Sepulang kantor selesai beberes kamar setelah dua hari ditinggal agaknya enak juga kalau rebahan sebentar sambil menunggu magrib usai baru kemudian mandi (red. kebetulan saya sedang libur sholat). Dalam beberapa hari ini banyak masuk broadcast pengumpulan donasi untuk pengungsi Rohingya yang terdampar di Lhoksukon. Saya biasanya agak malas buka link berita kiriman broadcast kalo ga begitu penting. Malah banyak juga yang langsung delete chat begitu broadcastnya masuk.
Rebahan saya awali dengan baca broadcast paling baru soal pengungsi Rohingya. Ada link berita, tapi dari judulnya sepertinya itu bukan update yang saya cari. Saya scrolldown headboard, ada hastag twitter yang lagi masyhur, yang ditweet oleh orang-orang yang saya follow. Saya coba buka. Lalu dari situ satu persatu berita tentang pengungsi Rohingya terbentang. Dan entah kenapa dan bagaimana air mata saya merembes-rembes, mengalir begitu saja. Saya ga tau apakah ini efek karena lagi libur sholat, ga sholat, ga 'ngadu' sama Allah, jadinya katarsis emosinya malah lepas pas baca berita-berita ini. Hingga sampai pada berita terakhir yang saya baca soal 'kisah relawan pembasmi kutu wanita Rohingya' yang agak-agak bikin dua senti walaupun sebenarnya bikin miris juga karena kondisinya sampai seperti itu.
Tapi bagaimanapun air mata saya merembes-rembes tentu saja itu bukan karena mata saya bocor lantaran ga pake No Drop (*susah ya kalo punya brand, nulis blog pun mesti dibawa-bawa -_-). Tentu saja karena penderitaan yang dialami para pengungsi ini rasa-rasa memang begitu berat dan pilu. Namun di sisi lain saya juga merasa haru, sekaligus bangga dengan antusiasme masyarakat Aceh sendiri untuk melakukan apa yang mereka bisa.
Terlepas dari benar tidaknya komentar segelintir tokoh pemerintah Myanmar yang mengatakan bahwa boleh jadi pengungsi-pengungsi ini hanyalah manusia-manusia perahu yang mengaku-aku Rohingya, mereka yang terdampar ini sudah sepantasnya mendapat uluran tangan kita, notabene lagi mereka adalah saudara-saudara kita sesama muslim.
Sabtu lalu saya kebetulan pulkam karena ada sesuatu acara di rumah. Saya agak kaget waktu abang kandung saya tanya begini; Dekwis, pu na droe keuh baje-baje layak pakai yang hana kapakek le? Spontan saya balas tanya; Keupu, Abang? Saya benar-benar completly blank on koq tumben-tumbenan Abang tanya begitu. Abang saya lantas jawab; Mangat tak intat keu awak pengungsi Rohingya nyang di Lhoksukon nyan. Na teuman? Saya ber-O dalam hati dan manggut-manggut. Trus kami ngrobol ngalor ngidul kesana kemari sedikit soal mereka. Ga nyangka abang saya (yang semoga sholatnya nanti semakin baik dan sholeh) bisa ngomong soal beginian juga. Senang, Alhamdulillah
Eniwei, ntah kenapa kalo lihat dan baca soal Rohingya saya jadi selalu ingat almarhum Ayah. Too much question i didnt ask, Daddy.. miss u, miss the answer i never heard.
Well, orang sejagad sudah berdonasi apa yang mereka bisa, ayo kita juga yaa :). Dan semoga uluran tangan kita nanti semakin melebar untuk juga memperbaiki kondisi orang-orang tidak mampu yang ada di negeri kita sendiri. Alangkah indah rasanya bila setiap orang berada dalam kehidupan yang baik, berkecukupan- setidaknya tidak sampai meminta-minta, tidak ada anak-anak yang sepulang sekolah masih harus mulung, tidak ada Ayah-ayah yang harus maling karena biaya sekolah dan suap-suap nasi anak dan istri, tidak ada lagi yang terpaksa tinggal di rumah kerdus di bawah-bawah jembatan tempat-tempat kumuh padahal tanah indonesia begini luasnya, tidak ada lagi yang kelaparan padahal negeri kita begitu suburnya, tidak ada lagi hal-hal yang memilukan dipandang mata, karena setiap orang memang sepantasnya hidup layak.
Oiya, tampungan donasi sekarang ada dimana-dimana, tinggal gugling atau cari tagarnya di twitter langsung ketemu koq..
Selasa rasa Senin, Mei 26 2015
20:56, hujan, Banda Aceh
Semoga orang-orang Rohingya baik yang mengungsi maupun yang masih entah dimana selalu dalam lindunganNya, aamiin
'we never know how far we can go until we try to take the farest step our feet would'