Aku tertawa tanpa suara memandang laut yang membentang di bawah jembatan. Hanya mulutku yang menganga, tapi suara tiada. Sudah lama aku menikmatinya. Rambutku, entah berapa lama tak ku urus. Tapi aku merasa baik-baik saja. Bajuku, baju paling nyaman dan ini lah yang paling indah serasa pas di tubuhku. Sandal ini, sudah putus berkali-kali dan tukang jahit sandal itu selalu menjahitkan untukku. Tukang sandal yang duduk di kaki lima dekat gerbang masuk kota. Dia tidak pernah protes ketika aku hanya bisa memberinya beberapa bungkus permen yang kuhitung 5000 rupiah. Aku berhasil menipunya dan mengatakan itu uang, bukan bungkus permen. Ha, bodohnya dia. Tapi dia tidak pernah marah. Aneh ya, koq masih ada orang seperti itu di dunia ini.
Aku menengok ke bawah, memutar wajahku sekitar 40 derajat, yah begitulah yang kupelajari di matematika, semua di ukur dengan derajat. Air laut itu mengalir deras. Aku ingat, semalam hujan memang deras. Beberapa potong kayu yang sudah tak utuh hanyut satu satu. Ada pohon pisang juga yang setengah tenggelam. Daun pisang! Aku jadi ingat sarapan nasi uduk bu..., bu..., ah siapa namanya, koq aku lupa ya, padahal hampir tiap pagi aku dapat sarapan telur mata sapi darinya. Kadang-kadanag aku juga dapat ayam rendang. Pernah sekali aku terlambat bangun, dan bergegas ke warung itu. Tapi aku terlambat, ibu itu sudah pulang. Aku tidak dapat nasi bungkus daun pisang pagi itu.
Em, aku sadar, mulutku sudah mengatup. Tidak lagi menganga menertawai air-air yang bergelombang di bawah sana. Tidak, aku tidak sedih koq! Suara motor semakin ramai di belakangku. Aku tau mereka yang lewat pasti memperhatikan aku. Atau ketika aku lewat di depan banyak orang, mereka pasti memperhatikan aku. Padahal aku bukan orang asing. Aku sama seperti mereka. Hanya saja kadang aku tertawa tanpa perlu mendapati hal yang menurut mereka lucu. Aku uniq kan??! Atau karena kadang aku berjalan dari pagi sampai sore dan tidak pernah merasa kelelahan. Atau karena aku berdiri di depan warung dan melihat lauk pauk itu minta dimakan oleh ku. Karena itu juga kupikir ibu yang selalu memberi aku nasi bungkus setiap pagi itu amatlah baik hati, ya karena ia selalu menuruti kemauan lauk pauk yang minta dimakan oleh manusia. Aku kan manusia. Tapi mengapa aku berbeda.. maksudku, mengapa mereka melihatku berbeda dengan yang lain..??!
Satu hal yang aku heran. Mereka bilang aku gila! Tapi aku tak percaya. Biar sajalah. Toh aku gila atau tidak, aku masih berjalan sama seperti mereka. Tidak kurang suatu apa pun. Kupikir gila atau tidak, itu tidak penting. TIDAK PENTING!.
Aku pernah dengar, katanya kebanyakan orang sukses itu adalah gila. Mereka banyak ide gila. Atau melakukan hal-hal gila. Atau mereka dianggap gila hanya karena punya pemikiran yang tak biasa. Bagaimana mungkin??! Tapi, aku ini bukan orang sukses. Tidak pernah melakukan hal-hal gila. Apalagi punya ideologi atau pemikiran yang..., yang..., yang gila... ah, aku malu menyebutkannnya. Tapi kalau orang-orang menganggap aku gila karena semua itu, kupikir aku hebat juga... nyehehe
Mereka bilang aku gila. Menurutmu, aku gila atau tidak??! Jawab ya! Hehe..
Tidak ada komentar :
Posting Komentar