setiap kupandang, aku ingat bagaimana kita mulakan semua
tunas bambu yang tumbuh baru
juga pucuk pucuknya yang sebentar sebentar merangas
pelepah pelepah rumbia yang hanya menahan sebentar saja
namun teduhnya adalah harapan harapan kita
yang umurnya tak lama, tapi juga tak pernah menghilang
tumpuk tumpuk kerikil, namun air membawanya juga
telah kita sembunyikan semua perhiasan diantara pasir pasir
namun badai membuat bebukit yang tiada kita kenali lagi
lalu kemana harus menyusul?
sedang arah pergiku tak lagi di mata
kini tancap satu satu pada apa yang dapat kutemu
apa yang kira kokoh, oleh angin- air- juga suara halilintar
pada bait bait harmoni yang tetap indah
tak dapat lagi menghafalnya
telah titip semua pada cericit burung
biar cemara yang menyambut, mengamit
dan kemudian semua terbang ke langit...
masih ku ingat bagaimana bebambu lentik itu pangkas
hingga sisa uramnya saja
begitulah kiranya kita kerat hati supaya hilang semua lukanya
supaya sakit menindih perihnya
supaya letih meniduri lelahnya
ketahuilah
di sini aku masih merabai rindu
karena bentuknya tak lagi serupa
ketika angin.dan daun daun bambu sama rasakannya
sambil terus menyangkalnya
ingin menjambak sekaligus memeluknya
biar waktu memeluk keadaan, kenyataan
kebenaran sekalipun rak mengubah adanya
tunas tunas bambu yang tumbuh baru
juga pucuk pucuknya yang sebentar sebentar melebat
dan kemudian merangas
begitulah, terus terus
angin memetiknya
11022011
Rabu, 12 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Indah...
BalasHapuskak.bagus kali...suka:)
BalasHapusalhamdulillah ^^
BalasHapus*terharu.. :')