Chocolate Covered Sesame Balls

Minggu, 04 Januari 2015

Musim Dingin yang Kunanti

Aku masih seperti dahulu
hanya saja hawa udara kadang terasa lebih dingin dari biasa
dan aku jadi merasa tak patut untuk berbagi rasa dengan sesiapa

Rasa-rasanya aku memilih diluar bersama angin musim dingin
sekedar membuktikan bahwa ia masih lebih beku dari hati ini

Bukankah engkau yang mengatakan;
bahwa dirimu bukan milik sesiapun?
karenanya aku tak merasa perlu mengikatmu dengan posesivitas bentuk apapun
walaupun dengan demikian sesungguhnya aku menjadi khawatir kita menjadi lupa hakikat ini

Dan sungguh itu akan menjadi waktu yang aku nanti
sekalipun jelmaan awan yang engkau maksud tak pernah kulihat sebelumnya
juga aku tak pernah tahu pada musim dingin keberapa
rinainya akan jatuh menghujaniku



------------------------

Minggu, January 4 2015

------------------------

bait-bait di atas muncul spontan aja pas nge-reply twitnya @SapardiDjoko_ID (Sapardi Djoko Damono).

Karena twitter cuma menyediakan 14 karakter untuk sharing, jadinya terpaksa setelah tweet di quote harus di screen-capture trus baru kirim lagi ke twtter, hihihihi, maksa banget.. but eniwei merasa enakan karena udah lama banget ga nulis yang beginian :)

Saya coba search di Google puisi ini namun saya tidak menemukan puisi utuh sesuai bait-bait tersebut. Nampaknya memang empat bait itu adalah potongan dari beberapa puisi Sapardi DD. Saya baru menyadari bahwa ini ada adalah potongan-potongan bait setelah membaca tweet ke-4 yang paling familiar buat saya (3 yang pertama baru pertama kali saya baca). Berikut potongan bait-bait itu :

1. Kau bukan lagi seorang yang dengan mudah terpesona oleh langit yang mempermainkan warna-warna bunga. (dari sajak Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro?)

2. Tentu kau boleh saja masuk. Mengalir di sela butir darahku, keluar masuk dinding jantungku, menyapa setiap sel tubuhku. (dari puisi Tentu. Kau Boleh)

3. Ketika hari tiba dan mengambil segala yang kauyakini milikmu, kau memang tak merasa perlu tahu bahwa aku bukan bagianmu. (dari sajak Surah Penghujam; 1-24 *bagian dari ayat ke-3)

4. Aku akan menjelma awan hati-hati mendaki bukit agar bisa menghujanimu. Pada suatu hari baik nanti. (dari puisi Seperti Kabut)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar