Chocolate Covered Sesame Balls

Senin, 17 Januari 2011

Just forget that u'd ever been loved!

Hujan ba’da magrib tadi- sejujurnya- membuat sedikit gelisah. Kenapa? Adakah yang tidak biasa?

Tidak tau.

Tapi kemarin, kutemukan sebuah klausa yang tidak biasa. Sebuah kalimat yang muncul tidak tau apakah dari perasaan menerima atau dendam. Mengiyakan satu persatu kalimat-kaimat yang selama ini ku negasikan. Dan kusadari, bahawa berjalan sesuai arus itu jauh lebih mudah, sekalipun aku tidak menginginkannya

jika mengingat bagaimana kalimat itu bisa tercetus, aku jadi ingat bau tembakau yang mulai kusukai itu. Tidak. Tentu saja aku tidak merokok. Tapi, pekerjaan yang menempatkan diriku untuk setiap pagi membuka sebuah ruang dimana berpack pack rokok disimpan untuk kemudian di jual. Tidak, malam ini kita tidak akan berbicara tentang pekerjaan baruku itu. Tapi bagaimana pun, aroma tembakau yang belum dibakar itu mulai kusukai. Setiap pagi, aku seperti mendapat terapi setiap membuka pintu dimana kami menyimpan berbal bal benda ini. Dan setiap pagi tanpa kusadari aku menjadi rindu akan baunya. Dan aku bersyukur, bahwa aku masih sekuat tenaga menyingkir- setiap salah satu dari teman teman mengepulkan asap dari benda yang sungguh tidak kusukai ini.. *sengaja, aku tidak menyebutnya ‘benci’, karena kata orang tua; sesuatu yang kita benci pada akhirnya akan kita cintai. Masih kudoakan yang terbaik untuk apa yang kukerjakan untuk pekerjaan ini.. semoga dijauhkan dari kemudharatannya.. amiin Ya Rabb

kemarin, di sela-sela sedang membereskan stok-stok, rekan A dan F datang. A bercerita tentang training 4 hari di banda aceh. Dan F sibuk mengisi call sheet harian sekalipun kadang kadang dia menyela juga pembicaraan kami. A banyak cerita tentang banyak hal. Mulai dari bos bos yang minta ‘servis’, supervisor banda aceh yang belum begitu mandiri, sedikit materi training, hingga gaya pacarannya waktu zaman kuliah dulu. Dia, beberapa angkatan lebih tua dari ku. Namun demikian, aku tak niat menyebutnya atau memanggilnya ’bang’. Lagi pula kulihat dia tiada masalah soal panggil memanggil itu..

F masih menyeloro, dan sekali kali menyahut obrolan A. Aku menyingkir ke pintu, mencari sumber udara paling banyak setelah mereka mulai mengepul-ngepulkan asap mematikan itu. Mereka tau aku tidak suka. Aku tidak risih dengan ketidaksukaanku, seperti juga mereka tetap nyaman ‘mengepul’ sekalipun aku menyingkir..

Soal gaya pacaran A yang ‘ngelintah’, pernah diceritakannya kepadaku ketika kami sama menunggu pak C di sampoerna Panggoi, Lhokseumawe. Katanya, dia bahkan lupa siapa saja nama pacarnya. Katanya, kuliahnya selesai karena pacarnya patungan nyumbang sampe dia selesai. Jelas mereka tidak bersepakat, apalagi sampe berkoperasi, untuk menyuplai kebutuhan A kuliah. Jelas sekali maksudnya kan?! perempuan perempuan itu dipacari untuk diambil manfaatnya saja! *kuakui, kalimat terakhir kutulis dengan hati yang sangat miris.. aku pernah bertanya kepadanya; apakah tidak merasa bersalah? apakah tidak ada seorang pun dari yang dipacarinya itu benar2 dia cintai? Apakah mereka rela diputusi begitu saja? Paling banyak, siapa yang mutusin duluan; dia atau perempuan perempuan itu..??

Sedapat mungkin aku bertanya dengan hati-hati. Memposisikan diriku, sebagai orang yang tidak menganggap salah dirinya, demi mendapat jawaban paling jujur. Sungguh, aku tidak dapat menahan diri untuk tidak bertanya. Aku bahkan ingin sekali bertanya; sudah di apakan saja itu perempuan-perempuan?? Geram dan jijik aku membayangkannya. Tapi masih banyak pula pertanyaan yang kusimpan. Aku yakin, masih banyak kesempatan A menceritakan ‘tentang ini’ kepadaku di lain waktu. Aku tidak ingin terlihat begitu nafsu mengorek kejahatan seorang ‘bajingan’, atau seseorang yang terpaksa menjadi bajingan seperti dirinya.

Tapi kali ini, kita tidak akan berbicara tentang ‘kejahatan lelaki’ semacam itu. Melalui kalimat yang sudah begitu mubazir sebelumnya, aku hanya ingin bilang bahwa; ternyata begitu banyak perempuan yang dibuat begitu ya! *entah kepada siapa aku mengiyakannya.. satu A saja bisa mengelabui demikian banyak perempuan. Dan ada banyak A di dunia ini kan?? *dan dunia tak perlu menjawabnya

Dan pembicaraan itu juga yang akhirnya membuatku mengakui apa yang selama ini kunafikan. Mencoba mematahkan apa yang selama ini kuyakini. Mencoba melupakan, melupakan, melupakan, .. kusebutkan tiga kali, karena memang ini begitu penting, penting, penting! Bahkan kata ‘penting’pun terasa begitu pentingnya..

Bayangkan jika ada salah satu dari perempuan itu yang ‘tidak main main’ dengan A..?? kemarin, sempat baca di blog seorang lelaki bumi kalimat begini;

“Perempuan, sepintar apapun, sekaya apapun, secantik apapun ia tetap akan memasrahkan dirinya pada lelaki yang ia putuskan untuk ia cintai. Ia akan menyandarkan dirinya pada lelakinya saja…maka kawan, berhati-hatilah kau mengutarakan isi hati kepada perempuan manapun, karena ketika ia telah juga memutuskan untuk mencintaimu maka perkaranya menjadi tidak lagi sederhana bagimu….”.

Andai semua lelaki dapat berpikir demikian, dan benar2 bersikap sesuai apa yg dipikirkannya itu. Apakah laki2 itu tidak berpikir bahwa mereka juga punya saudara perempuan, sepupu2 perempuan, tante, bahkan ibu mereka juga seorang perempuan kan..??

Geram!

Siang itu aku pulang, dan berkendara tidak bisa lebih dari 40 km perjam. Apa pun yang diceritakan A tadi, menyisakan perenungan yang lama dan dalam. Aku.., ku pikir, a.. argh!

perjalanan pulang ini jadi lama dan aku begitu menikmati sakit menikam-nikam luka. Namun kutemukan perlahan hatiku me-lega. Beginikah harus ku atur atur mindset supaya aku lekas ridha??

Nelangsa menyergapku dari segala arah. Mencuri segala penjuru angin yang mengeringkan luka luka. Kerontang, terasa seperti dikuliti. Tapi kali ini aku takkan mengadu kepadamu tentang ini lagi. Tak kan! Sudah kucukupkan untukku saja.

Sore itu, kak Nora minta diantar ketempat pasien. Kebetulan rumah pasien dekat sekali degan laut. Ku bilang aku akan ke laut saja, dan kak nora memintaku kembali setengah jam lagi. Sekalipun aku telah lama tidak melihat laut, tapi Kali ini aku tidak begitu menikmatinya. Kurba raba lagi luka, biar aku merasakannya supaya aku lekas lupa akan semua. Dan ku kira,

When i cant forget that love is bitternes n lies,
I’ll try to forget that i'd ever been loved..

1 komentar :

  1. "memaafkan itu kadang lebih mudah daripada melupakan. namun tak apa, maafkanlah dulu lalu jauhi saja sampai bisa melupakan. itu lebih baik daripada tak memaafkan dan semakin sulit untuk dilupakan. karena maaf itu tak harus bersinergi dengan hubungan yang lebih baik.."

    copy paste dari status seseorang.. :D
    *sedeng.. nulis ndiri, komen ndiri :p

    BalasHapus