Chocolate Covered Sesame Balls

Jumat, 27 Desember 2013

Identitas Selera

Identitas Selera. Yah, apa pun lah istilahnya. Jadi ini semacam sesuatu yang menunjukkan keunikan diri kita. Sangat berbeda antara satu orang dengan orang lain. Mungkin kita juga menemukan sejumlah orang yang punya selera yang mirip-mirip. Coba aja lihat banyak barang-barang itu diproduksi dalam jumlah banyak dan dibeli oleh orang-orang berbeda. Sepatu, baju, dan banyak lainnya -_- (malas mikir). Dan itu tentu ga terlepas dari kita pembeli yang hanya bisa memilih apa yang sudah disediakan. Kalo mau yang beda, bikin aja sendiri. Contoh, baju-baju bisa di desain modelnya seperti yang kita suka. Ada sepatu-sepatu yang bisa kita lukis. Juga ada jam-jam tangan yang bisa dikustomisasi sesuai yang kita mau. Tapi biasanya itu akan butuh biaya dan waktu yang lebih banyak. Jadi mending ke pasar, tinggal pilih, bayar dan pakai. Sekalipun yang kita beli itu tidak 100 persen sesuai selera,setidaknya juga ga terlalu nabrak-nabraklah dengan dengan ‘kepribadian’ kita.
Sebagai orang yang seleranya biasa-biasa aja, ini terasa sedikit istimewa buat saya. Jadi setiap ngawanin temen atau keluarga cari ini itu, pikiran jadi langsung aktif dengan keadaan ini (kae nya semua orang gitu deh wis, K)

Pernah dulu jalan ke Hermes Mall sama DIla. Kita ngelewatin satu-satu pajangan baju sambil membolak-balik beberapa yang menarik mata seolah-olah beneran mau beli. Sampe ke salah satu pajangan dekat jaket-jaketan. Sebenarnya ga niat beli-beli sih, cuma mau cuci mata aja. Tapi berhubung ada promo ‘beli 1 gratis 1’, dan kebetulan pula ada motif yang kita cocok, ya udah deh beli. Awalnya DIla sih yang ngomporin untuk beli. Katanya “eh Wis, ini bagus loh motifnya”. Saya membolak-balik yang dilihat Dila. “Eh, beli 1 gratis 1 pulak, hehehe”, tambah Dila. Dila pun memaksa saya menemukan satu baju lagi yang ada dalam satu pajangan supaya kami bisa membawa pulang baju-baju itu dengan harga yang lebih hemat. Pilihan Dila adalah blus tanggung bunga-bunga lengannya tiga perempat, hampir mirip batik, tapi bukan batik. Setelah saya menemukan yang cocok kami pun ke ruang ganti. Dila terlihat makin sumringah di depan cermin ruang ganti, yang mana berarti baju-baju itu harus kami bayar supaya bisa kami bawa pulang. DIla bahkan menambahkan komentar “Eh, bagus itu sama Wis. Cocok. Pas ukurannya..blah..blah..blah”. Sampe sekarang kalo ke Hermes Mall dan melewati pajangan ‘beli 1 gratis 1’ pasti jadi ingat Dila. Tapi yang lebih mengingatkan adalah pilihan motifnya. Jadi sepanjang pajangan yang kami lewati, hamper semua pajangan blus bunga-bunga tanggung di colek sama Dila, selain itu juga blus di atas lutut yang ada tali pinggangnya.

Kesempatan yang lain, masih setingan Hermes Mall, saya diajak temen serumah untuk nyari sepatu. Sepatu yang kayak apa? Tanya saya sebelum kami berangkat. “Em, sepatunya untuk dipake kuliah sih Wis. Em, tapi bisa juga sekali-sekali dipake kalo kak Atik balik Sabang n ngajar, gitu kata kak Atik. Sekalipun deskripsinya sudah jelas, yaitu sepatu yang 85 persen dipake untuk pergi kuliah, dan bisa dipake juga untuk mengajar, teutep aja kita akan melewati stand-stand sepatu dari ujung sampe ujung lagi. Padahal udah hafal banget kalo stand paling muka Itu semua highheels dan wedges yang mana selain tidak cocok untuk kuliah (menurut saya) juga tidak kompatibel dengan kak Atik yang seleranya sepertinya sudah bisa saya baca itu. Maka akhirnya kami berkeliling. Kepada saya, Kak Atik menunjuk satu persatu sepatu yang naga-naganya mau dibeli, ‘yang ini? Yang ini?.. yang ini?’, eh ini yang mau pake siapa sih sebenarnya? Hehehehe. Dari semua sepatu yang ditunjuk kak Atik, saya semakin memahami jenis yang disukai kak Atik (eciee). Trus saya pun mulai komentar, “kayaknya mendingan  yang ini deh kak, karena.. blah..blah..blah”. Setelah mengerutkan kening kak Atik pun setuju, katanya ‘hmm, Iya ya?’. Akhirnya kak Atik membeli sepatu yang saya rekomendasikan itu. Yaitu sepatu yang bisa dipake kuliah dan sekali-kali mengajar, dan lebih dewasa menurut saya, hahahahahaha.

Jika perjalanan mencari sepatu tadi diputar ulang, saya jadi ‘ngeh’ dengan selera sepatu kak Atik ini. Seleranya sangat ‘imut’, yang mana kalau menurut saya itu sepatu-sepatu yang modelnya banyak dipake anak-anak yang masih imut umurnya :D.

Perjalanan yang lain adalah ketika kami mengunjungi Plaza Suzuya yang baru buka di kawasan Seutui. Niatnya Cuma mau lihat-lihat dan beli deodorant (heboh banget mau beli deodorant aja ke Suzuya K). Waktu itu kami pergi bertiga, saya- kak Atik- Hera. Seperti biasa, yang paling menarik untuk dijadikan deterjen pencuci mata adalah pajangan-pajangan baju dan sepatu, maka kami pun ke lantai tiga. Setelah mutar sana sini kami pun sampai di bagian per-sepatu-an. ‘Eh, ini manis, lucuk’, kata Hera. Saya menoleh. ‘Warnanya juga cocok sama tas Wiwis’, tambah kak Atik. Saya pun mengetes sepatu itu di kaki, pas pula ukurannya. Saya lepas dan saya pandangi sekali lagi semacam untuk menemukan sesuatu, semacam persetujuan untuk membelinya atau tidak. Warnanya memang cocok dengan tas saya itu, tapi saya belum pernah pake model begini sebelumnya. Memang sih di kaki terasa nyaman, sekalipun itu ‘bukan saya’, tapi dalam beberapa mili detik itu saya juga tau bahwa ini tidak akan kelihatan aneh di kaki saya. ‘Hm, enggak deh’, kata saya serta merta menaruh kembali sepatu itu dan berlalu ke pajangan di sebelahnya. Ketika saya sedang melihat-lihat pajangan sebelah, saya ga sengaja melihat ke sebelah, ternyata Hera sedang mengetes sepatu yang tadi. Hehehehe, iya memang, sepatu itu ‘Hera Banget’, :D.

Ya begitulah, kemana pun kita pergi mencari, yang menawan mata tetap yang ‘sudah di hati’ :D. Tapi tentu saja ga ada salahnya juga membuka selera pada bentuk-bentuk baru, karena dengan berbeda dari biasanya (selama ga geser-geser banget :D) kadang itu bikin kita kelihatan lebih fresh, ga hanya tampilan luar, tapi juga ‘perasaan baru’ karena mencoba sesuatu yang baru dari segi selera. Selama masih syar’i ga apa-apa kan ya? J

Pernah juga sih saya beli sesuatu yang beda banget dengan apa yang biasa saya beli, setelah pakai sekali langsung masuk lemari dan ga pernah keluar lagi, ga terpakai :D. Hal-hal semacam itu kadang memang terjadi.

Well, apa pun identitas seleramu, pastikan itu tetap syar’i ;)

Rabu, 25 Desember 2013

Audit Dibungkus

Gw lupa waktu itu hari keberapa audit di kantor. Biasanya kalo ada tamu dari pusat, kemana-mana itu dianterin Pak Bos. Mulai dari pulang pergi hotel-kantor, sampe cari makan siang bahkan jalan-jalan (jika ada). Tapi hari itu kebtulan ada dua tamu lain juga dari kantor pusat, maka Pak Bos pun tak bisa standby untuk anterin auditornya kemana-manah. Menjelang siang, percakapan via telepon gw dengan Pak Bos :

Pak Bos : Halo Wis
Saya : Iya, Pak
Pak Bos : Aku ga bisa balik kantor kayaknya ini
Saya : Trus? Auditnya ini mau makan siang, sama siapa? *garuk-garuk kepala*. Apa dibungkus aja ya pak?
Pak Bos : Hah? Audit dibungkus?? Emang bisa? hahahahaha..
Saya : Eh bukan, Pak. Maksudnya, makan siangnya beli bungkus, gitu *garuk-garuk meja*
Pak Bos : Iya boleh juga dibungkus ntar langsung kirim balik Surabaya, hahahaha
Saya : Iya, Pak. Kirimnya pake kontainer yang balik aja jadi sekalian hemat biaya *-_- terserah bapak lah*

:|


Kp. Jawa
Lagi nunggu respon Mba Nuke for Herbalife order

Minggu, 17 November 2013

tak bertepi

Enggan bercermin karena kita khawatir melihat wajah rasa yang tidak sesuai harapan hati. Takutkah kita pada sanubari yang bertepuk sebelah. Dan membiarkan semuanya bergulung dan menebal sambil terus digerus malam, tak menjadi apa-apa.. Karena kita terlalu khawatir akan jawabannya, tidak seperti yang kita inginkan.

Lalu coba katakan, apakah yang sudah kita temukan dari waktu yang bergulir setiap hari?

Esok pagi semua akan membuyar, hanya karena terlalu banyak hal yang harus selesai. Bukan, bukan karena kita tak ingin, kita hanya tak begitu yakin, karena memasuki nya semacam memulai terowongan asing yang belum pernah kita lewati..

Begitulah seterusnya, kita terus berlayar seolah menjadi semakin hebat, semakin jauh, semakin dekat pada apa yang kita tuju.. Padahal mungkin kita tidak mendekati apa-apa.. Semakin asing, tak kunjung menepi.



Nop 17
------

Sent from BlackBerry® on 3

Senin, 11 November 2013

antara aku dan engkau

Yang seberapa dekat pun aku menjemput, keindahannya hanya ada dalam mata ini, tak dapat aku menyentuhnya.

Menatapnya setiap hari, supaya aku dapat mengumpul keping-keping indah tentangnya, potret mengagumkan setiap sore, bagian-bagian yang ingin ku rekat satu-satu, supaya nanti utuh adanya di dalam sini, sekalipun mata ini tak dapat lagi memandanginya.

Jika aku mengaguminya dan orang lain tidak, Itu pun aku tak mengerti

Pancarannya seperti ketulusan yang tak pernah kenyang memberi, memupus kecewa-kecewa pada harapan yang tak sesuai perkiraan. Semakin menjadi-jadi indahnya semakin magrib menyusul senja

Begitulah antara aku dan engkau, semburat yang memancar hingga pepasir yang kupijaki, jam-jam biru yang rasa-rasa ingin kubawa pulang..



Kp. Jawa
Muharram 8,



Sent from BlackBerry® on 3

Selasa, 29 Oktober 2013

Apakah Ayah juga suka minum kopi? :D

Satu hal yang paling ku kenang tentang Ayah adalah gambar ku usia 1 tahun difoto diatas meja makan, itu pun wajah ayah hanya kelihatan separuh, padahal itu satu-satunya foto berwarna yang ada Ayah di dalamnya.

Jika Ayah masih ada, aku ingin tau Ayah bakalan nyoblos partai apa ketika pemilu. Karena semasa Ayah agaknya per-partai-an itu sama sekali tidak mashur. Yang penting orang pergi pagi mencari rizki lalu pulang menghidupi kami, sudah sampai disitu. Sekarang pun setelah partai banyak, tak banyak juga pengaruhnya dlm pe-rizki-an manusia. Sampe-sampe banyak yang memilih golput karena toh pilih tak pilih nasib mereka tak berubah, dr tahun ke tahun sama saja. Makanya mungkin ya banyak masyarakat y terbeli suaranya dengan 'iming'2 sesaat, dikasi 100-200ribu, atw 5kilo minyak makan, atw 2kilo gula+3kilo beras, setidaknya itu cukup utk bekal beberapa hari. Dari pada memilih ini atau anu juga toh sama sama ga dapat apa-apa juga.. Etapi, ini kita mau membicarakan Ayahku, bukan soal pergolputan.. :d

Ayah, aku rindu padanya, sekalipun tak ada memoriku yang sempat menyimpan kenangan dengannya. Andai Ayah masih ada, aku ingin tau bagaimana sikap Ayah tentang pemberitaan kisruh di Mesir sana, tentang Palestina, tentang pengungsi Rohingya, yang bahkan sempat terdampar di desa tetangga kita Cot Trueng beberapa waktu lalu, apakah Ayah akan melakukan sesuatu untuk mereka??

Aku ingin tau apakah Ayah suka nonton bola? Team jagoan Ayah siapa? Ayah pasti menontonnya dengan Abang di rumah kan, bukan di warung kopi. Apakah Ayah akan ngomel-ngomel kalau menemukanku asik nonton kartun Doremon setiap wiken setiap aku pulang kampung di masa liburku? Apakah Ayah akan bawel jika krn itu aku sampai lalai membantu ibu menyiapkan sarapan hari minggu kita, yaitu nasi goreng telur dadar dan teh manis..

Apakah Ayah suka minum kopi seperti aku? Ayah suka kopi aja atau kopi susu? Atw malah mungkin Ayah suka kopi tubruk.. Hehehehe. Kita mestinya bisa saling ngobrol soal kopi Aceh yang mendunia dan jadi bahan baku Starbuck itu, pasti seru.. Kalo ada kopi festival, aku ingin Ayah ikut ke Banda Aceh, supaya aku bisa mengamit lengan Ayah dan berkeliling mencicipi satu satu produk kopi produsen lokal kita..



Jika Ayah ada, apakah ayah akan memaksaku kuliah di kedokteran, mengambil jurusan perawat seperti Ayah,  atau jurusan hukum? aku ingin tahu apakah Ayah bangga sekalipun aku hanya lulusan Matematika, aku tak jadi ilmuwan, tak seperti dititis akademikku. Apakah Ayah akan marah dan malu karena studiku selesai di tahun terakhir..? Dan IPK ku hanya di bawah 3.. Tidak membanggakan, susah pula kalo mau mengajukan beasiswa kuliah keluar negeri..







Ada beberapa lagu yang kudengar dari radio semasa SD, kata ibu; itu lagu2 kesukaan Ayah. Ternyata selera musik Ayah lumayan juga yaa, sama seperti anaknya.. Hehehe :P. Jika ibu suka lagu-lagu melayu P.Ramlee, Ayah agak sedikit rock n roll n jazzy..







Kata ibu di awal-awal pernikahan, Ayah kadang telat juga sholat subuhnya. Hah?? Iya, waktu itu aku juga kaget, bahwa ternyata orang tua kita juga tidaklah sempurna dari sana nya. Di masa muda mereka barangkali ada lalai-lalainya. Tapi tentu itu bukan lah alasan untuk kita mengikut seperti itu juga.. Aku kaget, dan kemudian tertawa, kataku: waaa, ternyata Ayah badung juga ya waktu mudanya.. :D (*dalam bahasa Aceh ;)).

Ayah, jika Engkau masih ada, aku ingin bertanya kepadamu tentang lelaki-lelaki yang baik itu seperti apa? Sekalipun agama telah merincikan semua dan dapat kubaca sendiri adanya. Aku ingin tahu ketika aku jatuh cinta apakah Ayah akan menanyaiku? Apakah Ayah akan ingin tau? Apakah ketika aku 'terluka' aku dapat menangis di bahu Ayah? Oya, kata ibu, semasa muda Ayah banyak idolanya.. :P

Ayah, aku rindu. Cerita-cerita ibu tentangmu seperti coretan buku gambar penuh warna.

Ayah terima kasih, 'bekal'mu kepada Ibu tak terkira. Ibu yang mencintaimu setelah pernikahannya telah mendidik kami dengan kasih dan tegarnya.. Betapa berat hari-hari nya tanpamu, kami baca itu dari rautnya y semakin tua dan lelah..

Ayah, sungguh semua pengandai-an ini tidaklah berguna, pada akhirnya doa-doa setelah keshalehan kami lah yang diijabah-Nya. Semoga Allah senantiasa menjaga kami semua dalam kehanifan, menjadikan kami semakin baik dan semakin shaleh-shalehah, jika tidak demikian bagaimana pula kami akan mengirimi-mu isak-isak rindu..

Semoga suatu saat nanti, aku bisa menantapmu dengan warna asli, nyata, dan utuh, tidak seprti potret lama yang masih kusimpan itu..


--
Kp. Jawa
Dzulhijjah 10, 1434H
Okt 15, 2013

Sent from BlackBerry® on 3

Senin, 01 Juli 2013

Bagaimana Jika

Apakah bulir bening yang jatuh dari langit akan kita sebut hujan jika ia jatuh hannya setitik?

Bagaimana jika aku tidak lagi merasakan diriku dalam diri ini. Tapi dimana lagi aku akan mencari diriku di dalam diri ini sedangkan ini adalah aku sendiri. Mematut-matut diri di dalam cermin dengan cara-cara yang tidak kupahami. Melihat bayangan sendiri lantas bertanya itukah aku?

Ternyata kita dapat tidak mengenal lagi diri sendiri bila kita jarang bertemu, sama seperti kita pangling pada kawan lama yang tidak kita temui lagi. Antara kaget, gembira, sambil merangkai sepotong dua kejadian antara yang memudar muncul di ingatan.

Lalu kita mencoba biasa. Seperti seolah inilah diri kita yang sesungguhnya ini. Lalu kita tetap berusaha, menyapa pagi dengan salam yang sama, dengan keingatan-keingatan yang kita usahakan sama, sisa-sisa ucapan yang amat memuliakan namun sudah usang saja lantunannya..

Lalu kita mencoba mengayuh hari hingga matahari terbenam, hanya gulita yang menanti, selalu begitu, melumat senja-senja warna-warni yang kita kagumi itu, seolah sekedar melengkapi peran-peran yang sudah dibagi-bagi demikian adanya.

Lalu seperti malam-malam kemarin, kita berbaring tanpa berani menoleh ke kanan dan ke kiri. Karena setiap tolehan akan memudahkan apa saja menganak sungai, dan hampir selalu gagal menemukan makna, gagal menuntaskan genangan yang harusnya sarat penyesalan.

Begitulah seharusnya, satu-persatu gulita berganti pagi, apalagi yang hendak digerus zaman dari diri ini? sudah tidak ada apa-apa lagi..

Tapi itu hanya dulu

udah lama ga nulis, sekalipun yang ditulis juga segitu-gitu aja. lupa, bagaimana cara mengurai kalimat dari untaian huruf-huruf. rindu, saat-saat semua mengalir deras dari tuts-tuts butut, dulu.. tapi itu hanya dulu.. *masa sih harus patah hati dulu baru nulis lagi, hadeuh*

iri, sama temen-temen (eh, temen-temen penulis? emang punya? :p) yang regularly nulis yang bagus-bagus.. :) keren keren mereka itu, ;)

hii days, its crowded outside but i'm felt all alone without writting down any stupid unimportant thing.. but its seem that days going to be that way in few months ahead.

have a nice July ;)
have a nice Ramadhan :)


*bener-bener mati kutu, -___-

Minggu, 02 Juni 2013

Bila Ada

Lihatlah langkah yang diseret zaman ini, adakah terasa ringan padahal beban berat dipikulnya. Adakah terasa berat padahal diri sendiri saja yang diurusnya

Yaitu pagi yang kesiangan, dan petang yang terlanjur terbenam. Memuja bulan yang sempurna dan tersedak haru oleh matahari yang pulang sore, sungguh itu tak cukup. Tak cukup.

Ma'tsurat yang terlupa untuk diselesaikan, bahkan kadang lupa untuk dimulakan. Penghambaan yang compang camping, sekenanya memohon ampun namun berharap banyak. Sekenanya bermimpi namun berikhtiar sedikit..

Aku menyeret kaki sendiri, dan kemudian aku bertanya 'aku dimana'.Ternyata kita dapat tersesat pada pilihan sendiri sekalipun. Lalu aku memohon ampun lagi, tapi aku ragu jika aku serius. Lalu besoknya aku kembali lupa, lupa mengingat, lupa memohon ampun lagi, lupa meminta petunjuk lagi, lupa untuk berusaha kusyuk lagi, lupa- bahwa  aku butuh Engkau

Semua sobek di sana sini, ntah harus disumpal pakai apa lagi. Sekusut-kusutnya benang yang tak dapat disisir mungkin pun tak dapat dipakai lagi.

Kata orang hati bisa diminta baru, maka adakah stoknya untukku? Kata orang hidayah itu hanya satu, sedang yang satu itu aku ragu masih bisa kupakai lagi, maka bolehkah kupinta yang kedua?

---

June 2, 2013

Ternyata kita dapat tersesat, pada pilihan sendiri sekalipun. Bila Engkau sedia, ajaklah aku kembali. Sungguh aku rindu hatiku, aku ingin pulang..

Jumat, 15 Februari 2013

I Love Aceh Story [intro]




Pertama kali mengenal akun twitter [at][iloveaceh] yaitu pada tahun 2011, ketika saya mulai lebih sering menggunakan akun twitter saya. Banyak informasi yang saya dapatkan dari official akun twitter @iloveaceh ini. Salah satu hal yang paling saya sukai adalah sharing dari followernya yang berupa foto-foto yang berlatarbelakangkan Aceh, terutama foto-foto keindahan alam dan kegiatan pariwisata budayanya.

Saya menyukai galeri foto, menikmatinya, dan ingin dapat meng-capture sendiri lebih banyak, sekalipun belum begitu mengerti bagaimana cara mengabadikannya dengan lebih indah. Sebagai ureung Aceh yang baru mulai merencanakan traveling keliling Aceh (sebelum dapat keliling Nusantara dan seterusnya), saya sangat mengagumi keindahan alam Aceh. Pantai dan matahari terbenam adalah dua hal yang selalu memukau saya, dan tentu saja masih banyak hal lain yang sangat pantas untuk diabadikan dan dibagi kepada dunia tentang Aceh yang kita cintai ini.

 
Tulisan memang dapat menceritakan banyak hal tentang kekayaan keindahan yang ada di Aceh, dan menurut saya foto-foto sekalipun bisu selalu dapat mengundang ketertarikan secara universal karena dapat dinikmati oleh siapa saja tanpa perlu terjemahan dan penjelasan yang berbelit .

Beberapa tempat yang sering saya kunjungi, masih selalu ingin saya kunjungi. Sebagian karena saya selalu rindu akan view yang mana keindahannya hanya dapat diindera mata kita yang maha sempurna ciptaanNya ini. 

Bagaimanapun saya mengabadikannya dengan kamera, saya tetap akan merindukan untuk melihatnya secara langsung. Pantai Lampuuk, Sunset di Ulee Lheu, dan tentu saja Pulau Weh, belum lagi keunikan budaya, watak masyarakat, dan geliat kota-kotanya yang sedang membangun. Suasananya, kulinernya yang khas, dan tentu saja karena saya mulai menyukai jalan-jalan..

Saya berharap semakin banyak anak muda Aceh yang menyadari keindahan Aceh dan tidak ragu-ragu menggemakan ke-Aceh-annya melalui hal-hal yang positif dan kreatif, dan saya berharap berada diantara salah satu mereka.


Akun twiter @iloveaceh ini tentu saja menjadi bukti bahwa kaum mudah Aceh yang serius mendengungkan Aceh ke seluruh dunia ternyata ‘alive’. Saya bangga, sekalipun selama ini baru jadi followernya saja. Keep grow @iloveaceh.. :)

Jangan lupa follow akun twitternya di @iloveaceh ya..!, like fanpage-nya di https://www.facebook.com/ATwitLovers , kunjungi juga situs resminya di http://iloveaceh.blog.com untuk membaca review yang lebih lengkap tentang Aceh (wisata, kuliner, budaya, kalender event, dan masih banyak lainnya).



Semoga apa yang saya tulis ini dapat menjadi pengantar 'i love Aceh story' tahun ini. Selamat datang di Aceh, selamat traveling.. :)



iloveaceh.org


Februari 15, 2013
Medan- KIM 2, Martubung
sometime 25 days left felt like long time to go.. missing Aceh
foto-foto : koleksi pribadi


Sabtu, 12 Januari 2013

Anne Ahira : Wisreini, Hidup Ini Tidak Hanya Untuk Bertahan Hidup


----------------------------------
Anne Ahira Newsletter

Think & Succeed!
Jumlah Pembaca:  500,000+
----------------------------------

"Orang-orang yang luar biasa bertahan

dalam situasi yang sangat sulit, dan
mereka menjadi semakin luar biasa
karena itu" - Robertson Davies

Dear Wisreini,
Hidup ini terlalu berharga, jika Anda
hanya menjalani 'gaya hidup bertahan
saja' dalam jangka waktu lama.
Kadang-kadang kita memang mengalami
masa-masa sulit. Masalah datang silih
berganti. Ekonomi yang jatuh, bisnis
yang melambat, kesehatan yang
melemah, dan hubungan yang mungkin
mengalami masa-masa sulit.
Buatlah keputusan, bahwa apa pun yang
menimpa Anda, betapapun sukarnya,
betapa pun tidak adilnya, Anda akan
melakukan lebih banyak lagi dari
sekedar hanya bertahan hidup. Anda
akan berkembang pesat walaupun semua
itu terjadi.

Ibarat sebuah musim kemarau yang
berganti dengan musim hujan. Tuhan
pun telah menyiapkan sebuah musim
baru untuk Anda. Tuhan memiliki
hal-hal luar biasa untuk Anda di masa
depan. Tuhan memiliki pintu-pintu
baru yang ingin Anda membukanya. Ia
menginginkan kehidupan Anda lebih
baik daripada sebelumnya.

Wisreini, mentalitas bertahan hidup hanya
akan menghalangi Anda mencapai hal
terbaik dari Tuhan.

Jika harapan Anda selalu kurang, Anda
pun akan mendapatkan yang kurang.
Tetapi jika Anda berharap berkah yang
lebih besar lagi, Tuhan akan
meningkatkan hidup Anda dengan cara
yang lebih hebat lagi.

Apa yang terjadi pada kita, seburuk
apapun itu, tidak akan menghalangi
kekuasaan-Nya. Tetapi terkadang
pikiran kitalah yang justru
menghalangi kekuasaan Tuhan pada
kita. 


Wisreini, tetaplah beriman,
yakinlah Anda akan mendapatkan
kemurahan Tuhan yang tak terduga!