Ramadhan 4...
Tak ada yang istimewa dari diri. Kecuali Ramadhan yang datang dengan agungnya.
Mengetuk dan masuk dengan sahaja. Tapi suguhanku terlalu sederhana. Aku malu
Salahku? Sebelas bulan itu kemana? Kerinduan yang kupersiapkan beberapa minggu lalu, ternyata tak berguna. Aku miskin. Aku tahu Ramadhan tak menuntut banyak, tapi aku ingin memberi lebih, kali ini.
Waktu, engkau mencatat Ramadhan ku setahun lalu. Aku masih ingat ketika meratapi 15 Ramdhan yang berlalu begitu saja. Memalukan! Mendapati diri berbagi hati dengan apa yang mungkin sama sekali tiada Engkau ridhai. Sesuatu yang kukira indah, tapi aku tak dapat menjaga keindahannya. Terlalu agung untuk kupelihara. Terlalu dini untuk ku amanah merawatnya sampai tunas-tunasnya tumbuh dengan sempurna. Dan aku jelas gagal. Belum setahun, tapi rasanya begitu lama telah belenggu itu menyandera hati. Adakah sebuah pedang dapat memutuskannya tanpa mengalirkan darah hatiku? Atau selembar sutera yang bisa mengkerudunginya sehingga aku bisa mmebiarkan gelisah itu pergi dengan lembut beranjak meninggalkan kerasnya haluan hati...
Aku ingin meneriaki setiap detik, tapi bagaimana mungkin karena bukan ia yang bersalah atas semua ini. Debu-debu terus menempeliku tak peduli kemarau ini masih akan lama. Gemuruh itu hanya menakutiku sementara derai hujan tak kunjung jatuh membasahi hingga kuyup. Aku ingin tak peduli, tapi itu juga tak mungkin, karena keacuhan akan membuatnya mati.
Belenggu, apa yang kau jerat dari hati yang tiada daya??! Pergilah jauh karena aku tak mampu lagi menebus harga yang terlalu tinggi untuk sebuah penawar yang nampak begitu jauh. Aku membutuhkan semuanya untuk Ramadhanku kali ini, tiada bagian untukmu. Jangan mengiba! Karena aku sungguh tak akan berubah pikiran menggantimu dengan sesuatu yang mudah-mudahan lebih baik.
Sudah empat hari Ramadhan menyapaku setiap pagi. Persembahan ala kadar, membuatku tak kuasa mengangkat kepala. Ketukan fajar penuh berkah masih disertai senyum yang membuatku salah tingkah. Aku tidak tahu apakah senyum itu masih dengan rekah yang sama ketika nanti Syawal minus empat.
Apakah berguna menulis ini panjang lebar sementara aku tak kunjung menemukan kembali hati yang hilang. Aku benar-benar rindu pada rindu yang satu.
Engkau tau aku tidak sedang bersembunyi, karena Engkau melihat segala yang samar bagiku. Sedangkan aku sering melewatkan segalanya begitu saja. Aku sendiri dan ingin menepi.
26 hari itu takkan lama. Dan aku khawatir Ramadhan berlalu tanpa membawa pulang milikku yang terbaik...
Tidak ada komentar :
Posting Komentar