Melihat gambar di atas,
Mengingatkanku pada tes psikologi dengan kak Rini. Waktu itu, hari sabtu 20 Oktober 2007, Syawal ke 7. Hari pertama di radio setelah libur lebaran. Sempat kesal dan uring-uringan juga sih, karena terlalu cepat balik dari kampung.
Cerita-cerita dengan kak Rini. Seru juga jadinya. Cerita punya cerita ternyata kak Rini tau cara ngetes psikologis seseorang... wow keren. Ya terang aja, mumpung gratis, aku langsung minta di tes.
Dan mulailah kak Rini menyodorkan pertanyaan-pertanyaan. Mulai dari memilih bekal perjalanan, menemukan kunci, menemukan pohon yang melintas di jalan, memilih jalan/cara untuk menyebarangi sungai, sampai memilih bermalam atau meneruskan perjalanan. Tiap kondisinya menuntut keputusan yang spontan. Kata kak Rini “Pokoknya jawaban pertama yang terpikir di kepala Wis...!”.
Setelah menyeberangi sungai, kondisinya seperti ini: hari sudah sore, apakah aku memilih untuk melihat keadaan sekitar atau memilih untuk istirahat? Aku memilih untuk istirahat. Dengan pertimbangan suasana sudah gelap. Ngeri rasanya membayangkan jalan-jalan di hutan jelang magrib gitu, hiii.
Setelah istirahat dan bermalam, paginya aku pun melanjutkan perjalanan, tidak lama aku mulai keluar dari hutan, menemukan pinggiran desa, dari kejauhan sudah mulai tampak miniatur-miniatur rumah sebuah perkampungan, tapi tetap aja perjalanan masih jauh. Eh ga taunya, di situ ada sebuah rumah... sebuah gubuk kecil, terkunci, dan tidak ada tanda-tanda ada penghuninya..
Nah, rumah di atas itu mengingatkanku pada rumah yang kutemui dalam tes psikologi waktu itu. sekalipun itu cuma ada dalam pikiran saja.
Lalu kak Rini bertanya lagi: “Apakah wis memilih singgah, atau meneruskan perjalanan?” jawabku: “Wis memilih singgah” kataku.
Begitulah, tes itu berakhir di situ. Lalu kak Rini menyimpulkannya untukku.
Mungkin aku sudah memilih bekal yang benar, tapi kunci tercecer yang kutemui kemudian kuputuskan untuk kelewatkan begitu saja. Kata kak Rini, itu tandanya aku orang yang tidak mau repot. Dan kurang peduli dengan keadaan sekitar. Ya secara logika ku, bukan urusan gue gitu loh, siapa suruh ceroboh ngejatuhin kunci. Ntar kalo si yang punya kunci merasa kehilangan dia pasti akan kembali untuk mencarinya. Nah, kalo sempat aku mungut tu kunci, berabe kan, dia harus ngikutin petualangan ku yang jauh ini untuk menjemput kuncinya... (ciee). Atau aku yang repot mencari dirinya. Hehe maksa... ya ga segitunya lah...
Aku juga tidak peduli dengan pohon yang melintang di jalan, lewatin aja. Sama sekali tidak memilih untuk memindahkannya. Yang terpikir waktu itu, aku harus sesegera mungkin mencapai tujuan perjalanan itu. Sekali lagi, rasa peduli teruji. Padahal, kalau aku memilih memindahkan pohon yang melintang di jalan itu, tentu orang-orang yang lewat setelahnya bisa lebih mudah dan tidak repot. Kebayang ga, kalo ada akhwat atau ibu-ibu pake rok kain songket yang harus menempuh perjalanan yang sama denganku, pake angkat rok segala... repot kan...???
Begitulah, aku lebih memilih untuk melanjutkan perjalanan sendiri, tak peduli dengan yang dibelakang... egois!!!
Trus ketika menemukan sungai, ngapai coba aku milih nyari jembatan segala, repot. Padahal airnya cuma sebetis. Kata kak Rini, itu artinya aku tidak mau ambil resiko. Tidak mau basah. Mau aman aja. Tapi, bayangin coba, kalau di dalam air tu ada ‘sesuatu’ yang membahayakan keselamatan kita. Hiii...
Trus, setelah sampai ke seberang sungai, aku memilih untuk bermalam, bukannya melihat-lihat dulu di sekitar sungai. Kata kak Rini, itu artinya aku suka menunda pekerjaan. Dan ini sudah terbukti ‘kan?! Coba deh baca catatan beberapa hari yang lalu (lessons learn a week ago). Terbukti. Memalukan.
Pokoknya tes hari itu nyodok abis. Jadi nyadar, ternyata masih banyak hal yang masih jelek. Mudah-mudahan masih bisa diperbaiki.
Sudah pernah tes psikologis sendiri? cobain deh! Ga rugi. Malah untung besar. Kita jadi nyadar dengan karakter sendiri. Kalo cuma baca buku atau artikel tentang tipe-tipe psikologis dan karakter manusia, tidak seobjektif ini hasilnya. Tes ini dibuat sedemikian rupa, sehingga kita punya sangat sedikit pilihan yang bisa dipilih. Bahkan terkadang tidak ada di antara pilihan-pilihan itu yang kita suka, tapi kita tetap harus milih.
Ini juga menguji kita dalam mengambil keputusan, semakin spontan dan cepat kita bisa menjawab pertanyaan-pertanyaannya, semakin yakin kita dengan pilihan kita. Ini tentu tidak terlepas dari keseharian kita yang sering dihadapkan dengan berbagai dayli dilema. Kalau kita terbiasa memutuskan segala sesuatu sendiri, tidak bergantung pada oran lain, tentu ketika harus melakukan petualangan seorang diri seperti tadi tidak lagi menjadi masalah.
Ok deh, buat yang semua yang pernah singgah dan baca, semoga bermanfaat... :)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar