Chocolate Covered Sesame Balls

Minggu, 29 November 2009

Antologi Nopember

(Bismillah)

Aku Ingin Tetap Begitu

Seperti awan hitam yang hilang setelah hujan menyiram
Seperti pohon yang bertambah seri setelah daun layunya luruh
Seperti pagi benderang setelah mentari menyaput pekat malam
Begitulah segala yang kulakukan untukmu
Seperti amalan-amalan orang kafir yang tidak akan pernah dihisab
Memberi manfat, tapi tiada nilanya di matamu

Aku keliru
Ku kira aku salah

Tapi, aku ingin tetap menjadi awan hitam
Menjadi daun-daun layu yang luruh
Menjadi pekat malam yang menentramkan
Bila itu mungkin
Aku ingin tetap begitu
Tanpa pernah kau tau
Tanpa pernah kau sadari

-------------------------------------------------

Dalam Jiwaku yang Tak Lagi Melawan

Biarkan rasa sakit itu mendera,
Ku kira aku telah sembuh
Tapi sakit ini justru membuatku merasa nyaman
Rasa sakit yang telah menjadi candu bagiku
Karena ketika aku bahagia aku malah menderita
Karena ketika aku tertawa aku malah semakin sesak

Biarkan rasa sakit ini menyusup ruang hati
Seperti air yang mencari tempat yang rendah
Biarkan rasa sakit ini bersorak sorai
Seperti euforia pasukan yang menang pertarungan

Biarkan aku menikmati rasa sakit ini
Hingga ia merasa bahagia
Dengan berpesta pora menusukiku
Biarkan aku menikmati rasa sakit ini
Hingga ia merasa tentram
Dalam jiwaku yang tak lagi melawan

Senin, 09 November 2009

Sendiri itu tidak mudah

Berusaha untuk sendiri itu tidak mudah. Tapi mengapa kesendirian yang telah lebih lama ku lalui ini tidak mudah untuk kuteruskan. Mengapa? Tidak tau. Pada mulanya aku menjadi tidak bahagia. Pada awalnya semua menjadi sangat berat. Seperti semua berpaling dan menjauh meninggalkan aku. Padahal sebenarnya tidak begitu.

Kadang menjadi sendiri itu lebih baik, benar kan? Sekalipun itu tidak mudah. Kita butuh waktu untuk menyelami apa yang membuat kita butuh untuk bersama. Kita butuh waktu untuk memikirkan kembali mengapa kita tidak lagi bersama, dan mencoba untuk menerima ketika jawaban-jawabannya adalah sesuatu yang tidak kuasa kita untuk megubahnya. Di luar kehendak kita. Mudah-mudahan kita bisa menerimanya. Amiin.

Kita harus percaya, bahwa ini hanya penggalan. Ini hanya bagian yang kita lalui dalam waktu perjalanan. Ini adalah pahit yang harus kita tenggak demi kesembuhan kita. Ini adalah sakit yang akan sembuh ketika musimnya telah berlalu. Ini adalah sepi, untuk sejenak kita memaknai dan menysukuri kebersamaan yang sekarang tidak lagi.

Jangan ucapkan apa pun, kecuali itu membuat segala sesuatu menjadi lebih baik. Biarkan hening melumat detik-detik waktu ini. Biarkan hati kita yang memaknainya dan menerimanya dengan sempurna. Berusaha meyakinkan diri sendiri, bahwa semua akan berlalu.

Pada kecepatan rata2 ini, mudah-mudahan semua baik-baik saja. Bukan karena cukup tenang aku tidak membuat percepatan. Tapi karena aku tidak cukup yakin untuk membuat percepatan. Tidak cukup yakin dengan kekuatan yang ku punya. Tidak cukup yakin dengan jarak yang ada di depanku. Tidak cukup yakin kalau aku tidak akan menabarak.

Biarkan aku berlalu dengan kecepatan standar ini. Ini lebih baik untukku. Supaya aku bisa memaknai setiap yang aku lalui dengan baik.

Ternyata Purnama Tak datang

Bismillah

Semalam purnama masih datang
Aku tidak tahu, apakah berguna menulis kegalauan ini
Aku galau, tidak tau akan melangkah kemana,
padahal kaki ini membawaku jauh setiap hari
Tapi aku tidak menemukan tempat dimana pun aku berada

Semalam purnama masih datang
Resahku masih bergelayut
Ketakutan tanpa sebab
Ketakutan yang dulu selalu kucibir
Ketakutan yang rasa rasa tak dapat ku kuasai

Semalam purnama masih datang
Satu bintang, selebihnya langit berawan
Tapi hujan tak tampak hendak menyiram
Hanya angin, dan selebihnya adalah kekhawatiran

Emm, nanti malam..
Purnama masih datang ga ya..?
Aku rindu sepi, tapi kegelapan malam itu gulita menakutkan
Aku rindu hening, tapi sendiriku tak ada kemana pun aku pergi
Aku ingin pulang, tapi tidak tau akan kemana

Bila nanti purnama masih datang,
Satu malam lagi aku tak perlu sendiri
Biar kumaknai galau
Biar ku resapi resah
Biar kutelungkupi diri dengan gamang
Biar...
Hingga sempurna
Hingga sabit yang tak sempurna menjemputku lagi

Mendengar Yukk!


Kadang kita hanya ingin didengarkan. Didengarkan kadang cukup untuk membuat kita memberi penghargaan tertinggi untuk seseorang. Mengapa?? Karena didengarkan adalah kebutuhan jiwa kita, sejalan dengan kebutuhan diri kita akan penghargaan. Sama seperti tubuh yang butuh makan, makanan bagi jiwa adalah penghargaan dan kepuasaan.

Didengarkan adalah sesuatu yang menyenangkan. Tapi sebaliknya, menjadi pendengar yang baik, tidak selalu menyenangkan dan tentu tidak mudah. Sebagai manusia, itu memang sangat wajar. Sama seperti dalam hal menerima, lebih mudah dari pada memberi. Dipahami, lebih enak dari pada memahami. Dimengerti, lebih menyenangkan dari pada memberi pengertian. Begitulah, fitrahnya...

Coba ingat lagi, ada berapa orang yang sudah kta abaikan untuk kita dengarkan hari ini? Bah! “saya kan sibuk”, “dengerin orang, gua curhat aja ga da yang dengar”, “ga butuh pendegar, saya bisa selesaikan masalah sendiri”, “halagh! Curhat mulu’”, “radio kalee, didengerin..”. Yupz! Banyak seloro, atau celaan yang kita lontarkan untuk menafikan kebutuhan kita “didengarkan orang lain”. Alih alih mengakui, kita lebih memilih untuk mempertahakan gengsi, seolah-olah kita tidak butuh pendengar. Yupz! Satu lagi fitrah, bahwa kita lebih sering mempertahankan gengsi ketimbang berdamai dengan kebutuhan diri kita sendiri.. haha. Hayo ngaku!

Kalo kita sibuk, siapa bilang mendengarkan butuh banyak waktu. Mendengarkan bisa hanya satu menit, 5 menit, bahkan dengan jawaban pendek yang respek kita sudah membuktikan bahwa kita mendengarkan dan telah meahami apa yang kita dengar dengan baik, itu sangat menyenangkan bagi yang di dengar. Kita harus buktikan!

Kalo kita mandiri, didengarkan bukan sekedar ketika kita ada masalah yang tidak bisa selesaikan. Mendengarkan lebih dari itu, kita berbagi atau mendengar hal-hal menyenangkan, menikmati sesuatu yang mungkin bahkan belum pernah kita lakukan sendiri. Ini sangat menarik lho!

Kalo tidak pernah ada yang mendengarkan kita dengan baik (red; sesuai yang kita inginkan), mungkin sebelumnya kita tidak pernah menjadi pendengar yang menarik (red; menyenangkan) untuk orang lain. Ayo! Coba inga’ inga’ lagi.. (sssssssst, jangan tanya padaku “gimana pendengar yang menarik itu?”..hehe)

Kalo kita berpikir bahwa mendengar dan didengar adalah kegiatan curhat-curhatan yang bersaudara dengan gosip-gosipan, sedarah dengan menangis dan kecengengan, sungguh! Itu tidak salah koq, hehe. Tapi percayalah, mendengar dan didengar lebih dari itu! Menangis itu hanya bagian cuil-il dari mendengar dan didengar. Tergantung kita mahu membawanya kemana. Anda harus percaya! Kita bisa didengar dan mendengar tanpa harus bergosip!

Eh, atu lagi, bukan hanya radio yang perlu didengerin. Tapi radio adalah satu bukti, bahwa kita butuh mendengar sekaligus ingin didengarkan. Maaf kalimat terakhir ditulis tanpa minta persetujuan anda.. hehe.

Jadi, berilah makan jiwa kita dengan menjadi pendengar yang baik. Sama seperti, berilah sesuatu jika ingin menerima. Ucapkanlah terima kasih jika ingin dihargai. Lakukan segala sesuatu lebih dulu sebelum kita ingin diperlakukan seperti itu. Betul.. betul.. betul. (ucapkan dengan cepat seperti Ipin mengcapkannya.. hehe)

Akuilah bahwa kita butuh didengarkan. Akuilah dengan cara yang baik. Akuilah dengan cara mendengarkan orang lain lebih dulu. Didengarkan bukan sebuah kelemahan.
Bila tidak ada yang mau mendengar kita, ingatlah! Setiap satu bunyi yang kita ucapkan malaikat pasti mencatat. Kalau kita merasa tidak ada yang mendengarkan kita, sungguh, suara hati kita pun masih diketahui isinya oleh Rabb kita. Begitulah, begitu sempurna ciptaanNya. Bahkan ketika kita merasa tidak butuh mengatakan sesuatu, secara otomatis Allah sudah mengetahui apa yang tersirat dalam hati kita. Begitu pedulinya Rabb kita dengan apa yang kita rasakan. Dan kalau sudah bagitu, maka doa-doalah yang akan memperdengarkan semua sesak itu. (Yakinlah, Allah pasti mendegar setiap keluh kita)

Setiap sesuatu adalah bunyi. Karena itu pertajamlah telinga batin kita, untuk kita juga. Banyak suara yang terdengar, tapi banyak juga maknanya yang hilang. Semua melalui telinga kita, tapi tidak semua harus nyumbat di sana. (pelajaran moral: pakailah cutton bud setiap hari..hehe)

Baiklah. Siaran saya sudah selesai. Selamat mendengarkan komposisi berikutnya! J

For my mom; mizz u, ampuni ananda... (sungguh tidak ada toleransi usia untuk didengarkan)
For my sisters; kita sedang sama2 butuh didengarkan. Keep fight! Keep istiqamah!
For my sob; terima kasih telah mengisi kekosongan ini
For all; (try to) luv u full!!!
For my self; semoga bisa menjadi pendengar yang di dengar juga.. (hehe)

Minggu, 01 November 2009

Nopember 1.. day to remembered

bismillah

bagaimana bisa lupa. hari ini setahun yang lalu, apa yang kami sebut mimpi; come true! subhanallah. banyak hal tidak terduga. alhamdulillah..

masih ingat ayam penyet green?? itu dia. hari ini, setahun yang lalu, kami memulaikannya di Aceh Green Cafe, lamnyong. Aceh Green Cafe, tepat di sebelah warung nasi Hasan lamnyong yang fenomenal itu (maaf kalo sedikit mendramatisir0..
yups! fenomenal, karena sekalipun berdampingan tapi kami punya pelanggan yang jauh beda, baik dari segi jumlah atau pun kelas pelanggan, hehe, itu kenyataan lho!

ya, begitulah.. semuanya terjadi, dan sekarang sudah di sini, sekalipun tidak dalam komposisi yang masih sama, tapi ayam penyet tetep berjaya.. amiin

tunggu cerita selesngkapnya yah!!!