Doremon Stand by Me;
sebuah review acak adut
Sekitar semingguan yang lalu saya kebagian download-an film
yang ditunggu-tunggu ini. Semasa kecil kenyang nontong serialnya di RCTI, dan
sampai sekarang pun masih histeria kalo liat sosok Doremon dalam berbagai
bentuk, apakah itu boneka, gelas, atau peralatan tulis menulis anak-anak
bergambar karakter robot kucing unyu-unyu sepanjang masa ini.
Walaupun semakin banyak kartun bermunculan masa itu, Doremon
tetap tak tergantikan. Setelat-telatnya bangun di hari minggu pagi tetap yang
diingat Doremon dulu, setelah itu baru nasi goreng buatan mamak. Malahan saya
ingat banget waktu itu Mamak bangunin saya yang ga bangun-bangun dengan modus
‘nanti Doremonnya kelewatan’ :D. Bahkan menjelang saya selesai kuliah kalau
saya pulang kampung liburan semesteran atau lebaran dan kebetulan ketemu hari
minggu Mamak masih suka ngingetin ‘Ga
nonton Doremon, dek Wis..?’ sambil kemudian berlalu lagi dalam kesibukannya.
Tahun-tahun pertama
jadi anak kos saya masih sempat nonton Doremon ,karena kebetulan waktu itu kami
indekos di rumah family yang kebetulan punya usaha kos-kosa-an. Tiap minggu
pagi saya sudah stand by depan tv sama anak-anaknya (sepupu-sepupu jauh saya)
yang waktu itu usianya masih balita hahaha. Anehnya kami jadi nyambung kalo
lagi nonton bareng gitu. Menganga bareng lalu ketawa bareng-bareng menikmati
ke-konyolan Nobita. Naik kelas 3 SMU kami pindah kos dan semenjak itu hampir
tidak pernah nonton tv jadinya saya sudah tidak ngikutin lagi jadwal acara tv
favorit termasuk salah satunnya kartun Doremon.
Terkadang beberapa waktu di hari minggu (dalam keadaan tanpa
tv) pas liat jam yang kebetulan nunjukin pukul 8.30 dan suddenly terlintas di benak saya ‘Doremonnya udah selesai L’. Sebegitu kuatnya ikatan batin antara saya
dengan kartun Doremon sampai-sampai ketika kartun itu menyudahi tayangannya di
layar kaca pun hati saya ikut bergetar, hahahahaha #lebai.
Kartun Doremon dalam bentuk film panjang atau dikenal dengan
Doremon Petualangan sebenarnya sudah banyak juga diputar di tv Indonesia, versi
pertama dibuat antara tahun 1980 s/d 2000 dan versi yang lebih baru dibuat
setelah tahun 2000, termasuk salah satunya adalah Doremon Stand By Me yang dibuat dengan animasi sekelas film animasi
buatan Pixar dan Dreamworks (red. Cth animasi buatan Pixar; Despicable Me)
Tapi film kali ini memang
berbeda, apalagi begitu dengar judulnya ada naga-naga semacam Doremon hendak
pergi meninggalkan Nobita L.
So, sebagai pecinta robot kucing ini saya jadi merasa wajib nonton! Sekalipun
ini cuma film kartun, yang mana tokohnya adalah fiktif, karakter-karakter di
dalamnya juga fiktif, tapi koq Doremon ninggalin Nobita itu rasanya semacam
Doremon ninggalin saya juga, huaaaaaaa.
Walaupun jarang ketinggalan
kartun ini semasa kecil, tapi aslinya saya tidak pernah baca komik Doremon dari
nomor 1 sampai nomor sekian itu, tidak pernah. Setelah search sana-sini baru tahu ternyata aksi
Doremon meniggalkan Nobita dalam Doremon
Stand By Me adalah cuplikan dari salah satu bagian komiknya (tentu saja K). Sejujurnya, film ini
cukup membuat kecele orang-orang semacam saya, yaitu yang cuma nonton serial
tv-nya tanpa pernah baca komiknya *blushing deh.. hehehe.
Beberapa hal menakjubkan (include
pelajaran morel) di film Doremon Stand By
Me menurut saya diantaranya :
1.
Nobita
menemukan titik balik kehidupannya.
Bila pada serial
kartunnya kita setiap hari minggu hanya disuguhi cerita-cerita pendek yang
fokus pada aneka peralatan ajaib yang bisa dikeluarkan Doremon dan pada
kemalasan dan keluguan sifat Nobita, pada film ini kedua hal tersebut memang
tetap muncul bahkan kekonyolan Nobita tergambar lebih jelas di sini (hehehe,
peace :D). Namun pada serial kartunnya kita tidak akan pernah menemukan moment
Nobita menemukan titik balik dalam hidupnya, yaitu ketika Nobita merasa tidak ingin
lagi mendapat nilai nol pada ujian berikutnya, tidak pantas untuk hidup bersama
Shizuka, merasa sangat terpuruk dengan dirinya sendiri
By the way, walaupun
pengakuan Nobita ‘Aku tak tahan dengan diriku lagi’ terasa sangat menyedihkan
tapi karena ini cerita kanak-kanak terasa sangat menggelikan mendengar anak SD
kelas 5 mengatakan hal semacam ini :D. Dan ada banya hal konyol lain yang
dikatakan Nobita dalam filmnya namun sejatinya itu memiliki makna yang dalam
dan patut direnungkan *halagh :P
2.
Dubber
dan karakter yang benar-benar hidup.
Entah mungkin
karena saya sangat menyukai sosok Nobita dan Doremon, saya jatuh cinta dengan
dubbing kedua karakter ini dalam Doremon
Stand By Me. Suaranya benar-benar cocok dengan karakter mereka. Tsah!
Percakapan
mereka bisa kamu dengar langsung di teaser-teaser berikut :
Gambar-gambar
yang hidup itu sudah tentu karena produksinya yang memang sudah lebih bagus
dari animasi film-film Doremon yang sebelumnya (kan tadi saya udah bilang,
wweek!).
3.
Kita tidak
bisa selalu memudahkan orang lain dengan hanya mengatakan atau melakukan
hal-hal yang disukainya.
Doremon sebagai
robot yang diprogram untuk membahagiakan Nobita melakukan apapun untuk membuat
Nobita senang. Kantong ajaib Doremon bisa mengeluarkan apa saja sesuai dengan
kebutuhan Nobita. Namun pada akhirnya Nobita menemukan sendiri jalannya. Dari
sini tentu jelas bahwa walaupun robot itu adalah ciptaan super canggih namun
manusia tetap ciptaan yang lebih canggih dari itu. Nobita yang pada akhirnya
memutuskan untuk melakukan apapun dengan usahanya sendiri. Film ini juga
mengingatkan kita kembali bahwa hanya diri kita sendirilah yang dapat mengubah
nasib diri di masa depan.
4.
Percayalah
kita tidak perlu datang ke ‘masa depan’ untuk
mengubah nasib :P.
Salah satu hal
mustahil (dan menurut saya super tidak adil L)
adalah karena Nobita diberi kesempatan untuk melihat kejadian dirinya di masa
depan. Salah satunya yaitu ketika Nobita memaksa Doremon memberinya kesempatan menyelamatkan
Shizuka dewasa di padang salju. Walaupun Doremon sudah mengatakan bahwa
kedatangannya ke masa depan dapat saja membuat takdir menjadi berbeda, namun
Nobita tetap ngotot.
Nanti di masa
depan ada percakapan antara Nobita dewasa beneran vs Nobita dewasa yang datang
dari masa lalu yaitu dimana Nobita dewa beneran berterima kasih kepada Nobita
dewasa dari masa lalu karena telah mempercayainya (aih ribetnya para Nobita ini
L).
Intinya sih,
harus percaya dengan kemampuan diri sendiri untuk melakukan yang terbaik yang
kita bisa J.
5.
Kebaikan
hati yang terpenting dari apapun juga *ecie
Begitulah, Nobita
itu walaupun cuma bisa demam-demam aja
tapi karena baik hati, ikhlas, suka menolong, dan empati sama orang makanya
bisa beruntung kemudian jodoh dengan Shizuka.. :D. Simpelnya tentu ga begitu juga mungkin ya. Walaupun
realita di dunia nyata ‘orang baik’ itu malah tersisih dan kurang beruntung,
namun film ini tetap menyisipkan pesan bahwa kebaikan diri tetaplah yang utama
untuk mendapatkan everlasting luckies,
agree!
Ketika menulis ini saya terpaksa
menonton Doremon Stand By Me untuk yang ketiga kalinya, dan untuk
kesekian kalinya saya menangissss, hiks..
Bagian akhir cerita ini sangat
mengharukan, nanti kalo semua dicerikan disini jadi ga asik nontonya :D. Semoga
film originalnya segera ada di Aceh yaa, jadi kita semua bisa segera nonton dan
nostalgia hehehe.
Well, 2:50 on January 2 2015,
good night sleep tight, have a nice long weekend J.
Sumber-sumber :