Chocolate Covered Sesame Balls

Jumat, 30 Oktober 2009

ReHat

Ketika kendaraan itu tiba-tiba mogok, aku begitu ketakukan. Kalut. Tidak tau, tidak yakin apakah aku akan bisa melanjutkan perjalanan. Aku tak bisa membayangkan akan kah ada sebuah kendaraan lain yang sama persis bentuknya. Motor baru saja punya nomor polisi berbeda. Bagaimana mungkin ada sebuah kendaraan lain yang sama persis. Tidak mungkin.

Kukira, aku harus sebentar mogok dan rehat. Tapi aku tetap berpikir. Harus meneruskan rancangan. Memperbaharui pernis-pernis yang mengelupas karena waktu. Menunggu hati diperbaiki, bolehlah aku memetik beberapa melon yang tidak terlalu berasa tapi cukup menghilangkan dahaga ini. Di sana sebuah kota sudah menunggu. Aku melihat beberapa menara yang menjadi landmarknya. Begitu cantik. Gerbangnya selalu terbuka. Tapi untuk masuk butuh karcis juga. Beberapa karcis yang harus kukumpulkan sepanjang perjalanan ini. Beberapa mobil ‘hanya untuk berdua’ lewat. Dan aku bisa apa? Kecuali tersenyum dan melambai, dan pahit. Kendaraanku..., em, aku tak ingin mengatakannya ‘rusak’, tapi ia harus berhenti sejenak. Dan supirnya berhenti, mengatakan bahwa, bahwa... dia tidak cocok dengan persnelling, rem yang tidak pas, klakson yang tiba2 mati, lampu sen yang kadang-kadang tidak nyala, dan satu lagi, katanya warnanya norak..:D Aku bisa apa?

Mulanya aku ingin marah. Bahkan mungkin aku sudah marah. Mulanya aku kecewa, dan sekarang pun masih ada sakit itu. Mulanya aku tak bisa menerima, dan hingga sekarang pun aku belum yakin telah rela. Mengapa kendaraan ini harus rusak? Mengapa supir terbaik pilihanku harus..., harus meninggalkanku? Adalah pertanyaan-pertanyaan yang masih berteriak sekalipun di hadapan jawaban-jawaban yang telah pasti dan takkan berubah lagi.

Baiklah, mari kita ke bengkel terdekat. Aku perlu bertanya pada pak montir, perlukah aku mengganti oli..., eh maksudku mengganti sekalian kendaraanku??! Hmm, siapa tau? Di tengah jalan begini, mana ada yang jual suku cadang. Kalau ada pun, khawatirnya palsu. Begitulah...

Barangkali cuaca akan sedikit mengaburkan kota tujuan. Tapi itu tidak boleh berubah. Dan aku sendiri tidak tau, bisakah menuju kesana dengan kekuatan yang sama persis. Dengan semangat yang sama geloranya seperti dulu.

Pak montir memberi kabar, tidak ada supir sewaan dalam rentang dekat ini. Katanya aku harus mengemudikan kendaraan ini sendiri, untuk sementara. Lalu kukatakan, “kalau begitu, modifikasi saja kursinya yang sepasang jadi satu saja!”. Lalu dia tersenyum, dan mengatakan “Jangan begitu. Di sepanjang jalan akan banyak musafir. Mereka bisa siapa saja. Dan mereka sering butuh tumpangan. Mungkin ukuran jok ini tidak cocok untuk mereka. Tapi mereka akan nyaman jika kamu ikhlas. Dan yakinlah, pada kilometer yang tepat akan ada supir yang ditawarkan”.

“Tapi... sepertinya aku tidak bisa berbagi. Aku banyak bawaan. Banyak beban” sahutku tanpa bisa lagi menyembunyikan raut kesalku.
“Oya? Begitu ya? Kukira, kamu perlu melihat lagi beban bawaanmu. Kalau ada yang tidak perlu dibawa, tinggalkan saja di sana” dia menunjuk sebukit “yang entah apa”. Aku memicingkan mata, dan mencoba menangkap beberapa benda yang menumpuk membukit. Warna-warna mencolok dan tidak sedap di hati.
“Mereka yang sudah lewat banyak juga yang membuang beban di sana” dia diam, aku juga.
“Tapi engkau mungkin harus sedikit membayar” lanjutnya. Aku terkejut. Aku tidak punya banyak uang. Lagi pula, tidak masuk akal. Mengapa aku haru membayar untuk sesuatu milikku yang ingin kubuang. Sesuatu yang menurutku amat berharga. “Dunia apa ini?” batinku.
“Karena kami butuh ongkos untuk mendaurnya kembali. Dan mengembalikannya padamu pada kilometer yang tidak bisa kami janjikan sebagai bawaan yang lebih baik dan lebih bermanfaat” sambungnya, seperti sengaja menjawab tanya dalam hatiku.

Ragu-ragu, aku menuju kendaraanku. Dan aku serta merta menemukan beberapa warna yang hampir serupa dengan sejumlah warna di bukit “benda yang entah apa” itu. Ku comot satu-satu. Aku mengangkat tinggi-tinggi hingga aromanya, baru kusadari, begitu menusuk. “Menurutmu..., ini semua harus kubuang kesana?!” tanyaku pada pak montir itu.
“Sebaiknya begitu. Tapi tidak selalu harus begitu” jawabnya sambil menyentuh satu persatu bebanku.
“Semakin banyak yang engkau buang, semakin mahal bayarannya” dia menatapku dengan pandangan khawatir, dan aku mengalihkan mata pada bawaan warna-warni di tanganku.
“Tapi engkau bisa mencicil” sambungnya sambil tersenyum.
“Mencicil??! Gila, pikirku. “Dengan apa??!” sambungku cepat.
“Dengan infak, sedekah, ikhlas, itsar, qanaah, yang setingkat dengannya, atau yang lebih mahal...” jawabnya.
Aku menelan ludah. Aku baru sadar, tidak punya tabungan sebanyak itu.
“Tak usah khawatir, Engkau bisa mencicil sepanjang perjalanan” sahut pak montir.
“Tapi..., aku tidak tahu sepanjang apa perjalananku... bagaimana?” tanyaku.
“Yang penting Engkau terus berusaha melunasinya, begitu” jawabnya, masih di atas raut wajahnya yang teduh namun tegas.

Aku menghentakkan kepala. Mengerjapkan mata. Apakah mungkin membuang semuanya sekalian. Selain merasa masih butuh, juga sepertinya aku tidak punya cukup tabungan untuk membayar. Kesedihan, kekecewaan, kemarahan, rasa dikhianati, dan beberapa lainnya yang baunya mulai terasa menyengat di hidungku. Apakah harus kubuang semuanya??!

“Aku ingin membuang semuanya, tapi... sepertinya sulit sekali..., sulit sekali bagiku...” kataku kembali menatapnya.
“Engkau benar. Jika membuang itu semua begitu gampang, bukit itu sudah menggunung dan bengkel-bengkel berikutnya tidak lagi dibutuhkan...” katanya setengah tertawa.
“Buanglah sebagian, sisakan yang berat untuk kau tinggalkan. Dan pastikan Engkau cukup peka menciium baunya yang busuk dan membuangnya di bengkel berikutnya, ya!” sambungnya.

Brrrm.. brrrmm.. Suara sebuah kendaraan tidak jauh dari bengkel mengalihkan perhatianku dan pak montir. Sebuah kendaraan cantik, bukan selera semua orang, tapi setiap yang melihat pasti akan mengatakan itu indah. Dihiasi beberapa karangan bunga di sana sini. Pita-pita warna-warni. Beruntungnya.

Oh! Aku terkejut begitu kaca filmnya terbuka. Ada seorang supir di dalamnya. Dia tersenyum dan melambai kepadaku. Aku tidak bisa membalasnya, tanganku kaku. Aku juga tidak tau entah apa yang berkecamuk di pikiranku hingga aku tidak kuasa membalas senyum hangat itu.

Aku masih tercengang. Dan aku tau pak montir mengalihkan pandangan dari kendaraan itu dan beralih menatapaku.
“Suatu saat Engkau akan memilikinya. InsyaAllah!” katanya sambil menepuk bahuku. Tepukan yang menyadarkan bahwa aku masih menenteng beberapa bawaan yang niat kubuang.
“Ayo, aku temani kamu membuang semuanya” aku memutar tubuh dengan berat dan serta merta aku mengikutinya di belakang.

Aku berada di depan bukit “benda yang entah apa”.
“Lemparkan kuat-kuat bawaanmu itu!” pinta pak montir.
“Sekarang?” tanyaku berat.
“Iya, lakukanlah. Engkau tidak akan tau sejauh apa dan di mana bengkel berikutnya... “
“Tapi..., kukira aku bisa menemukannya sepanjang jalan...” bantahku.
“Memang, yang seperti itu banyak. Tapi mereka menjual suku cadang palsu. Premium yang dicampur. Perawatan yang tidak prima. Murah, tapi menipu” jawabnya.

Pipiku tiba-tiba terasa hangat dalam hujan yang gerimis dan angin yang dingin. Ternyata dua bulir air mata mengalir.

“Jadi aku harus membuangnya...?” tanyaku lagi meyakinkan. Pak montir itu tidak lagi menjawab. Aku semakin sesegukan dan air mata semakin deras. Kepalaku serasa hampir pecah dan darahku mendidih. Sekujur tubuhku terasa sakit seperti satu persatu buluku dicabut. Aku menutup mata dan mangatup rahangku kuat-kuat. Air mata itu masih mengalir dan aku merasa begitu tak berdaya seperti puasa dan tidak pernah berbuka. Kubiarkan saja air mata itu mengalir, sekalipun aku tau takkan habis sedih itu hari ini.

Ku buka mata, pak montir sudah tidak ada di sampingku. Kulempar kuat bawaanku. Namun beberapa warna lengket dan sisa di tangan dan bajuku. Sesegukan itu masih tersisa di tenggorokan dan hidungku.

“Sudah. Aku juga sudah mengisi kendaraanmu dengan premium. Oli terbaik juga sudah. Ban serap sudah diperbaiki” sebuah suara dari samping, pak montir, sedikit mengejutkanku.

Aku menarik nafas, berharap bisa merasa lega.

“Terima kasih” ucapku pendek.. Aku ingin berucap banyak, tapi serasa semua kata-kata tersekat di tenggorokan. Dia mengawalku ke kendaraanku pelan. Kaki ini serasa berat.
“Mulanya semua akan terasa berat dan tidak biasa. Ya, maklumlah, kendaraanmu kan lama tidak diservis” matanya mendelik kepadaku. Aku hanya diam, dia memang benar. Aku malu.

“Aku sudah berusaha memberi servis terbaik. Tau tidak, ternyata spedometernya juga tidak pas lagi??!” tanyanya. Aku tidak berniat menjawab. Rasanya malu, selama ini aku memang tidak terlalu peduli.

“Aku tidak bisa menjanjikan kau bisa mengemudikannya dengan lancar secepatnya. Juga tidak bisa mengatakan dengan pasti pada meter berapa kau akan merasa cocok dengan persneling, rem, klakson yang sudah kuperbaiki. Warnanya tidak perlu diubah, aku hanya menggosok dan menyiramnya. Warna itu cocok, dan hanya untukmu”

“Begitu ya?” tanya ku lesu. Dia mengangguk saja.

Terdiam, rasanya hanya ingin diam. Aku ingin merasa lega. Tapi aku khawatir banyak-banyak menghirup udara, karena sesak- kutahu- masih akan terasa di setiap hela nafas ini. Sesak yang selalu membuat ku merasa mual setelanya.

Bismillah.. beberapa helaan nafas. Masih ada sesak itu. Alhamdulillah, semakin banyak ruang kosong di hati, semakin lapang dan lega.

Aku hendak beranjak. Semburan nafas hangat melalui bibirku yang semakin kering, aku tidak sakit, tapi sangat melelahkan. Aku menoleh ke belakang, pak montir mengangguk. Senyumnya cukup untuk mengatakan “Ini memang tidak mudah. Tapi yakinlah, semua akan baik-baik saja.. lanjutkanlah perjalanan.”.

“Hati-hati..” katanya.
“Assalamualaikum..”

Lirih, jawabanku hampir hanya dalam hati. Rasanya masih berat untuk beranjak.
Berbalik, aku melanjutkan perjalanan.

Jumat, 23 Oktober 2009

Memahami Suatu Hubungan

sumber: perempuan.com

Seumur hidup kita berada dalam hubungan yang konstan. Yang paling nyata adalah keluarga, atau hubungan pribadi, tapi ada banyak hubungan lain yang tidak secara nyata meningkatkan kehidupan, meskipun menyatukan kehidupan bersama. Kita memiliki interaksi konstan terhadap benda hidup maupun benda mati.

Masing-masing dari kita memiliki sahabat yang berbagi bagian dari hidup bersama kita. Kenapa kita memiliki orang ini sebagai sahabat bukannya orang lain? Jawabannya cukup sederhana. Orang ini memberikan sesuatu yang kita butuhkan dan hargai. Mereka mengisi kebutuhan atau kekosongan dalam diri kita yang sebaliknya membatasi kepuasaan yang kita dapat dari kehidupan. Kebalikan yang persis benar karena ketika anda menerima keuntungan dari hubungan tersebut anda juga secara tak sengaja memenuhi kebutuhan dan keinginan dari orang lain.

Jadi, apakah hubungan merupakan jalan dua arah? Tidak juga. Bayangkan lemari yang berdiri di sudut dapur. Katanya anda tidak bisa memiliki hubungan dengan benda mati. Maka pikirkan keuntungan apa yang diberikan oleh lemari es pada hidup anda. Ini berarti anda tidak perlu membeli susu setiap hari, sehingga anda tidak perlu pergi ke supermarket setiap hari, jadi secara tidak sadar anda memiliki hubungan dengan sebuah benda mati. Susu didinginkan sesuai yang anda suka, sayuran akan tetap segar, dsb. Kehidupan baik-baik saja sampai lemari es rusak. Lalu anda mulai marah, frustasi, kecewa. Hubungan sudah putus.

Contoh yang konyol? Well, kita bisa memperbaiki hubungan dengan memperbaiki atau mengganti lemari es tersebut. Hal yang sama berlaku untuk apapun dalam kehidupan kita. Tapi setiap hubungan yang rusak mempengaruhi mood dan penampilan kita dan juga mempengaruhi hubungan lain yang kita miliki.

Setiap bagian dalam hidup kita dibangun diantara hubungan yang berubah secara konstan kecuali hubungan yang kita miliki untuk diri kita sendiri. Dan bagi kebanyakan dari kita hubungan ini terjebak dimasa lalu dan selanjutnya kita terjebak di masa sekarang.

Minggu, 18 Oktober 2009

Pemeriksaan Wajib bagi Wanita (1)

sumber: tabloidnova.com

Bagaimana mau cantik kalau badan penuh dengan penyakit? Nah, supaya kecantikan Anda juga memancar dari dalam, ada berbagai macam pemeriksaan yang harus kita lakukan secara rutin. Apa sajakah itu?

* Tekanan Darah
Ini penting untuk mendeteksi secara dini tekanan darah dalam tubuh Anda. Apakah tinggi atau kelewat rendah. Tekanan darah ditentukan oleh jumlah darah yang dipompa jantung lalu mengalir ke seluruh arteri. Arteri yang sempit membatasi aliran darah. Umumnya, jantung lebih banyak memompa darah karena makin sempitnya arteri.

Akibatnya, semakin keras pula jantung harus memompa jumlah darah. Semakin lama tekanan darah tinggi tidak terdeteksi dan tidak terawat, semakin tinggi risiko terkena serangan jantung, stroke, kerusakan ginjal, dan lainnya.

Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dimulai sejak umur 18 tahun, setelah itu sekurang-kurangnya 2 tahun sekali. Jika tekanan darah pada titik garis rawan, dokter akan merekomendasikan untuk lebih sering melakukan pemeriksaan tekanan darah.

* Kolesterol
Tes darah yang sederhana ini mengukur total kolesterol. Kolesterol terbentuk dari lemak lipoproteins yang ada di dalam aliran darah. LDL menyimpan kolesterol di dinding arteri sedangkan HDL membawa kolesterol pergi dari arteri ke hati untuk pembuangan.

Masalahnya, jika LDL menyimpan terlalu banyak kolesterol di dinding arteri atau jika HDL tidak cukup membawa pergi, akan mengakibatkan terjadinya kelebihan lemak (gumpalan) di dalam arteri. Jika tak diperiksa secara rutin, bisa menimbulkan serangan jantung dan stroke.

Sebaiknya lakukan pemeriksaan secara berkala, semisal setahun sekali dan semakin teratur saat usia sudah di atas 40 tahun. Dokter akan menganjurkan lebih sering untuk melakukan tes, jika hasil ukuran tampak tidak normal yang mungkin mengindikasikan penyakit tertentu.

* Payudara
Pemeriksaan dilakukan terhadap payudara dan ketiak. Akan dilihat apakah ada perubahan warna, pada kulit dan juga perubahan pada punting susu. Paramedis akan meraba payudara dan ketiak untuk mengecek apakah ada benjolan dan pembengkakan kelenjar getah bening Hal ini dilakukan untuk mendeteksi perubahan yang mencurigakan dan untuk mencegah kanker payudara

Lakukan tes/pemeiksaan klinik payudara (dengan cara meraba) dan juga mamografi setiap satu atau dua tahun sekali. Untuk mamografi, lakukan 1-2 kali setahun jika sudah menginjak usia 40 tahun. Lewat mamografi, bisa dideteksi adanya pengerasan yang kecil, yang sulit dideteksi dengan hanya melakukan pemeriksaan klinis. Pengerasan gumpalan kecil ini dapat menjadi stadium awal dari kanker payudara.

* Pap Smear
Dokter akan memasukan suatu alat ke dalam vagina untuk mengamati leher rahim Anda, kemudian dengan menggunakan sendok kecil, sikat atau kapas, dokter akan mengambil sel-sel dari leher rahim dan dari saluran yang masuk ke dalam rahim.

Proses ini hanya berjalan beberapa menit. Dokter akan menempatkan sel-sel tersebut menjadi preparat, atau ke dalam botol yang berisi cairan, kemudian mengirimnya ke laboratorium untuk diteliti lebih jauh melalui miksroskop

Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kanker dan segala perubahan yang menyebabkan gejala kanker pada leher rahim. Anda berisiko lebih besar jika:
- Mempunyai sejarah keluarga yang menderita penyakit kelamin
- Berganti-ganti pasangan
- Memiliki sejarah keluarga yang mempunyai sel-sel abnormal di leher rahim
- Mempunyai sejarah keluarga yang berpenyakit kanker leher rahim
- Seorang perokok

Pap smear dianjurkan dilakukan sejak hubungan seks pertama atau bisa juga dimulai pada usia 21 tahun. Setelah itu dianjurkan sekurang-kurangnya untuk setiap 3 tahun sekali. Hal ini tak perlu dilakukan jika berumur 65 tahun atau lebih jika selama 3 kali berturut-turut hasilnya normal. Juga kalau rahim Anda sudah diangkat karena satu dan lain hal.

Jadilah Pendidik yang Baik

sumber: okezone.com

ANAK yang sukses merupakan dambaan orangtua. Kesuksesan diperoleh karena peran orangtua yang bisa mendidik anak agar tangguh dalam menghadapi rintangan di kehidupannya.

Cara yang paling tepat untuk meluruskan anak-anak harus dimulai dari perubahan sikap dan perilaku kedua orangtua. Lingkungan mempunyai pengaruh sangat besar dalam membentuk perubahan sikap dan perilaku seseorang, terutama pada generasi muda dan anak-anak.

"Yang terpenting justru adalah mendidik orangtua, baby sitter, bahkan guru, agar dapat memberi contoh baik yang selalu konsisten," ungkap Ketua High-Scope Indonesia Antarina S F Amir.

Sebaik-baiknya pendidikan yang diberikan di sekolah, jika di rumah orangtua selalu berlaku buruk, maka nilai-nilai positif yang sudah diajarkan akan sia-sia. Semua orangtua harus paham bahwa pendidikan bukan hanya tugas guru dan sekolah. "Pendidikan adalah urusan semua orang," tegas Antarina.

Sementara itu, praktisi Emotional Intellegence Parenting, Hanny Muchtar Darta Certified EI PSYCH-K SET dari Radani Emotional Intellegence Center mengatakan, sebagai 'pendidik', orangtua selalu berusaha memberikan pengajaran yang terbaik.

"Misalnya, mengarahkan si kecil untuk membuat keputusan yang benar dan positif karena ini bekal mereka di masa depan," ujar wanita yang mengambil pendidikan di Emotional Intelligence Six Seconds USA pada 2004 dan 2005.

Hanny menuturkan, di tahapan ini orangtua mengekspos keinginan anak tanpa memaksa. Orangtua tidak lagi memutuskan sesuatu hal atas keinginannya sendiri, melainkan mengajak anak untuk memilih dan mengarahkan keputusan mana yang akan diambil atau dipilih anak. "Keanekaragaman ini dimaksudkan untuk merangsang kerja otak anak," ucapnya.

Artinya, hal tersebut dimaksudkan supaya otak bekerja membangun jaringan baru karena rasa penasaran si anak untuk mencoba hal baru. Tentunya hal ini akan menghindarkan anak dari rasa bosan. Hanny mencontohkan, saat penyajian makanan misalnya, sang ibu bisa bertanya, "Sayang, kamu mau pilih yang mana?".

Dengarkan keinginannya dan hormati keputusan si kecil. Jika Anda berusaha menerapkan pendekatan ini secara konsisten, maka Anda akan merasakan hasilnya. Anak pun akan terbiasa mempunyai pilihan dalam hidup, belajar membuat keputusan, bertanggung jawab, dan mempertanggungjawabkan apa yang telah menjadi pilihannya.

"Belajar bertanggung jawab memang sebaiknya diajarkan sejak dini pada anak," ujar ibu dua anak ini. Selanjutnya, untuk merangsang anak melakukan kegiatan positif bisa dilakukan untuk memberi pilihan.

Mengutip dari Scott Brown dalam bukunya yang berjudul How to Negotiate with Kids, Hanny mengatakan bahwa hal itu bisa dilakukan melalui cara-cara yang lembut dan menyenangkan.

Dijelaskan Hanny, alangkah lebih baik jika mengajak seseorang bernegosiasi atau diskusi dengan Anda melalui sentuhan, termasuk dengan anak-anak. Saat orangtua menginginkan buah hati memperhatikannya, maka sentuh mereka dengan lembut dan sampaikan dengan tutur bahasa yang lembut.

"Alhasil, pesan-pesan yang Anda utarakan akan diterima dengan baik," tambahnya. Di usia 5-8 tahun anak sudah bisa mengemukakan pendapatnya dengan baik. Ajarkan anak untuk menentukan pilihan sendiri. Memainkan peran sebagai 'pendidik' yang baik, orangtua harus pandai memberikan pilihan-pilihan yang konkret sehingga mudah dimengerti anak, bukan pilihan-pilihan yang abstrak.

Membiasakan anak membuat pilihan dan memutuskan apa yang diinginkan akan memberikan mereka kemampuan membuat keputusan sendiri. "Seiring berjalannya waktu, anak akan mengerti bahwa keputusan yang dia ambil haruslah ada nilai plus-minus," ungkapnya.

Kelak anak akan mengolah pikirannya untuk melakukan pertimbangan-pertimbangan secara matang dan anak pasti akan memilih sesuatu yang memiliki sisi bagus untuk dirinya.

"Saat dia terjebak dan buntu dalam menghadapi masalah, dia bisa berpikir kreatif. Bahkan orang-orang di sekelilingnya pun ikut terbawa atmosfer positif yang dilakukannya," terangnya.

Saat Anda menerapkan peran sebagai 'pendidik', maka hal ini akan membentuk fondasi kepribadian yang kuat yang sangat berguna sekali untuk masa depannya. Fondasi ini akan mengantarkan anak untuk menjadi individu yang bisa diajak bekerja sama, berempati, dan percaya diri.

"Benih positif yang Anda tanamkan pada buah hati sejak mereka kecil akan menghasilkan sesuatu yang positif pula. Itu artinya, Anda lulus memainkan peran sebagai pendidik," tutup Hanny.

///

luar biasa ya.. ^_^

Selasa, 13 Oktober 2009

tompi; cinta yang kucari..

Meski kusadari cintaku padamu penuh kesalahan
Aku tlah mendua tlah melupakanmu
Abaikan cintamu
Kuyakin kau tau akan segalanya

Tiada salah yang tlah kau perbuat

Hanya keraguan ku
Apakah kau cinta yang aku tunggu
Apakah kau rindu dalam mimpiku
Maafkan aku

Pa bila mungkin saat semua berubah
Kuharap rasa sayang itu tetap ada
Dan jangan berakhir cintamu padaku
Sungguh kutak mau kau jauh dariku
Maafkan segala raguku padamu
Kini kusadari cinta yang kucari

Tiada salah yang tlah kau perbuat
Hanya keraguanku
Apakah kau cinta yang aku tunggu
Apakah kau rindu dalam mimpiku
Maafkan aku..

bersiap-siap

aku harus bersiap-siap
dengan tetap tertawa,
atau membiarkan air mata mengalir sembunyi

aku harus bersiap, bersiap beranjak
menentukan limit waktu,
kapan aku harus pergi kapan saja
kapan aku tak harus di sini

tak cukup kuat ku meminta
tak cukup kuat ku biarkan..

akan ada waktu itu
ketika adaku tak lagi perlu

bukan, ini bukan perngorbanan
aku tak sebaik itu
aku hanya kalah
berusaha pelan memenangkam hatiku
dari belenggu

engkau tak bisa menolong hatiku yang kepayahan
tak apa,
kita ikuti saja kemana waktu membawanya

maafkan aku yang berkemas dengan sembunyi-sembunyi
maafkan aku, yang tak mengerti mengapa aku harus menunggu
maafkan, permainan ini melelahkanku

nanti,
ketika kau tak lagi menahan
dan aku tak perlu meminta,
aku akan pergi
supaya tak ada lagi luka

Sabtu, 03 Oktober 2009

beratnya..

hari ini, oktober 3- 2009.. ada yang penting? banyak. mestinya banyak yang penting.
penting untuk dikerjakan
penting untuk ditinggalkan
penting untuk di ingat
penting untuk dilupakan
penting untuk ..

fiuhh!!!
kemarin, baca2 diari setahun yang lalu. hmm, banyak! banyak hal yang sulit diungkapkan, dan ga perlu di ungkapkan di sini semua pasti.. :)

:) :) :)
many thing will start this month
hope everything will be ok
n it's must be ok

fiuhh!!!
hari ini, belum ke kampus juga. ramadhan lalu, ada pertemuan yang terlewatkan. pertemuan TA anak2 2003. em, malu rasanya unjuk hidung ke kampus.
ni lagi hub. teman2 yang udah selsai, mana tau TAnya ada yang bisa diterusin, yang sesuai dengan kapasitas wis yang pas2an pastinya :)

udah hub b'alvi. faizah juga udah.
em, ni lagi nunggu email soft TA b'alvi...
ya Allah, mudahkanlah.. amiin

---------------------------------------------

tell me the place to go
show me the time,
when i've allready forget all happening now
break me the tears,
so i dont need to hide this hurt

flying..
dont know where to

dont let me dying
please!

tell me the place to go
show me the time,
when i've allready forget all happening now
more tears won't make thing back
but maybe it makes it better for me

bismillah, hope better step ahead!