Saya lupa kapan tepatnya membaca cerita pendek itu, judulnya; Menatap Bulan di Jasbret. Tapi yang pasti, itu adalah masa-masa dimana saya masih main lompat karet. Sebenarnya lebih tepatnya sih ikutan main dengan gadis tanggung usia smp dan sma yang ada di samping kiri kanan ruko kami. Kalo ga salah waktu itu saya masih sd. Jadi, anak gadis tanggung samping rumah itu berlangganan majalah Anita Cemerlang yang lagi trend waktu itu. Kadang mereka juga menggantinya dengan majalah Aneka Yess sekali-kali yang pelan-pelan mulai mencuri perhartian anak muda dengan lebih banyak berita para model dan selebritis. Saya ingat majalah Anita sendiri lebih ke cerita-cerita pendek yang temanya kebanyakan cinta-cinta remaja dan anak-anak kuliahan yang tanggung itu.
Jadi ketika edisi Anita itu muncul waktu itu, kata kakak saya ada cerita yang judulnya “Menatap Bulan di Jasbret”. Trus saya tanya, emang istimewanya apa? Jasbret itu kan kawasan makan di Lhokseumawe, gitu jawabnya. Wah, keren banget! Kata wow bertubi-tubi mengetok bagian dalam otak saya. Dan saya jadi penasaran ingin baca cerita itu. Tau tidak? Sampai saat ini saya belum sekalipun membaca cerita itu sampai tuntas. Beberapa tahun lalu saya sempat nyari di internet, siapa tau penulisnya Ayi Jufridar berkenan menulis kembali dalam sebuah blog atau apalah namanya gitu. Tapi nihil.
Sekalipun cerita itu hanya cerita cerita kisah cinta anak remaja yang mungkin menurut sebagian orang biasa saja, tapi saya tetap ingin baca. Pengen merasakan aja cara bercerita Ayi yang- sumpe- saya tidak kenal itu. Yaa, kamu tau kan, saya sudah mengabiskan setahun kebelakang di kota Lhokseumawe dan saya kira selamanya saya akan di sini. Kenyataannya, begitu cepat saya kembali ke tempat semula lagi.. jadi, yang ingin saya katakan sebenarnya adalah; selama setahun di Lhokseumawe itu belum sekalipun saya makan atau sekedar duduk-duduk dikala malam terang bulannya di Jasbret itu.. Sumpah! Saya penasaran.
Ke laut Jomblang saja yang dekat sekali dengan kantor itu saja baru Sabtu 24 Desember lalu saya kunjungi. Thanks alot buat Agashi, Fadli dan Elly yang sudi mengajak saya di sore yang lumayan banyak anginnya itu.
Tadi, saya mencoba search lagi, memasukkan kata di searcbar gugel; menatap bulan di jasbret. Tetap saja ga ketemu cerita fiksi itu. Huff!! Mudah-mudahan bang Ayi Jufridar itu berkenan menulis kembali cerita itu suatu hari nanti sehingga bisa dibaca online. Ssssst, saya kasi tau satu rahasia yaaa, seandainya saja saya bisa menemukan kembali majalah yang entah kemana itu; saya sendiri rela menyalin kembali cerita itu di blog ini.
Lantas mengapa ‘menatap bulan di jasbret’ itu menjadi penting? Tentu saja karena saya suka sekali melihat bulan dan pernak-pernik malam itu.. hehehe. Oh iya, saya baru tau lho, kalo ternyata Jasbret itu adalah singkatan dari Jasa Beurata, atau Jasa Brata (?) . saya lupa tanya tulisannya, tapi saya dengar teman saya melafal begitu..
Dear, nanti sabtu saya akan kembali ke Lhokseumawe sebentar. Seninnya mungkin saya sudah di sini lagi. Dan saya masih berharap dapat melihat sebentuk bulan dari Jasbret, suati ketika nanti.. #ampun lebay nyaaa.. K
Putroe Phang 8- Banda Aceh, Desember 28 2011
#tulisan ini akan direvisi, insyaAllah :)
melihat bulan, ga bakal bosan :)
BalasHapuswis, ada pr nulis ini...
cek di sini yaa..
http://www.aminonikki.com/2011/12/11-things.html