“Bila Anda menjadikan menulis sebagai pilihan hidup, sama seperti saya, duhai... saya ingin sekali memeluk Anda sekarang!”
Jujur, itu kalimat pertama yang membuat saya hampir terloncat dari tempat duduk di depan komputer ketika pertama kali membaca sampel buku Jonru; Cara Dahsyat Jadi Penulis Hebat. Tapi saya tidak jadi loncat koq, saya ganti dengan mengerutkan kening dan nyengir kuda saja. Bukan! Bukan karena saya takut dipeluk Jonru, hehe. Soalnya saya tidak cukup bisa membayangkan seberapa besar kecintaan Jonru dengan tulis menulis dan kecintaannya terhadap siapa saja yang punya minat menulis, siapa saja yang hampir selalu menemukan kesulitan dalam menulis.
Sejujurnya, saya ingin sekali memiliki buku sakti menulis versi Jonru ini. Sebelumnya saya pernah baca dua buku yang membahas teknik menulis dan menembus media. Untuk aktivitas menulis, membaca tanpa mempraktekkan sama dengan omong kosong, nonsense! Tapi Cara Dahsyat Jadi Penulis Hebat (untuk seterusnya saya sebut CDJPH saja ya..! J)sepertinya akan berbeda. Akan memberikan efek berbeda untuk saya, saya yakin itu.
Sampelnya yang cuma tiga bab itu cukup bikin penasaran. Subbabnya mungkin sengaja disisipkan loncat-loncat oleh Jonru. Dan saya semakin kecele ketika sampai di bab terakhir sampel itu, bab tiga; poin kesebelas; racun nomor dua.. ternyata sampai di situ saja versi gratisnya. Mungkin kalau buku itu gratis semua, saya tidak akan jadi ikutan lomba Saya Ingin Jadi Penulis Hebat ini. Kata Jonru, beginilah salah satu cara mendapatkan buku mandraguna ini. Sekalipun dengan membeli pun sebenarnya tidak akan rugi, malah untung berkali lipat, saya setuju dengan Jonru.
Bagaimana tidak untung, karena dengan Rp. 49.000; saja selain dapat e-book lengkap masih dikantongi bonus lainnya yang super duper juga hebatnya. Kita hanya perlu mengeluarkan Rp. 49.000; tapi bisa dapat voucher Rp. 200.000; dari SMO (Sekolah Menulis Online). Ini adalah nilai voucher terbesar yang pernah diberikan SMO, dan belum pernah diberikan oleh organisasi penulisan lain baik yang online maupun yang offline. Luar biasa kan??!
Oya, mungkin Anda bertanya-tanya “apa saja isi voucher Rp. 200.000; itu?”. Apalagi sekolah menulisnya itu online, dunia maya, biasanya banyak penipuan. Kalau Anda masih ragu dengan SMO, silahkan kunjungi situsnya di www.SekolahMenulisOnline.com. Di situs itu Anda bisa dapat info lengkapnya. Bisa dapat brosurnya juga, seperti yang saya sudah download. Sepertinya belum ada sekolah menulis online yang begitu. Saya tidak perlu berpanjang-panjang memuji, lebih baik Anda sendiri yng merasakannya.. J
Sekedar info untuk Anda, dengan voucher itu Anda bisa dapat modul eksklusif gratis dari SMO, langsung terdaftar ke Kelas SMO Free Trial, mendapat bimbingan karir di bidang penulisan dan ini berlaku seumur hidup. Catet! Seumur hidup! Dan masih banyak penawaran dan fasilitas lain menyertai, pasti. Ini benar-benar bonus yang memberi Anda bensin cadangan untuk membakar semangat menulis Anda, tidak hanya dalam hitungan bulan, tapi SELAMANYA!
Satu lagi, mudah-mudahan Anda benar-benar beruntung karena penawaran fantastis ini hanya berlaku untuk pembelian e-book. Iya, benar! E-book CDJPH ini sedang dipersiapkan versi cetaknya. Dan penawaran e-book berbonus voucher ini akan ditutup sewaktu-waktu jika buku cetak CDJPH diterbitkan. Makanya, jadilah orang yang beruntung itu. Mau kan? Kalau begitu langsung saja ke http://www.penulishebat.com untuk melihat tata cara pemesanannya.
Saya Juga Ingin Jadi Penulis Hebat
Pertanyaannya adalah, mengapa saya juga ingin menjadi penulis hebat? Saya tidak tau bagaimana harus menguraikan maksud saya ini. Tapi yang pasti saya luar biasa takjub dengan efek yang timbul dari novel-novel luar biasa karya penulis-penulis hebat, seperti Andrea Hirata, Helvi Tiana Rosa, Asma Nadia, Gola Gong, dan juga penulis-penulis non fiksi seperti Annis Matta, Muhammad Fauzil Adhim, dan masih banyak lagi. Menurut saya mereka termasuk beberapa yang beruntung, bukan hanya karena uang begitu mudah mengalir karena buku-buku mereka dicetak dan dicetak lagi. Tapi juga karena mereka dapat merasa sedikit lega, telah menuntaskan satu amanah, yaitu memberi manfaat. Siapa yang tidak mau jadi orang-orang yang beruntung seperti mereka. Dan menjadi beruntung adalah pilihan, seperti banyak keputusan yang kita buat dalam kehidupan kita. Kalau kita ingin menjadi penulis yang beruntung, maka kita harus terlebih dahulu menjadi penulis hebat, baru kemudian kita menjadi penulis sukses, seperti Andrea Hirata, Dewi Lestari, Habiburrahman El Shirazi, dan masih banyak lagi (atau terserah siapa penulis hebat versi Anda J).
Saya sering merasa “sakit hati” alias cemburu, kalau ada novel-novel baru yang jadi best seller. Seperti ketika tetralogi Andrea Hirata terbit, di satu sisi saya merasa semakin minder, karena tidak kunjung menyelesaikan apa yang saya sudah tulis. Juga ketika memngetahui Fahri Asiza yang dapat menyelesaikan sebuah novel dalam empat hari saja; koq bisa ya??; saya jadi semakin down. Padahal saya tidak “sekelas” dengan mereka. Tapi saya kira, tidak ada salahnya merasa “sekelas”, supaya lebih cepat mejadi hebat seperti mereka.. amiin.
Dan saya yakin, afirmasi-afirmasi seperti di atas (“saya sekelas dengan Andrea Hirata & Fachri Asiza”) sebenarnya penting untuk membuka writer block kita sehingga bisa berlepas dari perasaan minder, gampang menyerah, dan merasa berat untuk mulai menulis. Saya menemukan poin-poin penting dalam daftar isi buku CDJPH Jonru seperti; Teh Power of Konsisiten, Penyakit Minderan dan Cara Mengatasinya, Empat Fakta Luar Biasa Mengenai Pikiran Anda, Cara Mendapatkan APAPUN Keinginan Anda, Ingin Menulis tapi Tak Ada Mood, dan masih banyak lagi. Dan saya yakin, poin-poin yang sudah saya sebutkan di atas juga termasuk masalah kita semua.
Saya percaya dengan kata Jonru dalam salah satu poin di dalam CDJPH; Setiap Penulis itu Unik. Jadi tidak seharusnya saya minder cuma karena tulisan-tulisan saya belum pernah ditelurkan penerbit. Toh kita bisa menjadi penerbit untuk diri kita sendiri bukan? Dengan ngeblog misalnya. Saya sendiri ngeblog di blogger. Isinya tidak semua tulisan saya, banyak juga yang saya sadur dari sumber lain, tapi saya tetap menyertakan sumbernya koq. Karena saya jarang menulis halamannya pun tidak banyak. Kalau sempat mampir untuk menyeruput puisi-puisi saya, kunjungi saya di http://www.wisreini.blogspot.com ya J.
Mulanya, saya sendiri sebenarnya tidak begitu ingin menjadi penulis. Maksudnya, kalau saya menulis ya itu karena memang sedang ingin menulis saja. Kalau menurut Jonru, maka saya termasuk dalam kategori penulis hebat yang menjadikan menulis sebagai hobi belaka. Menulis, buat saya, cara paling sederhana untuk menjadi ekspresif. Tapi menulis, menurut saya, juga bisa menjadi cara luar biasa untuk melepaskan beban yang sulit dibagi dengan orang lain. Maka kemudian saya juga masuk kategori yang lain; penulis yang hanya menulis untuk self therapy saja. Saya menikmati keduanya. Saya sudah jalani sejak SMP, tapi saya baru sadar kalau menulis adalah kebutuhan ketika saya kuliah.
Bagi saya, tidak menulis sama seperti tidak minum. Saya pernah kebelet banget pengen menulis, tapi laptop kala itu lagi diservis. Di waktu yang lain, juga pernah tidak bisa menelurkan satu patah kata pun, padahal waktu itu lagi butuh banget untuk share masalah-masalah saya, rasanya seperti lama tidak BAB! Maka dari itu saya HARUS baca Cara Dahsyat Jadi Penulis Hebat sampai selesai! Supaya saya lancar menulis setiap hari.
Di folder oret-oret saya, ada tiga belas janin cerita (dua diantaranya novel), mudah-mudahan nanti bisa terlahir semua dengan sempurna. Baru dua yang benar-benar jadi, dan belum satu pun yang saya kirimkan. Jangan tanya kenapa. Dan karena itu pula maka saya dalam keadaan yang sangat terdesak untuk segera menuntaskan CDJPH milik Jonru.
Saya mulai ingin menulis fiktif setelah ikut pelatihan salah satu organisasi kepenulisan. Waktu itu banyak latihannya. Tapi yang paling berkesan buat saya ketika kami diminta “memelintir” kisah Malin Kundang. Pelintiran cerita Malin Kundang yang belum selesai sempat saya upload di blog saya untuk dikomentari. Tapi waktu itu tidak ada yang komentari L. Setelah pelatihan itu berakhir, maka berakhir pulalah aktivitas saya menulis fiktif. Seterusnya, saya hanya menulis diari, dan kadang-kadang puisi. Oya, for your info; saat ini saya sudah punya tiga buku kumpulan puisi saya sendiri. Mungkin kalau puisi-puisi semasa kuliah juga dibukukan semuanya ada empat buku. Mohon maaf, saya sedikit narsis.. J
Mulai menulis puisi ketika SMP. Saya masih ingat, setiap jam pelajaran bahasa Indonesia adalah saat-saat paling boring buat teman-teman sekelas, dan dapat tugas membuat puisi maka akan bertambah-tambah rasa bosan itu. Tapi sebaliknya, hati saya selalu bersorak girang. Saya bangga sekali waktu puisi saya dibaca di depan kelas oleh ibu guru. Sejak saat itu saya percaya saya bisa menulis puisi. Dan mengalirlah puisi-puisi itu sampai-sampai saya sendiri kadang bingung maknanya apa. Buku-buku itu saya simpa rapi karena dokumentasi itu penting. Setiap buku bisa menjelaskan saya siapa pada masa apa. Setiap buku mencatat perubahan yang terjadi pada diri saya, seperti membaca diri sendiri jadinya.. J
Dan sekarang, dengan tetap menulis diari, saya berharap satu, lima, atau sepuluh tahun kedepan dapat kembali membaca diari ini dan memetik banyak pelajaran berharga. Yah,s ekalian menulis perjalanan hidup sendiri J. Kalau kita beruntung, mungkin orang lain akan menulis tentang kehidupan kita suatu hari nanti, tapi kalau tidak? Saya kira belum terlambat untuk menulis apa yang kita alami sehari-hari.. bukankah ini yang kita temukan dalam Tetralogi milik Andrea Hirata?? Tapi maaf ya Bang Andrea, saya ga nyontek koq, ini ide sudah ada sebelum tetralogi itu terbit... J
Untuk terus menginspirasi diri tetap menulis, saya sengaja add Jonru di facebook saya, sekalian menjadi fans di fanpage-nya http://www.facebook.com/penulishebat. Saya ikuti juga menjadi penulis hebat di twitter di http://www.twitter.com/penulishebat sekalipun saya sendiri belum begitu mengerti cara memanfaatkan twitter dengan benar J.
Karena saya butuh menulis dan menulis akan terus menjadi bagian hidup saya, maka menjadi penulis hebat adalah KEHARUSAN bagi saya. “Aku ingin jadi penulis hebat” kukatakan ini pada dunia, karena untuk terus hidup aku harus terus menulis.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar