bagi kesehatan organ reproduksi.
Sebuah riset ilmuwan Jepang belum lama ini mengindikasikan bahwa kebiasaan minum kopi dapat menjauhkan wanita dari kanker yang sangat menakutkan yakni kanker rahim. Dengan meminum kopi secara teratur, risiko perempuan tercatat lebih rendah mengalami kanker yang mematikan ini.
Riset yang digagas Kementrian Kesehatan Jepang ini dilakukan dengan memantau sekitar 54.000 wanita berusia 40 hingga 69 selama sekitar 15 tahun. Para ahli dari Pusat Kanker Nasional Jepang membagi para wanita menjadi empat kelompok berdasarkan tingkat konsumsi kopi. Selama penelitian berlangsung, tercatat sekitar 117 wanita positif mengalami kanker rahim.
Hasil penelitian menemukan, kelompok wanita yang minum kopi lebih dari tiga cangkir sehari tercatat berisiko 60 persen lebih kecil mengidap kanker rahim dibandingkan mereka yang meminum kopi kurang dari dua kali dalam seminggu.
“Kopi dapat menimbulkan pengaruh menekan kadar insulin, sehingga mungkin dapat menekan risiko mengidap kanker rahim,” ungkap peneliti dalam laporannya.
Selain meneliti konsumsi kopi, tim peneliti juga menelaah efek teh hijau terhadap kanker rahim . Tetapi mereka tidak menemukan hubungan antara teh hijau dengan penurunan risiko kanker rahim.
Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada lapisan endometrium (servik uterus), yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina).
Kanker rahim biasanya terjadi setelah masa menopause, paling sering menyerang wanita berusia 50-60 tahun. Tetapi kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita berumur 20 sampai 30 tahun. Untuk pasien yang lebih tua, mereka lebih berpeluang meninggal akibat penyakit ini, dikarenakan penyakit mereka stadium nya lebih tinggi.
Senin, 01 September 2008
MAAFKANLAH!!!
Sebagian mungkin akan terkejut, dan mencibir, atau heran, mengapa bisa begitu sadis dan keras hati ini. Aku tidak pernah merasakan apa yang kutulis di atas. Dan aku heran bagaimana perasaan semacam itu bisa orang rasakan dan dilampiaskan dengan cara seperti itu.
Bukan, bukan berarti diriku tak pernah mengangis. Menangis, kadang menjadi hal yang kurindukan. Benar-benar kurindukan.
Bukan aku tidak mengasihi orang-orang yang kucintai. Bahkan aku mengingati mereka dan menyertakan dalam doa juga.
Bukan aku tidak merindukan mereka. Karena aku juga kadang ingin berada di tengah mereka, sekalipun dalam keadaan tidak mampu mengatakan apa-apa. Tidak mampu mengatakan bahwa akujuga rindu.
Buka aku pelit mengeluarkan 88 rupiah untuk sebuah sms sayang, dan kata-kata yang hangat. Tapi karena kadang kupikir semua orang sedang cukup bahagia. Karena kukira kita semua dalam keadaan baik-baik saja. Atau lelucon-lelucon yang menyegarkan menit-menit kita, jarang, bahkan mungkin tidak pernah kau terima. Karena kukira hidupmu telah cukup hidup dan gembira.
Bukan aku jijik untuk menyentuh mereka. Bahkan aku ingin juga mendekap ketika air mata mereka mengalir karena duka, atau sekedar berpeluk erat karena aku ikut bahagia. Tapi bagaimana, karena biasanya sekujur badanku akan meng-kaku dan aku hanya bisa berlalu dengan meraba-raba perih hatimu atau sekedar tertawa dan tersenyum karena engkau bahaga.
Maafkan, karena aku tak bisa melakukan itu semua. Maafkan, bukan karena tidak cinta, tidak rindu, dan tidak kasih, atau karena tidak peduli aku berlalu. Maafkan untuk semua prasangka yang tidak benar. Ampuni untuk segala kekurangan yang tiada menyenangkan. Semoga engkau menerima, ini diriku yang jauh dari sempurna.
Hatiku yang mungkin tak kasih. Sentuhanku yang tak hangat. Kata-kataku yang tak menenangkan. Pembicaraanku yang tidak menyenangkan. Sikapku yang dingin dan tak bersahaja. Dan ibaku yang tak lembut dan seolah tak tulus. Mohon, maafkan semua. Beri aku waktu untuk melakukan sesuatu. Beri aku kesempatan mengatakan ini semua, sekalipun mungkin engkau tiada mendengar atau membaca sampai selesai.
Ramadhan sudah masuk di gerbang kampung kehidupan kita. Semoga kita dapat menjadikannya sebagai tamu agung tahun ini. Mendapatkan ampunan, menikmati rahmat, dan mengakhirinya dengan kemenangan. Amiin.
Senin, 25 Agustus 2008
Alone home alone
Tentu saja tidak ada yang menjawab salam ini. Sepi, dan memang begini. Sudah lama aku tidak pulang. Rindu. Tak menyangka akan pulang dalam keadaan semendesak ini. Dan aku masih sendiri.
Lantai berdebu ini lama tak kupijaki. Sarang laba-laba betah tidak hanya di sudut ruangan, tapi juga menjuntai menghalangi jalanku yang pelan-pelan. Toples-toples di atas meja tak jelas lagi apa isinya. Mungkin pun sudah lama berjamur. Aku yakin, beberapa makanan di kulkas pasti sudah pada kadaluarsa. Begitu lama tidak menjenguk. Maafkan!
Syukur kamar mandi itu kutinggalkan dalam keadaan bersih. Air dalam baknya sengaja kubiarkan kering. Beberapa titik hitam berkepala putih akan membentuk noda yang mungkin agak sulit dibersihkan. Tapi syukurlah masih banyak sisa pembersih kamar mandi yang belum terpakai.
Aku lega, tapi menarik nafas sebagai syukur bukan sekarang tepatnya. Debu-debu itu akan langsung menyeruak ke hidungku jika aku tak mau menunggu. Hmm, biarlah syukur itu dalam hati dulu. Alhamdulillah...
“kNock fIrts!” tulisan itu masih tergantung di depan pintu kamar yang biasa kutempati. Aku mengangkatnya sebentar, cukup tua dan sudah bisa diganti, tapi kupikir bagus juga untuk dipasang kembali setelah dibersihkan. Kurogoh kunci yang sudah kupersiapkan jauh hari. Dari dulu memang agak macet. Kuputar, dan memang agak sulit. Gantungan Kenshin berbaju pink hampir lila bergoyang-goyang. Ah, alhamdulillah, akhirnya bisa juga.
Gelap. Bau pengap langsung menyerbu. Ku pencet saklar lampu di sebelah pintu. Aku tidak suka gelap. Tirai orange berbunga kuning tidak sabar untuk kusingkap. Udara segar langsung mengalir setelah dua daun jendela itu kubuka. Hmm.. segar! Udara pagi ini selalu kurindukan. Selalu kurindukan untuk kunikmati dari jendela ini. alhamudulillah, akhirnya merasakannya lagi.
Tempat tidur, rak buku, komputer seken spisifikasi tinggi yang entah masih bisa on atau tidak, bahkan tempelan-tempelan di dinding yang entah masih menginspirasi atau tidak, semuanya berdebu!!! Beberapa bentukan anime conan, kenshin, doraemon n nobita cs menyeringai pada ku mencoba menembus putih debu, masih lucu. Kali ini, aku tak tahan untuk tidak tersenyum. I miss u all
Aku kembali ke ruang tamu. Ransel ukuran sedang masih teronggok dekat sofa hijau lumut favorit. Aku baru hampir akan menarik talinya ketika sebuah cangkir berisi permen berbagai rasa, tergolek tanpa gagang dekat kaki coffe table segitiga. Gagangnya tidak jauh patah jadi dua. Ow, ini salah satu cangkir yang kucintai. Padahal sengaja di pake untuk wadah permen supaya ga terpake n ga pecah. Hmm, ya gitu deh, kadang niatnya melindungi malah mencelakakan. Sengaja disimpan, tapi malah busuk dan tidak kepake lagi untuk selamanya. Tapi siapa yang menjatuhkan, sampai patah gagangnya??!
Oh, ya! Aku ingat beberapa waktu lalu, ada goncangan susulan beberapa skala. Tapi, sepertinya tak mengapa, aku bisa membawanya ke tukang gerabah di ujung gang untuk dirapikan. Dipakai jadi wadah permen tanpa gagang, sepertinya cantik juga.
Huff!!! Debu dimana-mana. Sarang laba-laba. Gorden dan beberapa waslap yang harus di ganti. Keset yang tidak lagi kesat. Peralatan makan yang harus dicuci kembali. Kamar mandi yang harus dikuras baknya. Belum lagi dedaunan di halaman yang terlalu cantik untuk disapu. Aku harus mulai dari mana ya??! Ha.. menyenangkan sekali kesibukan ini. Aku suka!!!
Kubuka pintu belakang, semua tirai, sinar mentari langsug masuk, bukan mengusik bahkan mengganggu pengap yang perlahan-lahan menguap dari seluruh ruangan. Masih pagi, tapi harus mulai dari mana ya?!
Baiklah, mari memulainya dengan syukur, sebentar ya, aku kirim dulu sms terima kasih ini..
-- alhamdulillah, akhirnya pulang juga. Lega rasanya home sweet home. Mungkin sendiri ini akan lebih baik. Karena aku memang butuh waktu untuk mengevaluasi semuanya, semuanya. Semua momen berharga, tapi kadang kita lupa akan hal-hal berharga yang selalu menyergap tak terduga. Aku takkan menduga lagi Ya Rabb. Sudah cukup aku yakin dengan Engkau. Aku bersyukur akan hati yang sepi. Aku bersyukur akan hari yang akan sendiri. Aku berkenan karena Engkau memenuhi semua yang kubutuhkan, bukan sekedar segala yang kuinginkan. Aku tertarik dan penasaran, sekaligus takjub dengan rahasia yang hanya tersimpan di sana. Aku hanya insan. Yang hatinya rapuh, dan Engkaulah yang kuatkan. Aku masih akan menunggu banyak sms peringatan, dan aku tau Engkau tetap mengawasi sekalipun kadang aku lupa me-reply, sekedar mengatakan ‘hari ini amat berat kulalui...’ aku tak bisa medustakan lagi nikmat ini. Seminggu lagi Ramadhan. Semoga aku bisa kembali dalam keadaan lebih baik. --
Send!
Ah, lega. Let’s do it all!!!
game is (realy) over now!!!
Aku tak bisa menunggu lebih lama untuk menulis pedih ini
Maafkan, aku tak bisa terus larut dalam duka ini
Aku tidak cukup kuat mengikuti Khahlil
Yang dengan lukanya ia menyimpan bahagia
Menjadikan dukanya pengisi sisa-sisa hidupnya
Syukurlah,
Semuanya sudah berakhir
Toh ini hanya bagian kecil dari panjang perjalanan
Akhirnya aku bisa benar-benar mengatakan ‘sudahlah!’
Masih terlalu banyak hal menungggu di sana
Seharusnya aku malu meminta waktu menunggu
Tapi bolehlah jika aku sekedar berkemas
Beberapa hari ini amat berarti
Aku tak ingin pergi tanpa bekal
Apalagi sampai ketinggalan kereta
Game is over!
Goodbye pancaroba!
Welcome new season!
Yeah!!!
Alhamdulillah!
aku tak mungkin memiliki
Jika aku menulis tentang purnama dalam siangnya
Tapi aku tak bisa berbohong lagi
Aku merindukannya...
Lama waktu tak bertemu
Dan tiba-tiba saja rindu itu datang lagi
Entah dari celah mana ia menyusup
Tapi sayangnya
Jangankan purnama
Gemintang saja tak tampak malam ini
Mendung bertambah pekat dari malam kemarin
Seolah mentari siang tadi mengajaknya sekongkol
Untuk berseteru denganku dan purnamaku
Bolehlah
Jika aku sekedar menikmati pancaran emasnya yang hangat
Sekedar membuktikan bebayangan yang biasanya temaram
Aku,
Tau tak mungkin memiliki purnama mu
Seperti siang yang tak mungkin milikinya
Dalam keadaan apa pun,
Ia milik mu
biarkan hati rela
Mengapa aku harus berduka jika ia telah jatuh pada singgasana yang tepat
Mengapa aku masih mengingati bebayangan jika ia telah tak ada di sini
Mengapa aku belum rela sedangkan aku tak dapat mengubah segalanya
Senandung itu tak lagi bernyanyi untukku
Pun musim telah memutuskan tuk berganti rupa
Gerimis satu-satu ini justru mengingatkan akan luka
Hampir tak beda antara subuh dan senja
Bukankah purnama selalu datang tanpa ku meminta??!
Sejenak, serasa begitu lama radang ini mendera
Sejenak, aku lupa berapa lama waktu tersisa
Detik-detik ini berlalulah dengan bijak
Mungkin ini menyesakkan
Tapi aku tak ingin melewatkan
Tanpa memetik satu daun hikmah pun
Sekalipun itu selembar sisa yang jatuh
Selembar coklat kering yang tak kuduga
Mulanya sulit untuk percaya
Tapi segalanya adalah mungkin bagiNya
ternyata purnama tidak datang
Awan lekat mengalir bersama angin
Tidak menyisakan sejingga langit pun
mempersembahkan pucat purnama kutunggu
Hanya bebintang setia
Satu dua titik masih cemerlang
Selebihnya hitam langit
Tak siratkan bahagia
Aku beranjak
Menatap tuk terakhir kali
Ku tahu angin tak serta merta beranjak
Dan membuat purnama kembali perak
Biarlah
Senja esok aku akan kembali
Engkau Lebih Tau
Tidak ingin lagi merasakan sepihak hati
Sekalipun itu sekedar merasa menang sendiri
Ketulusan itu
Aku tak peduli apakah jujur atau tidak
Tapi cukup menghangatkan hati
Dan aku ingin ini mengatup lembar resah segera
Aku cukup siuman untuk mengatakan
Bahwa aku mungkin takkan memiliki
Cinta yang telah kutemukan
Dan aku harus bahagia karenanya
Karena beginilah baiknya
Engkau lebih tau
Akan hati yang saling mengingat karenaMu
Jumat, 22 Agustus 2008
seandainya boleh memilih...
Aku ingin menjauh sejauh-jauhnya
Tak ingin rasakan lagi sebah ini
Ingin berteriak
Meneriaki hati yang tak kunjung mengerti
Mengapa??!
Begitu sulit untuk menerima
Katakan padaku tentang cara melupakan
Jelaskan padaku hingga aku mengerti
Tapi
Bagaimana ini??!
Mengerti takkan cukup tuk hilangkan jejak…
Ah, bagaimana lagi menipu hati
Lelah rasanya terus begini
Keindahan itu ternyata begitu fana
Rabu, 20 Agustus 2008
Purnama hampir penuh
Sebentar lagi mentari akan menelan cahayanya yang pucat
Dan pagi akan membuyarkan embun yang sempat teduh
Dan aku akan merindukan waktu
Ketika mentari tenggelam
Purnama hampir penuh
Kutunggu waktu
Biar ku menjemput indahnya nanti malam
Biar ku menikmati pendarnya yang merekah
Kutahu gulita ini menjadi indah karenanya
Dan aku tau esok mentari akan merenggutnya kembali
Bulan yang hampir purnama ini
Ku tahu, hanya malam yang milikinya
---------
hmm, tadi pagi waktu jenput Balian di Sp.Surabaya, masih sekitar jam 7 kurang 20 menit pagi. subhanallah, udara pagi memang segar sekali. tapi ada yang lebih indah, yap, apa lagi kalo bukan bulan yang hampir purnama. langit sedikit mendung, tapi di beberapa bagian birunya tampak bersih tak terganggu awan mendung yang membuat perak purnama masih keihatan.
hari sudah terang sih. setelah isi 1 liter bensin, rasanya ga kuat untuk ga sekali-sekali lihat ke langit. gpp, soalnya jalanan masih sepi, jadi serasa punya sendiri hehe. hmm, sampe beberapa saat purnama masih ada. cantiknya... subhanallah!!!
purnama, dalam keadaan apa pun selalu menginspirasi. dan ga tau kenapa, selalu muncul di saat yang tepat. jujur, selalu muncul dalam kondisi hati seperti ini.
ah, biasa aja, jangan terlalu didramatisir, Wis! (my friend said)
ya, mo gimana??! emang gitu rasanya... rasanya ada yang beda aja kalo lihat purnama, dan sebaliknya, kalo lagi merasa begini pasti ketemu dengan purnama... (dasar drakula!!! haha)
yup, purnama datang, sabit hilang, mentari mengantar satu-satu hari sampai aku menemukan sabit kembali...
purnama, samapai jumpa nanti malam!
:)
"sendainya dia meminta, aku akan mengiyakan...
karena begitu rapuh hati
dan menunggu tidak membuat ku mendapatkan
apalagi jika aku sekedar menatap dari jauh
tapi bagaimana?
aku tidak cukup kuat untuk terbang ke bulan"
Minggu, 17 Agustus 2008
Pertemuan Pertama dengan Pak Taufik...
Belum pernah ketemu dengan pak Taufik sebelumnya. Sekalipun pernah lihat fotonya, tetap aja, tidak bisa tanda orangnya yang mana. Dan memang aku sulit menghafal wajah. Nisa yang kasih tau, itu yang namanya pak Taufik. memperkenalkan diri, dan menceritakan perkembangan skripsi. Juga mengenai rencana untuk menulis literatur yang diusulkan pak Hizir.
Perbincangan ini hanya beberapa menit. Tapi cukup banyak yang berarti. Banyak kelokakan yang tidak disangka-sangka. Beliau sih setuju saja jika aku melanjutkan skripsi studi literatur ini, dan tetap mau membimbing. Tapi katanya alangkah lebih baik kalau aku menulis sesuatu yang ‘sedikit’ lebih bermanfaat. Sekalipun ini cuma programming sederhana. Katanya beliau punya beberapa stok lagi judul-judul yang nantinya akan ditawarkan melalui pengumuman di jurusan. Jadi sekalipun aku tidak meneruskan judul “Relevance, Overlapping, and Uniqness of Yahoo! and Google in Indonesian Domain”, maka judul itu akan ditawarkan ke mahasiswa lain.
Begitulah. Beliau mulai memberi gambaran tentang apa saja yang ‘kerjaan’ berhubungan dengan judul ini. Banyak sekali pencerahan. Ternyata komunikasi 4 mata tetap lebih efektif. Sebelumnya aku merasa terkendala dengan judul ini. Tapi di sela-sela penjelasan beliau aku mulai sedikit mengerti, sekalipun cuma sedikit in cukup berarti. Dari completely blank on, mulai ada berkas paham yang menyusupi pikiranku. Mudah-mudahan semakin mengerti akan topik ini. Berat, tapi harus bisa. InsyaAllah.
Pilihan terbaik adalah memilih yang terbaik dan menjadi lebih baik, atau menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Beiau juga memberi gambaran tentang salah satu judul. Tentang sebuah program atau simulasi yang bisa memanggil nama orang dari sejumlah data Wiki berbahasa Indonesia. Masalahnya, bagaimana caranya supaya progam bisa mengenali mana nama mana buka nama, dan menampilkan segala informasi berkaitan dengan nama yang diminta. Karena ada orang yang namanya pake nama kota, nama benda, dsb. Ya gitu deh, kurang lebih.
“Kira-kira mana yang akan lebih sulit pak?” tanya ku tanpa menunjukkan ragu-ragu. Mungkin itu pertanyaan bodoh. Tapi begitulah, begitu menyeramkan terasa ketekunan dan kontinuitas yang harus kulakoni jika aku berhubungan dengan programming.
“Yang penting kalau mau bimbingan dengan saya, harus serius!” itu kata-kata yang akan terus kupegang. Dan ingin selalu kuingat supaya ada sedikit ‘gentar’ ketika aku berniat tidak serius. “Jangan konsul sehari, 10 hari sibuk di luar!” itu kalimat lain yang juga harus kusimpan. Aku harus komit untuk menyelesaikan ini. Sekitar dua bulan lalu, aku pernah niat tinggalkan siaran untuk TA. Aku tak bisa janji untuk meninggalkan, tapi jika perlu, mudah-mudahan akan langsung caw. Tidak ada lagi basa basi dengan rasa. Toh, memang tidak ada yang mengikatku untuk berada di sana. Aku bebas pergi kapan saja kan??! Mengapa mempertaruhkan sesuatu sekali seumur hidup untuk sesuatu yang hanya memuaskan keinginan belaka. Jika memang harus pergi, ya pergi saja.
Memalukan sekali
Subhanallah! Dalam rentang retak hati yang masih berserak, begitu banyak hal membahagiakan yang patut disyukuri. Alhamdulillah, dalam sayup luka yang masih merah, Engkau masih sisakan tempat dalam hatiku untuk bersyukur.
Inilah waktu untuk bangkit kembali. Sudahlah. Luka itu nanti akan menemukan sembuhnya. Aku tau itu. Aku yakin itu. Dan malam ini semua ingin ku akhiri Ya Rabb...
Jika ini jalan ku untuk kembali mendekat kepadaMu, aku bersyukur. Jika hal paling menyakitkan ini justru paling baik bagiku, aku akan coba menerima.
Aku memang bukan Khatijah yang mampu meminangmu
Aku memang bukan Aisyah yang melengkapi keceriaanmu
Aku bukan Fatimah yang memenuhi hatimu dengan sayang...
Aku tidak bisa menjadi semuanya
Aku pada zamanku adalah diriku yang selalu berusaha menjadi lebih baik dengan menjadikan mereka teladanku... semoga!
Sabtu, 16 Agustus 2008
manakah cek yang bisa membayarnya??!
Dikisahkan ada seorang anak yang menyodorkan selembar kertas berisi tulisan semacam tagihan kepada ibu. Isinya: Memotong rumput 5 dolar, membersihkan kamar 1 dolar, pergi ke toko menggantikan ibu 0.5 dolar, menjaga adik waktu ibunya belanja 0.25 dolar, membuang sampah 1 dolar, untuk rapor yang bagus 5 dolar, dan untuk membersihkan dan menyapu halaman 2.99 dolar. Total utang ibu kepadaku: 14.75 dolar.
Si ibu menatap anaknya lekat-lekat, lalu mengambil bolpen, dan kemudian menulis di balik kertas tersebut. Isinya begini: Untuk sembilan bulan ketika Ibu mengandung kamu selama tumbuh dalam perut Ibu, Gratis. Untuk semua malam ketika Ibu menemani kamu, mengobati kamu, dan mendoakan kamu, Gratis. Untuk semua saat susah, dan semua air mata yang kamu sebabkan selama ini, Gratis. Kalau dijumlahkan semua, harga cinta Ibu adalah Gratis. Untuk semua malam yang dipenuhi rasa takut dan untuk rasa cemas di waktu yang akan datang, Gratis. Untuk mainan, makanan, baju, dan juga menyeka hidungmu, Gratis, Anakku. Dan kalau kamu menjumlahkan semuanya, harga cinta sejati Ibu adalah Gratis.
Setelah itu, si anak berkata kepada ibunya, “Bu, aku sayang sekali sama Ibu” Dan kemudian si anak mengambil bolpen dan menuliskan dengan huruf besar: “LUNAS”
tabuh pun memanggil
Dentam bunyinya baru sayup di telinga
Tabuh itu sudah berbunyi lama
Tapi aku baru sadar
Bahwa dentam itu akan semakin keras
Aku tak bisa lagi menunggu
Waktunya atau bukan
Aku harus bergerak
Sudah cukup hening aku berpikir
Sudah cukup alasan untuk tidak melakukannya
Begitu bodohnya
Memberi waktu pada lalai
Membiarkan angan menguasai pikiran
Perang sudah lama dimulai
Dan aku kehilangan barisan
Kehilngan pedang
Memalukan
Riuh itu kini terasa mendebarkan
Kematian tidak lebih mengakhawatirkan
Ketimbang kepulangan dalam kekalahan
Kematian ini akan mengerikan
Karena aku tidak punya persiapan
cinta itu...
Apalagi berusaha membunuh kita
Cinta sama seperti kita
Ia hanya minta untuk dimengerti
Mengerti bahwa
Kadang kita harus kehilangan ketika ingin memiliki
Kadang kita harus menjauh ketika di dera rindu
Sering kita harus merelakan ketika hasrat begitu tinggi
Sering kita harus memberi ketika kita tidak punya apa-apa
Meminta kita berkorban ketika kita sudah sangat terluka
Meminta perhatian lebih ketika kita merasa gersang kasih sayang
Aku tak bisa memaknainya dengan sempurna
Begitu juga kau dan yang lainnya, setuju kan??
Benar bahwa ia tak pernah permisi
Tapi ia datang dengan lembut dan mengetuk sisi hati
Sisi hati yang boleh jadi penuh dengan cinta
Sisi hati yang mngkin begitu rapuh
Sisi hati yang mungkin begitu keras
Sisi hati yang mungkin tidak pernah kita hiraukan
Cinta, begitu sempurna
Kita, masing-masing,
Tidak pernah dapat menggambarkannya dengan sempurna
Benar, cinta tak pernah menunggu
Ia mendahului waktu dan menuliskan ingin dalam hati
Cinta itu tidak kejam
Hanya kita kadang memaknainya sekehendak hati
Mencampurnya dengan nafsu yang sering menguasai kita
Menjadikannya alasan membenarkan persepsi
Mengagungkannya lebih dari Sang Pencipta cinta...
Cinta memang ada
Aku sendiri
Kamu sendiri
Kita, masing-masing
Tak kan mampu mendefinisikannya dengan sempurna
Kita hanya perlu mengerti tanpa minta untuk dimengerti
Kita hanya perlu menyanyagi tanpa minta dikasihi
Kita hanya perlu memberi tanpa berharap menerima
Kita hanya perlu berkorban dan tidak berharap imbalan
Mungkin kita akan merindukan tanpa pernah menemuinya
Mungkin kita akan kehilangan tanpa pernah memilikinya
Mungkin kita akan meminta tanpa pernah mendapatkannya
Begitulah
Begitu rumit dan membingungkan
Terlihat sederhana tapi begitu sempurna
Aku sendiri, tiada bisa memaknai dengan sempurna
Karenanya maafkanlah,
Jika aku tiada dapat mencinta dengan sempurna
Ia-lah...
Yang menciptakan cinta
Mendefinisikan dengan sempurna
Memberikannnya dengan sempurna
Dan satu-satunya,
Yang mencintai dengan sempurna
kepak semakin berat
Betapa remukknya...
Berkeping waktu memmecah hati
Dan tidka tau bagaimana mengumpulkan remah berserakan
Sakit
Betapa sulit menyembuhkan luka
Air mata, berhentilah mengalir supaya semua terlupakan
Atau menganak sungailah supaya tak berbekas jejak tertinggal
Bersembunyilah rasa, menghilanglah perlahan, supaya aku tenteram
Kepak serasa berat
Patah tak memberi waktu untuk sekedar menahan nyeri menyesakkan
Perjalanan tak tau ujungnya
Perhentian ini terasa bermanfaat, pasti
Melanjutkan perjalanan adalah pilihan terbaik
ambillah kembali
Aku tak sanggup menahan dan menunggu malam tiba
Menunggu sunyi dimana hanya ada aku dan sepi
Mengetikkan rasa hati yang hampir 30 hari barantakan
Hari ini
Ku kira semuanya telah berlalu
Kukira hari telah mengantar mentari seperti biasa
Kukira angin telah berhembus dan awan hitam telah menghilang
Ternyata aku lemah
Jiwa ini Engkau yang menggeggamnya
Ternyata hati ini begitu masih gundah
Lukanya masih basah dan kini terbuka lagi
Inikah rasanya sakit?
Kalau begitu telah tahulah aku akan rasanya
Kukira
Permainan itu sudah kuakhiri
Tapi aku salah
Ternyata aku tidak bisa mengakhirinya sendirian
Tidak bisa sendirian
Sekerat hati ini
Ambillah kembali Ya Rabb
Dan untuk selamanya
Senin, 11 Agustus 2008
Mensyukuri Impian
Kalau kita hitung-hitung, sedikit sekali keinginan kita yang tidak dipenuhiNya. Hayo! Coba hitung satu persatu. Mulai dari yang paling dekat. Baju yang kita pakai, tas yang kita kenakan, sandal yang kita pake untuk jalan, jurusan tempat kuliah kita sekarang, dsb, so, nikmat mana lagi yang mau kita dustakan??! Bahkan banyak hal (baca: nikmat) tak terduga yang ternyata sangat kita cintai dan kita sukai. Mungkin ketika kecil dulu pernah pengen jadi ilmuwan. Dan sekarang pun sedang kuliah di jurusan yang menempa kita untuk menuju kesana. Eh baru ingat, kalau ternyata kita tidak memanfaatkannya dengan benar. Padahal itu mimpi masa kecil kita, yang siapa nyana akan terkabul. Jalan yang panjang dari masa kecil hingga kuliah membuat kita lupa keinginan dan mimpi yang pernah kita punya dulu. Dan ketika itu terkabul, kita merasa biasa saja. Tidak mensyukurinya dengan maksimal. Tidak mensyukurinya dengan memanfaatkan nikmat itu sebaik mungkin. Nyesel kan??!
Masa yang berlalu hingga kita melupakan bahwa kita pernah memimpikan hal itu, boleh jadi di dalamnya kita sama sekali tidak melihat tanda-tanda akan menuju kesana. Dengan kata lain, ketika bermimpi, ya sekedar bermimpi. Tidak ada tindakan yang kita lakukan untuk mewujudkan mimpi itu. Makanya kita lupa. Kalau pun ada yang kita lakukan itu sedikit sekali dan seringnya tanpa kesadaran penuh bahwa itu semua kita lakukan untuk mencapai mimpi. Wajar! Waktu itu kita masih kanak-kanak, tidak bisa membedakan mana hal yang kita senangi dan mana hal yang seharusnya kita lakukan, iya kan??! Maunya sih senang-senang melulu... hehe
Dan sekarang kita sudah sedikit lebih dewasa. Karena sudah banyak melihat, mendengar, dan melakukannya sendiri. Karena itu, kalau bermimpi, catatlah baik-baik dalam memori, di catatan harian, di mana pun yang membuat kita sering melihatnya. Supaya kita ingat bahwa kita punya impian itu. Supaya ketika yang Kuasa berkenan mengabulkannya, meskipun dalam keadaan setengah dari yang kita impikan, kita masih nyadar untuk memanfaatkan karunia itu sebaik mungkin. Tanpa mengeluh dengan konsekuensi/kerugian yang timbul dari terpenuhinya mimpi itu.
Ketika bermimpi, seringnya, kita hanya membayangkan yang indah-indahnya saja. Seringnya lupa mendaftarkan segala kemungkinan buruk jika impian itu terkabul. Padahal sudah menjadi keniscayaan, bahwa ketika kita menerima sesuatu maka kita juga akan mengeluarkan dalam jumlah yang hampir sama. Begitu kan hukum keseimbangannya??! Ketika kita harus meluangkan waktu untuk impian kita, akan ada waktu yang tersita yang biasanya kita gunakan untuk senang-senang, ngumpul dengan temen, keluarga, dan melakukan hal lain yang enjoyable bagi diri pribadi.
Ini adalah hal yang mutlak akan terjadi. Dan selalu akan menyertai setiap kita ingin mewujudkan impian, atau ketika impian kita tercapai. Dalam kondisi seperti ini bisa jadi kita akan mengeluh, menyalahkan banyak hal, tertekan karena tidak ada waktu untuk dir pribadi, merasa tidak mendapat hasil yang setimpal, dsb. Dan teman saya pernah bilang, bagaimana kalau hal ini terjadi setelah kita menikah??! Yup! Siapa tau pasangan yang akan kita nikahi nanti memang merupakan seseorang yang kita impi-impikan. Betapa beruntungnya ya??! Tapi setelah melalui hari-hari, bulan-bulan, dan bertahun-tahun setelah menikah, bagaimana kalau perasaan tidak puas, mengeluhkan pasangan, atau merasa seluruh waktu kita tersita untuk membagiakan pasangan menjadia hal yang sangat membebani kita??!
Memang, semua orang bilang, siap menikah berarti siap untuk saling menerima segala bentuk kekurangan dan mensyukuri kelebihan, juga saling melengkapi. Tapi apakah memang akan semudah itu??! Hayo! Yang sudah menikah, jawablah pertanyaan ini dalam hati.
Menikah adalah nikmatNya. Bisa menikah dengan orang yang kita cintai apa lagi... sebelum menikah, kita berjanji (sekalipun sekedar pada diri sendiri) untuk meminimalkan mengeluh dan mencoba menerima kondisi yang ada, dan terus saling memperbaiki diri masing-masing; intinya siap dengan segala konsekuensi.
Nah, kalau menikah itu impian kita, bagaimana dengan impian-impian yang lain??! Adakah kita memikirkannya sesempurna kita memikirkan pernikahan itu? Atau berusaha menjalaninya dengan cara yang sempurna. Menerima konsekuensinya, mensyukuri dengan melakukan hal terbaik untuk mendapatkan hasil semaksimalnya, menyerahkan segala hasilnya pada zat yang menganugerahi kita nikmat dan kemampuan untuk mengelolanya. Sudahkah??!
Karenanya, bagi yang belum menikah, jangan terburu-buru, boleh jadi Allah masih menunda kita bertemu dengan seseorang yang kita tunggu, karena memang ternyata kita belum siap untuk mensyukuri nikmat itu. Wong nikmat yang sudah ada saja kita belum cukup nyadar untuk mensyukurinya, apalagi nikmat sedahsyat pernikahan.
Berproses dalam mewujudkan impian itu, tidak bisa dipungkiri sangat menyakitkan dan melelahkan. Butuh banyak energi, sebanyak energi yang dibutuhkan kepompong untuk menjadi kupu-kupu. Tentu di samping menyakitkan, ada yang lebih indah dari impian itu sendiri, yaitu out come dari proses itu sendiri, menjadi kupu-kupu yang indah.
Sekarang, coba kita ingat-ingat sekali lagi, berapa banyak keinginan kita yang belum terpenuhi. Catat. Dan buktikan lah bahwa ini akan terpenuhi, cepat atau lambat, tergantung dari sebesar apa hasrat kita untuk memilikinya dan usaha kita untuk mendapatkannya. Lha, keinginan kita saja yang cuma lintas di hati saja bisa kejadian , gimana lagi dengan keinginan yang benar-benar kita usahakan??! Dan yang pasti kita harus siap dengan semua konsekuensinya, termasuk konsekuensi bahwa impian itu akan terganti dengan sesuatu yang lebih baik, alias impian itu tidak tercapai sesuai yang kita harapkan.
Kalau ternyata memang banyak diantara nikmat yang kita terima belum kita syukuri dengan baik, la tahzan, masih ada waktu untuk memperbaiki semuanya. Nikmat adalah setiap yang membuat kita tersenyum, segala sesuatu yang membuat kita senang, sesuatu yang memberi kita pelajaran, semua yang memudahkan langkah kita, bahkan juga segala sesuatu yang menguraikan air mata, segala sesuatu yang menggundahkan hati, semua bentuk penundaan, dan musibah-musibah yang tak terduga. Yakinlah, nikmat Allah itu ada di setiap sel, setiap detik, setiap ruang yang kita tempati, jadi tunggu apa lagi, bersykurlah dengan memanfaatkan nikmat yang ada untuk menjadi semakin berguna untuk sesama dan semakin dekat denganNya.
Satu hal, bukanlah nikmat itu yang kita tuju, tapi ridha dan cinta dari zat yang memberi nikmatlah yang kita cari. Semoga kita semakin cerdas memanfaatkan nikmat ‘ini’ untuk semakin dekat kepadaNya... amien.
Syukran jazakallah untuk ‘semua’ yang sudah menginspirasi
Semoga kita menjadi lebih baik setiap hari
Kamis, 07 Agustus 2008
re-write my life...
Tak mengapa
Toh aku masih bisa menjadi peran utama, jika mau
Mungkin aku harus lebih banyak belajar mengambil gambar
Tidak cukup hanya dari satu ‘angle’
Tidak cukup hanya dari satu kamera sendiri
Siapa tau memang harus menyewa kameramen lain
Berusaha menjadi profesional perlahan-lahan
Lebih baik, ketimbang tidak pernah mencoba...
Durasi kadang kan terasa lama,
Dan memang perlu membaginya menjadi episode lebih pendek
Akan membantuku mengerjakannya lebih baik
Membantuku mengevaluasi dengan cermat
Mengurangi kesalahan yang ingin kuhindari setelahnya
“Ok crew, masa rehat selesai!
Kita akan kembali mengambil gambar
Bersiap-siaplah dengan aksi paling menawan!"
Jangan khawatir,
Kata “cut” akan selalu nyaring terdengar
Otomatis, jika ada adegan tak pantas
Atau mungkin patut untuk di hargai
Atau mungkin seluruh sesi pertunjukan memang telah selesai...
Oya, satu hal
Pertunjukan ini hanya sebentar,
Berikanlah akting paling jujur dan paling baik yang kita punya!
semester lanjut!!!
Sekitar tiga minggu lalu, dapat pengumuman dari jurusan, mengenai syarat untuk yudisium. Aku memang tidak targetkan yudisium bulan Agustus. Tapi sekedar baca, soalnya pak Hizir suka tanya di pertemuan TA segala info berkaitan dengan wisuda, yudisium, tanggal terakhir untuk bisa wisuda bulan 8, tanggal terakhir untuk bisa yudisium bulan 8, dan tanggal penting lainnya. Cape deh! Siapa suruh jadi “kepala suku” grup TA bimbingan pak Hizir. Bungkus dah!
Nah, dari pengumuman itu, ketauan kalau untuk bisa yudiisum bulan Agustus mahasiswa tidak boleh memiliki D lebih dari 8 sks. Padahal dua semestter yang lalu, bukan 8 sks minimalnya, lebih banyak. Makanya mata kuliah yang kukantongi nilai D, dibiarkan saja ngDodol di KRS-ku. But now, ga dipaksa pun, aku harus memperbaiki nilai D ini.
Kabar baiknya, jika aku bisa dapat nilai yang lebih bagus (dan memang harus bisa), IPK akan sedikit terdongkrak. Kabar buruknya, ketiga mata kuliah, yang masing-masing 3 sks, itu semua sama menyeramkannya. Analisis 1 dan Analisis 2, adalah momok bagi ku (dan kurasa bagi setiap mahasiswa Matematika). Jangan kata dosennya. Hitung-hitungannya tidak banyak, tapi teksnya justru begitu sulit untuk dipahami. Bahasa matematika tingkat tinggi. Butuh analisa, logika, dan khayalan dari bulan.... ops, what the maksud?? Yup, memang begitu menurutku. Memang dimana-dimana mata kuliah sejenis ini butuh banyak latihan. Dalam mata kuliah ini, selain belajar menganalisis, juga belajar menulis matematika, belajar, dan untukku ini juga belajar untuk tidur di kelas haha.. cape deh pokoknya... hehe.
PBO (Pemograman Berorientasi Objek), padahal sebelumnya aku berencana untuk memperbaiki mata kuliah ini saja. Pertama kali ambil mata kuliah ini, aku dapat C. Trus nekat perbaiki karena pede amir bakal dapat A atau minimal B, ga taunya malah pak Zahnur jauh lebih nekat, dan aku pun dapat D! Mantap! Memang tidak lebih mudah. Apalagi kalau masih pake bahasa Java. Tapi masih lebih mending ketimbang Analisis 1-2.
Dan untuk semester yang sudah kudaftar ini, aku hanya bisa mengambil mata kuliah Analisis 1 untuk diperbaiki. Karena baik PBO biasanya dibuka pada semester genap. Analisis 2? Otomatis tidak masuk pilihan lagi. Ya sudahlah!
Target untuk mendapat nilai bagus tentu harus dirancang dari sekarang. Mulai dari pinjam teks book (baca: diktat) sama adik kelas, sampe menghubungi kakak kelas yang T-O-P B-G-T untuk privat... ho..oh, mudah2an menjadi semester yang menyenangkan (baca: cukup untuk membuat bulu kuduk merinding, mata berkantung, dan ngopi setiap sebelum jam kuliah sudah pasti!). amien!
Trus TA (tugas akhir) gimana?? Kemarin itu rencananya mo ganti topik dari Search Engine ke Internet Radio, tapi pak Hizir menganjurkan supaya aku menunggu pak Taufik yang kabarnya akan mulai berada di Banda Aceh sekitar awal Agustus. Ya gitu deh. Maksudnya supaya bisa tanya-tanya dulu ke pak Taufik, mana tau judul itu masih bisa dilanjutin. Target wisuda otomatis juga akan bergeser 1 semester lagi!! 1 semester lagi??? Iya, setelah sebelumnya molor dua semester alias 1 tahun. Batapa meruginya.
Trus, target menikah??! Wacks!!! Ini ne, pertanyaan paling indah, panjang, dan lama kalo dijawab di sini. Abis, kalau dijawab musti menghayal dulu ne Ha ha, makanya jawabnya di kesempatan yang laen aja deh. Eh, btw, siapa yang nanya ya??! Tapi impruv dikit ga apa ya, hehe... menyenangkan hati sendiri..
Ya begitulah, awal semester selalu mendebarkan. Kadang juga mengerikan, mengingat beberapa semester selalu berkahir tanpa hasil yang memuaskan dan tidak sesuai target. Katanya sih, selalu ada pembelajaran kalau ada kegagalan, selalu ada hikmah kalau ada penundaan. Tapi kalau gagal gagal melulu, apa bisa dikate sukses mengambil pelajaran ya??. Wong, kalo kita kuliah aja dibilang bisa mengambil pelajaran tu kalau bisa dapat nilai minimal B... artinya kalo mo mengambil pelajaran ya musti sukses gitu, sekalipun sukses di ujung2nya... hehe (maksa betul!)
Semester ini akan berakhir pada sekitar bulan Februari. Ini bukan waktu yang lama. Sekalipun banyak hal yang bisa terjadi di dalamnya. Janji dah, ga maen-maen lagi. InsyaAllah... amien.
game is over
Atau memang ia tak ingin menjauh
Atau aku yang tak rela lepaskannya??!
Kadang-kadang itu terasa begitu menyiksa
Sudahlah
Permainan ini sudah selsai bukan?
Kadang aku perlu untuk menghentakkan hati
Sekedar mengatakan padanya bahwa ini sudah berakhir
Aku perlu sering mengingatkan
Karena rasa itu terlalu membekas padanya
Permainan ini sudah berakhir, sudah berakhir,
Memulai dan mengakhiri dengan caraku sendiri
Sudah cukup larut untuk ku berduka
Sudah cukup waktu untukku menanti
Benderang ini menyilaukan
Ternyata hanya ada aku dan cahaya
Bebayang itu kadang masih berkelebat, nakal
Atau memang ia tak ingin menjauh
Atau aku yang tak rela lepaskannya??!
Dengarlah hati!
Permainan ini sudah ku akhiri
Aku masih perlu banyak berlatih
Untuk memenangkannya dengan seseorang yang lain
Sabtu, 26 Juli 2008
Ayam Penyet...
Bahan :
1/2 kg ayam yang berkulit
100 ml air
1/4 sdt merica bubuk
Minyak untuk menggoreng
Bumbu yang dihaluskan :
2 siung bawang putih
1/2 sdt garam
1/4 sdt ketumbar
Sedikit kunyit bubuk
Sambal :
1/4dt garam
1/2 sdt gula pasir
5 cabai rawit merah
Sedikit terasi
1/2 buah tomat
Campur ayam dengan bumbu halus, merica bubuk dan air. Masak dalam wajan tertutup sampai air habis. Dinginkan.
Ulek garam, terasi, gula dan cabai rawit merah, kemudian tambahkan potongan tomat,tekan-tekan supaya tomat agak hancur.
Goreng ayam dalam minyak panas sampai agak kering.
Panas-panas, taruh ayam dalam cobek, tekan dengan ulekan.
Hidangkan dengan nasi panas dan lalapan.
yummy....... selamat menikmati di rumah sendiri ya.. kalo susah bikinnya, beli aja, banyak koq rumah makan yang udah nyedian menu ini...
ini resep wis kutip dari sini ne: http://cuek.wordpress.com/2007/09/16/ayam-penyet/
tidak ada lagi spekulasi...
Tidak ada lagi spekulasi
Sudah boleh lah berlega hati
Semua telah tampak nyata
Apa yang dulu mengabur kini telah jelas bentuknya
Gambaran yang dulu buram telah terang warnanya
Apa lagi yang ku tunggu...
Musim akan berganti
Tapi pancaroba ini mungkin akan sedikit membuat demam
Seperti akan hujan tapi mentari juga enggan bersembunyi
Seperti akan luruh dedaunan begitulah angin memainkan pada dahannya yang rapuh
Luka ini akan menemukan sembuhnya
Tapi rasa sakit harus bersabar karena masa itu mungkin akan lama
Mengolesi salap-salap sabar
Menelan tablet-tablet penghilang rasa kecewa
Dalam beberapa kali sehari pertemuan yang menyesakkan
Tidak ada lagi spekulasi
Hati telah menjadi lega kini
Mungkin aku tertipu, oleh diri sendiri
Tapi tak mengapa
Toh aku jadi tau
Betapa menyakitkan luka ini