Apakah bulir bening yang jatuh dari langit akan kita sebut hujan jika ia jatuh hannya setitik?
Bagaimana jika aku tidak lagi merasakan diriku dalam diri ini. Tapi dimana lagi aku akan mencari diriku di dalam diri ini sedangkan ini adalah aku sendiri. Mematut-matut diri di dalam cermin dengan cara-cara yang tidak kupahami. Melihat bayangan sendiri lantas bertanya itukah aku?
Ternyata kita dapat tidak mengenal lagi diri sendiri bila kita jarang bertemu, sama seperti kita pangling pada kawan lama yang tidak kita temui lagi. Antara kaget, gembira, sambil merangkai sepotong dua kejadian antara yang memudar muncul di ingatan.
Lalu kita mencoba biasa. Seperti seolah inilah diri kita yang sesungguhnya ini. Lalu kita tetap berusaha, menyapa pagi dengan salam yang sama, dengan keingatan-keingatan yang kita usahakan sama, sisa-sisa ucapan yang amat memuliakan namun sudah usang saja lantunannya..
Lalu kita mencoba mengayuh hari hingga matahari terbenam, hanya gulita yang menanti, selalu begitu, melumat senja-senja warna-warni yang kita kagumi itu, seolah sekedar melengkapi peran-peran yang sudah dibagi-bagi demikian adanya.
Lalu seperti malam-malam kemarin, kita berbaring tanpa berani menoleh ke kanan dan ke kiri. Karena setiap tolehan akan memudahkan apa saja menganak sungai, dan hampir selalu gagal menemukan makna, gagal menuntaskan genangan yang harusnya sarat penyesalan.
Begitulah seharusnya, satu-persatu gulita berganti pagi, apalagi yang hendak digerus zaman dari diri ini? sudah tidak ada apa-apa lagi..
Tidak ada komentar :
Posting Komentar