Chocolate Covered Sesame Balls

Rabu, 28 Desember 2011

Bulan di Jasbret


Saya lupa kapan tepatnya membaca cerita pendek itu, judulnya; Menatap Bulan di Jasbret. Tapi yang pasti, itu adalah masa-masa dimana saya masih main lompat karet. Sebenarnya lebih tepatnya sih ikutan main dengan gadis tanggung usia smp dan sma yang ada di samping kiri kanan ruko kami. Kalo ga salah waktu itu saya masih sd. Jadi, anak gadis tanggung samping rumah itu berlangganan majalah Anita Cemerlang yang lagi trend waktu itu. Kadang mereka juga menggantinya dengan majalah Aneka Yess sekali-kali yang pelan-pelan mulai mencuri perhartian anak muda dengan lebih banyak berita para model  dan selebritis. Saya ingat majalah Anita sendiri lebih ke cerita-cerita pendek yang temanya kebanyakan cinta-cinta remaja dan anak-anak kuliahan yang tanggung itu. 

Jadi ketika edisi Anita itu muncul waktu itu, kata kakak saya ada cerita yang judulnya “Menatap Bulan di Jasbret”. Trus saya tanya, emang istimewanya apa? Jasbret itu kan kawasan makan di Lhokseumawe, gitu jawabnya. Wah, keren banget! Kata wow bertubi-tubi mengetok bagian dalam otak saya. Dan saya jadi penasaran ingin baca cerita itu. Tau tidak? Sampai saat ini saya belum sekalipun membaca cerita itu sampai tuntas. Beberapa tahun lalu saya sempat nyari di internet, siapa tau penulisnya Ayi Jufridar berkenan menulis kembali dalam sebuah blog atau apalah namanya gitu. Tapi nihil. 

Sekalipun cerita itu hanya cerita cerita kisah cinta anak remaja yang mungkin menurut sebagian orang biasa saja, tapi saya tetap ingin baca. Pengen merasakan aja cara bercerita Ayi yang- sumpe- saya tidak kenal itu. Yaa, kamu tau kan, saya sudah mengabiskan setahun kebelakang di kota Lhokseumawe dan saya kira selamanya saya akan di sini. Kenyataannya, begitu cepat saya kembali ke tempat semula lagi.. jadi, yang ingin saya katakan sebenarnya adalah; selama setahun di Lhokseumawe itu belum sekalipun saya makan atau sekedar duduk-duduk dikala malam terang bulannya di Jasbret itu..  Sumpah! Saya penasaran. 

Ke laut Jomblang saja yang dekat sekali dengan kantor itu saja baru Sabtu 24 Desember lalu saya kunjungi.  Thanks alot buat Agashi, Fadli dan Elly yang sudi mengajak saya di sore yang lumayan banyak anginnya itu.

Tadi, saya mencoba search lagi, memasukkan kata di searcbar gugel; menatap bulan di jasbret. Tetap saja ga ketemu cerita fiksi itu. Huff!! Mudah-mudahan bang Ayi Jufridar itu berkenan menulis kembali cerita itu suatu hari nanti sehingga bisa dibaca online. Ssssst, saya kasi tau satu rahasia yaaa, seandainya saja saya bisa menemukan kembali majalah yang entah kemana itu; saya sendiri rela menyalin kembali cerita itu di blog ini.

Lantas mengapa ‘menatap bulan di jasbret’ itu menjadi penting? Tentu saja karena saya suka sekali melihat bulan dan pernak-pernik malam itu.. hehehe. Oh iya, saya baru tau lho, kalo ternyata Jasbret itu adalah singkatan dari Jasa Beurata, atau Jasa Brata (?) . saya lupa tanya tulisannya, tapi saya dengar teman saya melafal begitu..

Dear, nanti sabtu saya akan kembali ke Lhokseumawe sebentar. Seninnya mungkin saya sudah di sini lagi. Dan saya masih berharap dapat melihat sebentuk bulan dari Jasbret, suati ketika nanti.. #ampun lebay nyaaa.. K

Putroe Phang 8- Banda Aceh, Desember 28 2011 
#tulisan ini akan direvisi, insyaAllah :)

Sometime A Year Felt Like A Day


Menurutmu mengapa aku tetap terjaga malam ini padahal seharusnya kelelahan yang  menguras tenaga tadi hari sudahlah cukup untuk membuat mata ini terlelap indah. Semestinya aku membiar mata juga pikiran ini beristirahat setelah menat yang begitu membingungkan dan sulit dipilih itu. Berada pada dua pilihan tidaklah selalu membuat kita merasa serta merta gembira. Aku jadi ingat ketika kadang bergumam “i dont have choice” atau “if i had another choice”. Tau tidak? Bahwa terkadang dihadapkan pada hanya satu-satu nya pilihan itu justru sebuah kemudahan yang harus disyukuri. Bukankah itu berarti Allah mempermudah kita untuk menjalani kehidupan ini yang begitu rupa warna dan kadang kita jadi buta membedakan warna-warna yang cocok dengan warna kulit sendiri versus warna yang kita sukai..

Bagaimana jika kukatakan ini adalah saat-saat yang genting? Apakah engkau akan datang. Tentu saja aku tak perlu berharap banyak. Seperti yang pernah engkau katakan, “ketika kita merasa tidak punya siapa-siapa maka sesungguhnya kita masih memiliki Allah. Dan Allah melebihi apa pun yang kita butuhkan”..

Setahun, adalah waktu yang cukup banyak untuk belajar, bahkan aku merasa butuh beberapa tahun lagi rasanya untuk memperbaiki semua kesalahan yang telah kusadari itu. Bertemu dengan orang-orang yang sama hitam rambutnya namun beda cara berpikir, bersikap, dan motif-motif tindakannya, adalah satu di antara banyak hal yang membuatku memahami tentang kehidupan yang tidak sekedar hitam dan putih ini. Engkau tau kan bahwa warna abu-abu itu tiada bagi sebagian orang yang begitu keras dan tidak ada ampun itu. Namun telah kulihat bahwa kebaikan dan keburukan itu, sekalipun sangat nyata berbeda, namun terkadang begitu tipis jaraknya. Sehingga kedua-dua nya bercampur saja sehingga cukup bagi kita untuk mengatakan sesuatu itu buruk hanya karena sebagian besar dari kadarnya adalah buruk, mengabaikan segala bebaiknya yang di mata kita hanya sedikit saja. Tidak dapat mengampuni sekalipun ia nya memiliki kesamaan sifat seperti kita; dapat melakukan kesalahan kapan saja; khilaf.

Dan aku adalah seperti itu. Seperti lampu minyak yang menyala-nyala menyuluh kesalahan-kesalahan orang lain. Melihat kesalahan-kesalahan orang lain seolah aku sendiri tidak melakukannya. Menahan-nahan hati dari memaki-maki hal yang tidak kusukai itu. Menahan-nahan mulut dari mencela hal yang sungguh tidak suka untuk kulihat itu. Apakah benar menurutmu jika aku membenci itu semua tanpa melakukan apa-apa? Tidakkah aku lebih buruk dari sekedar seorang apatis yang merasa benar sendiri dan ingin selamanya benar sendiri??

Kenyataannya aku tidak punya kesempatan lagi untuk melakukan itu semua. Engkau tau kan? Bahwa kebanyakan hal-hal baik yang tidak pernah kita lakukan itu akan kita sesali. Di ujung waktu, kita akan menyadari dan menyesali diri mengapa tidak begini dan begitu. Mengapa bersikap begini padahal seharusnya begitu. Mengapa berdiam diri padahal seharusnya mengatakan sesuatu. Mengapa menghakimi padahal seharusnya mengurai yang kusut dan memaafkan. Mengapa merasa benar sendiri dan seolah orang lain tidak dapat menjadi benar..

Dear, satu tahun akan usai. Jika engkau memintaku untuk berdamai dengan ketidakjujuran, selamanya aku tidak dapat melakukan itu. Hari ini aku mengatakan begitu- aku tidak tau nanti barangkali aku akan berubah- menjadi toleran pada hal-hal menipu yang tidak kusukai itu. Semoga saja tidak. Ini bukanlah persoalan “di beberapa keadaan kita memang tidak harus jujur”. Tapi soal kita mendapatkan hak dengan cara yang tidak baik itu, tidak perlu kujelaskan lagi kepadamu kan?

Kata mereka, inilah kehidupan sesungguhnya. Inilah hidup jika kita ingin lebih. Dan inilah pekerjaan jika kita ingin terus berada di dalamnya. Ku kira, untuk hal ini aku tidak perlu minta persetujuanmu untuk tidak setuju.
Seharusnya malam ini aku tidak larut menulis ini, tapi memikirkan dua pilihan yang sama baik dan sama pula buruknya jika aku tidak benar-benar memilih dan merencanakan semua itu karenaNya. Tahukah engkau, itu teramat sulit. Teramat sulit, tapi harus tetap dilakukan.

Aku tidak mempermasalahkan jika engkau mencibirku karena begitu sulit memilih salah satu diantara dua pekerjaan yang mana satu diantaranya jelas tidak memberiku materi lebih. Tapi bukanlah itu alasannya. Seperti yang telah ku katakan sebelumnya- memiliki banyak piilihan itu terkadang justru tidak mengenakkan- ku katakan ini tanpa sama sekali bermaksud tidak bersyukur atas pemberian kesempatan yang luar biasa ini.

Iya aku tahu, semua pilihan akan ada konsekuensinya. Semua jalan yang dipilih akan memberi kita pemandangan yang berbeda-beda. Semakin sulit dilalui semakin besar reward di penghujung tujuannya. Ya ampun, bayangkan saja jika kita mampu menge-set semua nya karena kecintaan ktia akan Rabb- baik, biar lebih mudah izinkan aku katakan bahwa semua ini adalah kecintaan kita untuk terus menjaga diri dalam kebaikan dan kebermanfaatan..  sekalipun itu adalah demi mengisi waktu luang dalam penantian yang luar biasa ini. Hehehe, jangan ketawa, ini tidak lucu .. :p dan jangan pula pura-pura tidak mengerti..

Dear, aku tidak menyangka akan kembali secepat ini. Bukankah seharusnya aku bersyukur karena ini artinya aku telah Dianggap siap untuk kembali menulis hari di kota ini? Apakah menurutmu harus ada yang di sesali lagi? Dan ku kira dua pilihan ini adalah pengkondisian yang luar biasa dari Tuhan. Jika aku memilih tetap tinggal- aku akan lebih lama lagi memendam diri. Dan jika aku mengambil kesempatan ini- maka ini seperti menambah kecepatan beberapa kali lipat, iya kan? Dan aku telah membayangkan kepayahan melalui kerikil-kerikilnya, and i  will not quit..

Aku tau bahwa aku tidak perlu membuktikan apa pun kepada siapa pun. Dan semoga setiap pelajaran yang telah ada di tahun sebelumnya dapat menjadi ornamen yang menolong untuk memperbaiki dan semakin memperindah keadaan.

Dan doa semacam ini- aminkan untukku dan untuk kita semua; yaitu bahwa aku memohon supaya Allah senantiasa memberi kekuatan untuk mengisi waktu sendiri ini dengan lebih bijak hingga ia tetap pada alur yang telah kita sepakati di lauhul mahfud itu.. amiin, semoga Allah mudahkan untuk kita semua.

Dan semoga Allah mengampuni ku karena sepertinya aku tidak lagi memiliki kesempatan memperbaiki sikap adilku untuk hal-hal yang tidak kusukai itu. Dan semoga di tahun depan- tidak ada lagi kesalahan yang sama, bagaimana pun kita ini hanya manusia bukan? Yang tetap memiliki rasa suka dan tidak suka, preferensi, dan kecenderungan akan sesuatu. Dan jika hati ini telah cenderung kepada apa yang kita sebut kebaikan itu, maka mudah-mudahan tetap begitu. Semoga Allah menunjuki kita keburukan-keburukan dan memberi kita kekuatan untuk menghindarkan diri sendiri dan orang lain dari padanya- dan semoga Allah tetap berkenan menunjuki kita kebaikan dan senantiasa memberi petunjuk untuk tetap terus di dalamnya, amiin.

Ya Tuhan, aku memohon ampun, untuk semua aib yang telah cerita melalui lidah ini, untuk semua cela yang telah melukai hati yang mendengar atau tidak, untuk semua maki yang kulontarkan sekalipun hanya dalam hati.

Desember 28, 2011

Aku tau kita tidak merayakan tahun baru masehi semacam itu. Namun ku kira kita tetap dapat memanfaatkan momen ini sebaik kita mempersiapkan diri ketika akan meloncati sebuah parit, atau ketika kita bermain lompat tali dulu itu tanpa membuat sambungan kekareitu bergoyang. Mungkin ini bukan awal semester, atau bukan pula hari ulang tahun, dan justru karena itu pula kita jadi memiliki banyak perhentian untuk terus menguatkan pijakan.. write your dream, n good luck!! J


NB: itu gambar gambar desain sama sekali tidak ada hubungan nya dengan oret-oret ituuu.. itu hanya sekedar selingan supaya tidak bosan saja membacanya.. ^____^
1.       


NB

Kamis, 22 Desember 2011

on Desember Rain Drops

Desember 17, 2011- Wahai Diri, Aku Rindu

'Engkau dimana aku menunggu
Datanglah lekas, aku rindu..'


Nampaknya pertemuan yang kemarin itu yang terakhir. Sepertinya demikian. Justru karena tidak ada sesuatu yang istimewa aku menjadi heran; kenapa mesti ada bayang-bayang tersisa, masih ada suara-suara menggema di dalam kepala. Dan aku tentu saja bertanya; "mengapa harus engkau?' dan mencoba me-reka reka ulang waktu dimana aku dan engkau ada, mengais-ngais yang kasat, ku pikir dengan demikian akan temu pada jawaban bagaimana perangkap ini bisa terjadi.

Pada akhirnya aku tetap belum mengerti tentang rahasia Tuhan akan sebuah pertemuan, dan bagaimana semua dapat berakhir pada saat tak terduga.


#kehilangan itu sangat menyesakkan, apalagi kehilangan dua kucing bawah tiga bulan yang belum sempat diberi nama itu.. jadi sekarang aku punya alasan untuk menangis bukan?? terima kasih Ya Tuhan. Tears, for many times, makes me felt better..



'Engkau dimana aku menunggu
Datanglah lekas, aku rindu..

wahai diri datang kemari
duduk disampingku
sungguh aku rindu bertemu diriku yang dulu'

--


Desember 15, 2011- Penerimaan

Menurutku, sebagian besar waktu berkendara adalah saat-saat yang menyenangkan. Namun ada saat-saat dimana udara begitu dingin padahal aku masih ingin berlama-lama bercengkrama dengan semilir angin-angin. dalam perjalanan semacam itu, betapa pun dingin mengepung aku tetap tak dapat menelikung lengan mendekap diri. Satu-satu nya hal yang dapat kulakukan adalah bersiap-siap dengan jaket paling tebal yang ku punya. Jika dengan demikian pun dingin belum mau mengalah, maka kubiarkan saja dingin yang mendekapku. Hawa nya yang kuterobos sesungguhnya bukanlah bentuk perlawanan, namun justru karena aku ingin berdamai dengan menjadi bagian yang tak dapat dipisah-pisah. Sehingga kemudian yang ada adalah kehangatan dan penerimaan. Karena aku tak dapat menolak ada-nya, dan mengepung diriku sedemikian rupa adalah posesivitas dirinya yang begitu koleris..

Aku akan semakin bahagia jika ada beberapa bagian titik gerimis yang jatuh ragu-ragu di atas punggung tanganku yang terkepal menggenggam setang. Kadang aku lebih suka membiarkannya terbuka. Memalingkan pikiran dari kekhawatiran bahwa kelembabannya akan hilang, atau warnanya akan me-legam. Kadang aku tak ingin peduli dengan semua itu

Senin, 19 Desember 2011

Wis Junior






#ini wis waktu kecil.. hehehe, seharusnya saya menyelesaikan resensi Kemi; Kebebasan Cinta yang  Tersesat. tapi- kerjaan di kantor buanyak sekaleeee.. hahaha, ghayyyya :p
nanti deh ya, di upload lagi tulisannya. ini hanya sebagai penghibur dan selingan sementara ;) thanks for chek it out, ^____^

Kamis, 08 Desember 2011

Sami Yusuf - In Every Tear, He Is There



Some might say this world today shows
God’s left us to our mistakes oh
He has never been
So far away
Some might say
How could any father stand
See his children across many lands
Suffer so and give no helping hand
No helping hand

Somewhere tonight
Far away and out of sight
There’s a child that’s too weak to cry
Hmmm
Deep in those eyes
Can’t you see him in disguise
Reaching out to the heart that’s in you
And I

In every tear
That is where
He is there

He’s the hand that wipes that brow
He’s the tear that trickles down
Upon the face that cries without a sound
We need you now
What a simple choice to make
Between what you give and what you take
When what you give
Such precious life could save, life could save

Somewhere inside
There’s a part of you that asks why
Would he leave so many so far behind
And deep in those eyes
Can’t you see Him in disguise
Reaching out to the heart that’s in you
And I…

Senin, 05 Desember 2011

Hanya sebuah sedekah; bukan Basa Basi


Ada seorang peminta-minta yang senantiasa setia bertandang ke kantor kami. Ketika menulis cerita ini, sebenarnya aku juga ingin menulis namanya, namun aku selalu saja lupa menanyakan perihal nama kepadanya. Aku terkadang tidak begitu mengerti cara mengukur umur seseorang dari wajahnya, namun perkiraan ku ibu-ibu ini usianya pastilah di atas empat puluh. 

Aku lupa ini kali keberapa dia datang. Model pakaian yang dipakainya adalah selipat selendang tanpa bandana atau jenis dalaman jilbab apa pun namanya- dia tidak memakai itu sehingga beberapa helai rambutnya kadang bertemu penglihatanku, kaos berwarna yang sudah usang warnanya dan terlihat kusut mayut di sana sini, juga selembar sarung kotak-kotak (kadang motifnya bunga-bunga, batik) yang dipalit tiga perempat betis. Sandalnya adalah sandal jepit yang sama lusuh dengan pieces pakaiannya yang lain.

Ak mengingat ada beberapa kali kedatangannya yang kusambut begitu sumringah. Adalah ketika aku memang sedang berniat ‘bersedekah’. Dan ada beberapa kali kedatangannya membuatku ‘mengaduh’, karena aku sama sekali tidak punya persediaan dalam dompetku. Engkau tau kan, kadang sampai tanggal segini sejumlah karyawan belum dibayar gajinya. Hey, aku sama sekali tidak bermaksud membeberkan hal yang tidak mengenakkan ini. Lagi pula aku sendiri memaklumi nya sebagai sebuah konsekuensi sebagai seorang karwayan- dan memahaminya sebagai seorang yang juga pernah mengelola gaji orang lain- sekalipun hanya hitungan tahun.

Masih tentang perempuan peminta-minta itu. Aku ingat, ada sekali waktu dia datang, dan aku sama sekali tidak membuatnya membawa pulang sesuatu. Dan ketika itu aku berniat tidak akan membiasakan ini lagi, yaitu tidak ingin membiasakan diri memberi kepada peminta-minta, seperti yang kulakukan ketika aku menemui mereka di pasar, depan swalayan, atau di tempat-tempat makan. Sudah lama aku melakukan itu. Jadi, ‘memberi’ kepada peminta-minta hanya kulakukan jika peminta-minta itu sudah sampai mengunjungiku di rumah- atau di kantor seperti ini. Karena ada orang-orang yang dapat begitu mudah dating kembali hanya karena berpikir bahwa kita tetap memberi. Bukannya aku tidak setuju ‘memberi’ kepada peminta-peminta ini, terlebih mereka perempuan- yang jika aku melihat wajah mereka maka aku jadi teringat ibuku sendiri, jadi teringat berapa orang anak yang ia tanggung di rumahnya, jadi teringat jauhnya perjalanan yang ia tempuh hingga sampai di sini.

Sudah lama aku tidak memberi secara langsung kepada peminta-minta. Menurutku, menyalurkannya ke lembaga yang dapat dipercaya akan lebih baik dan member solusi jangka panjang. Kupikir, jika lembaga tersebut dapat memberdayakan sedekah-sedekah ini dengan benar kepada para dhuafa dan peminta-minta ini, dan merubah pola pikir mereka tentang ‘bagaimana cara bertangan di bawah itu dengan cara yang mulia’- itu akan lebih jauh jangkaunnya. Tangan di atas itu mulia, dan tangan di bawah itu sangat manusiawi. Tangan di bawah dengan cara-cara mulia, tentu akan mendapat sorotan yang mulia pula dari para manusia dan Allah swt, ku pikir demikian.

Masih tentang perempuan peminta-minta itu. Kadang aku menjadi sama kikuknya dengan dia. Kadang aku menemukan ada malu tersirat dari sikapnya sekalipun pada kali lain ia akan tetap datang lagi. Aku bahkan sudah menghafal suara salamnya dari ruanganku. Kadang aku juga menjadi malu menemukan rautnya yang menjadi malu itu. Ku pikir sebagai perempuan sebaya ibu ku, menjadi peminta-minta juga pastilah bukan pilihan yang akan dipilihnya jika dia memiliki pilihan lain.

Tadi, dia datang kembali ke kantor kami. Seperti yang ku katakan, hingga tanggal segini aku belum gajian lho.. hehehhe. Begitu mendengar suara salamnya, aku jadi bingung sendiri. Sebenarnya ada beberapa receh lima ratusan di dalam dompetku. Tiba-tiba aku baru ingat ada lembar lima ribuan di dalam dompet yang tertinggal di rumah, tapi itu di rumah. Bagiku, memberi uang lima ratusan kepada peminta-minta sama saja dengan menjawab basa-basi nya meminta-minta dengan basa-basi pula (kamu boleh ndak setuju dengan pendapat ini). Iya, si ibu memang datang meminta-meminta bukan sekedar basa-basi, tapi karena memang dia membutuhkannnya. Namun aku sering menemukan orang-orang yang memberi, yaitu mereka sibuk mengorek-ngorek dompet dan tas mereka mencari-cari koin lima ratus atau seribu ketika peminta-minta mendatangi mereka, seolah-olah ini hanya untuk memenuhi tangan menegadah itu saja. Bahkan ada yang mengatakan, ‘ngapain ngasi banyak kalo ga ikhlas’, atau juga ‘gapapa dikit, yang penting ikhlas..’. kita bisa memilih sikap mana pun, namun pilihlah dengan sadar, sekalipun itu hanya sekeping lima ratus rupiah..

Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. (QS. Adz-Dzariyat: 19)

Adapun orang yang meminta-minta, maka janganlah kamu menghardiknya.(QS. Adh-Dhuha': 10)

Setiap pagi ada dua Malaikat yang turun di langit dunia untuk memanjatkan doa kepada Allah; yang satu berdoa: “Ya Allah berikanlah ganti kepada orang yang mau membelanjakan hartanya; yang lain memanjatkan doa: Ya Allah berilah kerusakan pada harta orang yang tidak mau membelanjakannya’ (HR. Bukhari Muslim)

" Pintu2 sedekah adalah bertakbir, bertasbih, bertahmid, bertahlil, beristigfar, memerintahkan kepada yang baik dan mencegah dari yang mungkar, menyingkirkan duri, tulang dan batu di jalanan yang dilalui orang , menuntun orang buta, membantu orang tuli untuk mendengar suatu perkataan .. semua itu adalah pintu sedekah bagimu terhadap dirimu. (HR . Ahmad)

Hal yang tidak dapat saya pungkiri adalah, bahwa terkadang saya juga menggerutu di dalam hati, dan menjadi bingung, dan ikut menanyai diri saya sendiri ketika saya dalam keadaan ‘tidak ada’, tapi datang pula peminta-peminta. Dalam keadaan semacam itu, saya jadi teramat bingung kadang-kadang- dan untuk setiap apa pun yang keluar kemudian, saya memohon-memohon kepada Tuhan- agar supaya menjadikan hati saya ini iklhas mengeluarkan itu semua.. amiin.

Masih tentang perempuan peminta-minta itu, yang saya tidak tau apakah bulan depan saya masih akan menemuinya- karena kemungkinan saya sudah tidak di kantor ini lagi. Kecuali jika dia datang sebelum tanggal 5.. :)

Semoga apa pun yang dia peroleh menjadi rizki yang berkah untuknya dan untuk keluarganya, amiin

#jika di ingat-ingat sudah hampir semua waktu kita ini tersita untuk urusan dunia- mencari duit dan segala pernak-perniknya. Saya menabung baju, gadget, menambah teman, dan menikmati hidup dengan leluasa dapat bernafas hingga detik ini. Jadi saya piker, ketika saya member ketika sesekali saya ‘tidak punya’, itu sesungguhnya hanya secuil dari sedikit sekali tabungan saya di akhirat itu.. semoga Allah memudahkan keridhaan hati-hati kita, amiin

Sabtu, 03 Desember 2011

dengan apa

dengan apa akan kubungkus nelangsa ini
dan kemana pula harus ku bawa nya?

#hari-hari yang agak aneh dan berbeda. tak dapat membaca pola. Ya Tuhan, tunjuki hamba

Selasa, 29 November 2011

Suddenly Day

23 Nopember 2011
Very Very Suddenly Vacation

Ku kira semalam aku akan melihat bulan di kota ini; Banda Aceh, lagi. Sambil terkenang-kenang lagu nya KLA Prject; Tak Bisa ke Lain Hati. Kenyataanya, baru subuh hari nya, tepatnya pukul 4.35 daku tiba di sini. Dan ketika sebuah becak membawa ku dari terminal Batoh ke Darussalam, sama sekali tidak ada penampakan bulan, jangankan bundar dan besar seperti sebuah subuh tengah Mei lalu, yang menyabit pun tiada. Hanya ada satu bintang yang kecil sekali kelihatannya, dan redup pula cahaya nya- seredup keinginanku untuk datang kali ini. Tadinya aku ingin menikmati jalan protokol dari persimpangan empat Jambo Tape hingga Darussalam, tapi tukang becaknya terlanjur motong dari Beurawe tembus Lambhuk- Lampineung, baru kemudian Darussalam.. sedikit kecewa karena tidak bisa menengok pinggiran jalan kota ini dalam balutan subuhnya. Lalu diam-diam aku berjanji, aku akan datang lagi

ini ditulis dalam perjalanan dari Putro Phang 8 Darussalam hingga Montasik, menuju Lhokseumawe, sore yang dingin dan lembab, tapi tidak ada hujan. Syukurlah supir L300 nya cukup paham dengan selera anak muda ini (hihihi..) diputarnya lagu-lagu yang cukup menentramkan hati; You and I, Beautiful Girl, I Think I Love U, etc deh.. kebanyakan adalah lagu-lagu jadul nan asik yang sering saya dengar pas saya SMP dulu.. terima kasih pak Pir.. :)

Lalu tiba-tiba saja aku sudah tiba di rumah. Rasa nya seperti baru pulang keliling Indonesia- penat ini terasa sampai ulu hati- and i m not going to ask what's going on anymore. Kota itu, jika tidak menyisakan ceria yang luar biasa, maka selalu saja membias sisakan penat yang begitu rupa, oooh.. rasanya pengen tidur seminggu lagi. Aku lupa dini hari itu aku tidur jam berapa- tapi kantuk yang menggantung di sepanjang perjalanan entah kemana terbangnya kemudian hingga aku tidak ingat tiba-tiba saja sudah pagi lagi- siap siap lagi- rutinitas lagi seperti biasa.. betapa indahnya.. :)


24 Nopember 2011
Obat Anti Penat

Apakah engkau pernah mendengar kata 'anti '? "anti pecah' misalnya, yang sering kita temukan pada timba-timba plastik yang hitam warna nya itu. 'anti lelet', yang menjadi jargon salah satu provider internet yang iklannya lagi heboh itu. 'anti huru hara', yang tersemat pada tameng-tameng pelindung polisi-polisi yang dibariskan pada setiap demontrasi. 'anti histamin', yang hampir selalu jadi salah satu komposisi obat batuk dan obat obat demam itu.. 'anti nyamuk', yang kita temukan pada dus dus obat nyamuk, atau pada kemasan obat nyamuk elektrik yang tak berasap namun tetap beracun itu.

Menurutmu mengapa aku harus berpanjang-panjang menjelaskan arti kata 'anti' ini dengan menyebut demikian banyak contohnya, apakah itu penting? sesungguhnya itu semata-mata karena aku tidak mengerti bagaimana cara menjelaskan kepadamu tentang kata 'anti' yang ingiin kudefinisikan ini..

Dan kukatakan kepadamu bahwa kekecewaan adalah anti bagi kepenatan bagaiamana pun hebatnya kelelahan menderamu.

Tadinya aku ingin mengawali sore ini dengan pulang cepat, bersih-bersih, dan berangkat tidur lebih cepat setelah Suddenly Vacation yang cuma sehari dan memenatkan setiap inci dedaging ini..

Dan sekali lagi ku katakan kepadamu bahwa kecewa adalah obat bagi setiap penat. Membuatmu ingin menyelesaikan setiap pekerjaan padahal seharusnya itu dikerjakan besok. Membuatmu menunda-nunda pulang dan kemudian kemalaman di jalan. Membuatmu tak ingin berhenti padahal engkau sudah sampai..

dan 'kecewa' ku pikir adalah 'anti penat' yang luar biasa, lebih ampuh dari tidur sepanjang apa pun. membuaka mata sekalipun engkau ingin memejamnya.. selalu begitu.. selalu begitu.


#tentu saja kurang tepat jika judul ini menjadi 'Suddenly Day'. bagaimana pun terkejutnya kita dengan apa yang terjadi dalam hari, sesungguhnya itu adalah bagian dari rencana Maha Besar dan maha Kuasa Nya.. very beautifull life to always believe and behalf on Him.. :)

Sabtu, 12 November 2011

Tentang Langit

tadi malam langit begitu saga merahnya. kadang aku menjadi sangat heran. barangkali engkau sudah terlampau sering mendengar ajy menyebut-nyebut ketakjubanku pada langit, hingga ketika keheranan menyergapku sebentar-bentar aku menatap kepadanya. tatapanku kepada langit, selalu saja seperti tatapan orang-orang kampung kepada gemerlap lampu-lampu kota- takjub tak terkira.

langit, atap yang mengangkasa, menelikung pada setiap ujung pandang kita, kemana pun mencari kakinya takkan pernah ada, pemayung yang setia oleh derai hujan, terik siang, juga kanvas bagi gurat pelangi.

masih tentang langit. ada guratnya yang tidak terlalu biru yang pernah ku lihat. serakan awan-awan putih menjelang jam 10 ssebuah siang. rasanya tak percaya dapat melihat langit sedekat itu. mari kuberitahu engkau sebuah rahasia, bahwa langit terlihat lebih dekat ketika engkau berada di perbukitan yang menanjak. kau tidak percaya? tapi aku telah melihatnya. langit biru yang terasa begitu dekat, tapi sekalipun aku berada di gundukan bukit yang semakin menanjak tidak berarti aku dapat serta merta menggapainya..

masih tentang langit, yang mengguyurkan hujan. yang ketika lebatnya seperti derai manik-manik yang tidak putus-putus dari langit. dan gerimisnya adalah derai manik-manik yang malu-malu namun tetap teratur dalam benang udara yang lembab.

sama sekali tidak masalah jika engkau tidak berkenan pada perumpamaan-perumpamaan yang kubuat. kupikir kita dapat mendefinisikan sesuatu pelan-pelan hingga mudah-mudahan nanti menjadi definisi yang lengkap dan sempurna.

ada beberapa bagian dari hujan, yang bau tanah yang selaul timbul sebelum derasnya, suaranya yang memukul rerumput batu dan jalan beraspal ini, yang arahnya menusuki kemana angin berlari, adalah beberapa bagian yang ingin kujumput dan kusimpan penggalnya, yang membuat mengingatmu; engkau dimana.

tentang langit, yang bila aku memejam mata, sekalipun beberapa mili detik saja- mata ini menjadi tentram ketika menemukannya kembali di atas sana.

tentang langit yang selalu membuat kita tengadah, dan terus berharap hujan-hujan syukur dapat terus hujami hati ini.

masih tentang langit, yang kupandangi setiap pagi, langit yang mungkin sama engkau pandangi, dan sama kita temui tenggelam rekahnya di sore hari, adalah rahasia.. adalah rahasia.. adalah rahasia, untuk apa pun itu pertemuan yang tidak kita ketahui gaibnya.


#hufff. lega :)

“Ya Rabb kami, janganlah Engkau condongkan hati kami pada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Mahapemberi (karunia).” (Ali Imran: 8)


Kamis, 10 November 2011

Ariss Andai saja

Bulan di Nopember

Oya, beberapa malam ini bulan bagus sekali, seperti pada malam-malam bulan ini setahun-bahkan dua tahun sebelumnya juga begitu. Kau tidak percaya?? Aku juga hampir tidak percaya. Tapi nampaknya, begitulah posisi bulan pada bulan Nopember. Semalam, ada sedikit gerimis- tapi hanya sebentar- dan langit tetap terang benderang. Dan bulan, seperti yang kukatakan tadi- posisinya sama seperti setahun dua yang lalu- bersandingan dengan satu bintang- tapi aku tidak tau itu bintang (atau bahkan mungkin planet) apakah gerangannya.

Aku tidak akan lupa, saat-saat pulang dari Lamnyong pada tahun 2008 itu, melewati jembatannya seterusnya dengan kecepatan hanya 40, dan selalu menyempatkan diri untuk tengadah- bulan terlihat sangat indah dalam arah pulang ke Darussalam. Waktu itu aku nge-kost di Limpok. Sejak bulan-bulan akhir tahun itu hampir setiap malam ada bulan di dalam mata ini, hampir selalu terlihat indah- sekalipun suasana mengeruh- sekeruh mendung yang mestinya hadir pada bulan-bulan penghujung tahun.

Dan hari ini, sebuah Nopember yang lain. Dimana hari telah berbeda, dan satu-satu hari yang lalu itu masih juga kupahami adanya, masih coba kuresapi mendungnya yang mengurai hujan pada hari cerah yang kukira baik bagiku- pada kenyataannya hanya Tuhan yang tau apa yang terbaik untuk kita, iya kan?

Hmm, kokom di rumah sedang ngadat- jadi ga bisa nulis kalo malam-malam, sekalipun yang ditulis juga tiada apa-apanya, hehehe.. ga pa pa lah yaa :D

oh iya! saya membeli sepasang botol air minum Tupperware yang ada tulisan FOREVER INDONESIA.. sepasang- satu putih (warna kesukaan saya), dan satu lagi merah.. hehehe kamu mau? :D
nanti deh, saya post foto nya, ya ya ya.. :)

#Ini sekarang hari ini kamis, 10 nopember 2011, 12:17- aku sedang menunggui dhuhur. Juga nunggu konfirmasi stok barang yang daku order- ada atau tidak, supaya bisa lekas diselesaikan pembayarannya J

Sabtu, 29 Oktober 2011

sebatang rindu

rindu-
kadang merayap saja tiba-tiba
menyisakan ngilu
hingga hantar pada pejam mata

setelah apa yang tidak ingin kuyakini telah kupercaya-i
maka sungguh ini membuat bingung
yaitu tentang bagaimana dan siapa yang telah menambat hati

dan sungguh aku malu untuk sekedar bertanya engkau siapa

September 30, 2011


tentang warna langit yang kau sukai
abu-abu sore hari,
jingga senja,
atau beludu hitam penuh bintang,
adalah pilihan-pilihan teramat indah dari Tuhan
sehingga kita tak perlu memilih,
dapat menikmati semua begitu saja..
begitu saja..

nanti,
katakanlah kepadaku ingin kudengar
bukan tentang permata-permata
atau tatapan kagum orang-orang
atau sesuatu yang dikatakan hebat lalu serta merta menjadi hebat
atau apa-apa yang membutakan dan menulikan dari mengingatiNya

bukan pula picisan-picisan ini
yang menggodai hatimu untuk melarik tiap bebaitnya

namun sebuah rindu
yang ketika engkau memejam mata mengingatiku
serta merta engkau teringat akan diriNya

October 26, 2011




-------------------

udah lama banget ga nulis puisi :). berasa kaku, aneh, dan tidak menyentuh ya?? :(. sekalipun sedikit, sekarang saya paham- bagaimana kepiluan Shakespare dan Kahlil Gibran telah melahirkan begitu banyak karya yang menghipnotis- dan membuat kita berpikir hingga lelah- bagaimana rangkaian kata-kata indah dapat mengalir melarik tulisan-tulisan mereka- tidak lain adalah kepedihan, yang mereka simpan lamat-lamat di sudut  hati, yang menikam jiwa sejak terjadinya- menyisakan sesak yang tidak bisa dihapus- seperti sisa lubang paku yang dicabut dari kayu tempat dipahatnya.

setahun telah lewat dear.. dan seperti kemarin itu semua berlalu. apakah menurutmu hidup memperlakukanmu tidak adil kadang-kadang? jangan khawatir- setiap orang pernah merasa demikian, dan kebenaran yang sebenarnnya adalah bahwa Tuhan itu Maha Adil. semua perasaan demikian itu adalah perasaan kecewa karena kita tidak dapat mengendalikan semua keadaan sebagaimana yang kita kehendaki.

yang perlu kita pahami adalah segala sesuatu terjadi atas kehendaknya. dan selayaknya kita memaafkan diri kita sendiri atas kebodohan diri- sehingga kebodohan dan keluguan itu membuat orang lain dan bahkan mungkin diri kita sendiri mendhlimi diri ini.

maka menjadi adil lah untuk diri sendiri- memaafkan yang terjadi- memahami yang harusnya diputuskan- menyimpan rapat pilu, menengadah tangan untuk petunjukNya, melihat sisa sisa hari yang barangkali masih panjang, atau mungkin hanya sisa besok saja.

la tahzan- Allah ma'ana :)

Jumat, 28 Oktober 2011

Coffe at ma desk

saya tidak dapat berkelit bahwa saya menyukai kopi dalam kadar yang cukup tinggi. aroma kopi selalu menggoda saya untuk mencicipinya. mengawalinya di awal kelas 3 smu, waktu itu saya memaksa diri meminum cairan warna hitam ini sebagai sesuatu yang memuakkan. ketika itu bahkan saya menyeruputnya malam-malam sambil menutup hidung dan mata, hehehe, betapa tersiksanya.. tapi ketika kelas tiga smu itu saya kadung berjanji pada diri sendiri bahwa saya harus mahir pelajaran eksakta selain biology (yang dapat masuk ke kepala saya hanya dengan sekali baca). menjelang UAN dan SNMPTN, tentu saja harus mati-matian belajar. dan dalam waktu satu tahun kelas 3 itulah, saya jadi jatuh cinta pada Matematika, wonderfullllll :D dan setelah itu pula saya memutuskan untuk memilih Fakultas MIPA Matematika ketika ikutan tes perguruan tinggi. cita-cita ga tanggung, pengen jadi ilmuwan, hahahaha.. waktu itu saya sama sekali tidak terbayang ilmuwan matematika ngapain aja sih.. satu hal yang saya pahami, saya terlanjur klop dengan teorema, pembuktian, angka nol dan satu, hasil akhir yang bikin penasaran, menyelesaikan matematika semacam memberi saya teka-teka cinta- selalu membuat saya penasaran untuk menyelesaikannya, dan selalu ingin menemuinya.. hehehe, lebbah sekallee yaaa :D tapi begitulah adanya ee.. :p

waktu tidur malam jadi hitungan jam, bahkan rata-rata 1-2 jam saja. waktu itu kami (saya dan kakak saya) tinggal di daerah Ie Masen Kayee Adang, sehingga ke sekolah saya hanya perlu jalan kaki saja. kami tinggal di Arifin Ahmad 12 di tahun ketiga saya smu itu. 

percaya atau tidak, dikelas satu dan dua, matematika dan ilmu hitung lain selalu jadi momok buat saya. saya selalu jadi keringat dingin kalo ujian. di rapor, saya hanya mengandalkan nilai pelajaran bahasa, biology, dan nalar pada pelajaran sosial (saya suka sekali Sejarah dan Geografi). saya takut pada Fisika, apalagi kalau sudah mulai ngomongin hukum faraday dan sejenisnya, aih- asam lambung saya pasti ikutan farah deh, hihihi.. juga Kimia. pernah lho, waktu ujian semesteran mata pelajaran Kimia, saya ninggalin ruang ujian tanpa mengisi satu pun nomor soal essay-nya. yang soal choice pun saya isi asal tebak aja :(. sampe-sampe wali kelas saya yang guru kimia ikutan stress oleh sebab ulah kepikunan saya akan mata pelajaran kimia itu.. ooooh, memalukan sekali saya ini yaa, hiks hiks..

dan demikianlah kopi, menemani tahun ketiga saya di smu, hingga saya mengawali kuliah dan seterusnya. nanti deh, saya akan cerita mengapa kemudian tahun-tahun pertama kuliah di matematika justru membuat hubungan saya dengan si doi matematika tiada berasa romantis lagi.. itu adalah kisah sangat mengiris hati antara kami berdua yang patut anda tunggu-tunggu tentunya *wweeekkkz :p

jika dihitung, maka sudah 11-2= 9 tahun lah interaksi saya dengan benda bernama kopi ini. berikut beberapa gambar yang saya ambil ketika saya sedang suntuk, atau ketika keliahatannya sebuah view bagus di mata saya, atau ketika saya sedang mengetes kamera yang akan dibawa DST ke lapangan.. hehehe, selamat menikmati, mohon 'keripik' dan saran jika berkenan :)



ini kepekatannya agak sedikit 'kencang', dan sesungguhnya tidak baik untuk lambung saya :(


yang ini cukup soft lho, sama dengan seduhan sachetan nescafe 3 in 1 yang Cremee itu




#ditulis saat sedang menunggui waktu pulang. sore berangin yang sedikit mengerikan. let's home.. have nice weekend ;)

Jumat, 14 Oktober 2011

Acakadut #yang lagi bete dilarang baca


Sesungguhnya saya rada khawatir jika masih saja menulis tentang bulan- apalagi purnama. Saya khawatir kamu menjadi cemburu dan mengira-ngira bahwa saya ini ‘seperti ini’ dan seperti itu’ L. Yang ingin kukatakan kepadamu adalah; bagaimana pun saya mengagumi bulan (baik sabit atau purnamanya) itu karena memang keindahannya semata yang selalu membuat mata ini takjub tak mau berkedip (*ampun lebay nyaa.. L)

Saya yakin pada usia berapa pun nanti (jika Allah menghendaki saya berumur panjang tentunya)- bulan akan tetap menjadi pemandangan yang saya sukai dan rindukan. Terkadang, jadi lucu juga membayangkan usia saya jika sudah nenek nenek, duduk di teras rumah ‘kami’ (*red. kami= saya dan si kakek,:p) sambil bercerita tentang kenangan yang sama tua nya dengan keriput di kulit-kulit kami itu. Sambil mensyukuri dan menjadi bahagia karena sudah cukup banyak juga cucu yang kami punya- dan mungkin beberapa menjadi nakal tidak tulungan (*tapi mudah-mudahan saja semuanya sholeh dan sholehah seperti kakek dan neneknya ini, amiin. Hehehe, maaf, narsis :p).

Membayangkan diri saya sebagai nenek-nenek adalah sama dengan pengandaian saya sekitar 10 tahun lalu. Dulu, waktu usianya saya 12-15 tahun, saya suka membayangkan apa bentuknya saya pada 10 tahun mendatang, atau 20 tahun mendatang. Beberapa waktu yang saya andaikan itu sudah saya lewati. Ada beberapa bagiannya yang saya agak ngeri membayangkannya (sekalipun sudah saya jalani) jika dijalani oleh anak-anak remaja yang ‘kurang bekalnya’. Bukan maksud saya mengatakan bahwa saya ini cukup bekal, bukan. Pada kenyataannya saya sendiri juga bingung jika membayang-bayangkan hal-hal yang harus saya ‘lakukan’ kepada anak-anak saya nanti menghadapi derasnya kehidupan mereka. Bagaimanapun, kita dan mereka memiliki masa yang berbeda. Untuk adik saya sendiri saja, kadang saya merasa khawatir, sangat khawatir. Kamu pasti mengerti maksud saya- bahwa terkadang ada hal-hal yang sudah kita lewati dan kita ingin sekali mengatakan kepada mereka ‘sesuatu’ supaya mereka tidak lagi mencoba-coba jalan yang sama. Tidak selalu mudah menyampaikan hal-hal semacam itu.. #koq jadi bingung yaa L

Ya, mudah-mudahan dalam ‘penyambutan’ ini, Allah senantiasa memberi saya petunjuk supaya berbekal dengan benar- tidak hanya teori- tapi juga kesiapan saya sendiri untuk benar-benar learning by doing, tidak panic, tidak latah, dan tidak pula menjadi orangtua yang ‘tidak siap untuk punya anak’

#haddeuuh- jodoh aja belum tau dimana, koq tiba-tiba ngomongin anak sih K annneh..

Hehehehe.. ini sebenarnya saya lagi mentok mau nulis apa, tapi karena saya tau kamu akan bahagia membaca ini, maka saya tetaplah menulis walopun ini hanya hoax semata.. maafin saya ya Jod.. pokoknya, karena saya tetap menulis; kamu harus tetap membacanya dong yaa, ya ya ya.. :p ya ya, kamu harus tau bahwa pemaksaan sekarang terjadi dimana-mana lho, termasuk di blog saya yang tiada seberapa mana ini, hehe

Ok Dear, sleep tight ;)
Just pray for whatever today’s life, okay..!

#sengaja diberi judul ‘acakadut’, karena saya endiri juga ndak tau; ini corcolan soal apa c sebenarnya?? Miris ya? Hiks..

Saya pikir dengan tidur lebih larut dari biasanya, ini bisa merefresh kebiasaan saya yang selalu tidur tidak lama setelah jam dua puluh satu. Huff! Dear, sesungguhnya ada banyak hal yang terjadi, tentu saja kan- selama masih nafas berhembus, maka sebanyak mili detik pula lah ada satu cerita- membentuk keadaan dan menciptakan suasana. Akan ada perubahan besar dalam dua bulan ini.. I’m going to be jobless!! Engkau tau kan, kita benar bertanggung jawab untuk ketidaknyamanan yang kita rasakan dimanapun kita berada. Terkadang, resign itu menjadi satu-satunya pilihan yang paling baik, untuk kita sendiri dan untuk apa yang kita tinggalkan. Seperti kebanyakan orang, saya tidak dapat bertoleransi kepada ketidakjujuran- apalagi jika sampai ditikam dari belakang.

Jika di sana saya tidak dapat mengubah apa pun- dan berada di sana menguras energi positif yang saya punya hanya untuk terus berdamai dengan hal-hal yang diingkari hati saya, sungguh saya tidak sanggup. Tidak kah lebih baik jika saya memilih pilihan lain- yang dengannya saya dapat mencurahkan semua- atau minimal setengah saja- dari hal baik yang saya miliki untuk hal-hal baik lain yang mungkin tumbuh dan terus kembang- semoga Allah lekas mempertemukan saya denga ‘hal itu’, amiin ya Rabb, amiin. Wish me luck!

October 14, 2011 - 00.22