Chocolate Covered Sesame Balls

Selasa, 19 Januari 2010

Bebayang

hitam itu tetap rebah,
mengikut pada tuannya yang tak peduli
dia setia dalam setiap terang
dan bersekutu satu
dalam gelap yang tak tampak

padanya tuan menjadi bernyawa
dan yang hidup menjadi arti
tanpa pernah meminta ia telah menjadi
dan tak pernah mengeluh
pada berat sangkaan
tak pernah berburuk sangka akan tuduhan

begitu ia menguntit
diabai,
pada tuannya saja ia setia

Minggu, 17 Januari 2010

Makan 5x sehari ternyata lebih sehat...

ini wis kutip dari www.fikrirasyid.com..
inysaAllah bermanfaat.. :)
______________________________


Kita sebagai warga negara Indonesia terbiasa makan tiga kali sehari, dengan nasi sebagai “menu wajib”. Belum bisa dikatakan makan jika tanpa nasi. Makan tanpa nasi digolongkan sebagai ngemil, tidak lebih.
Masalahnya adalah, apakah pola makan seperti itu sehat?
Beberapa hari yang lalu saya ngobrol dengan seorang kawan dari Bandung Rukyat Center(Lembaga pengobatan Ala Nabi), dan hasil obrolan tersebut, cukup mengejutkan saya :
Pola makan tiga kali sehari dengan nasi sebagai menu utama ternyata kurang sehat.
Mengapa? Karena suplai karbohidratnya jadi berlebihan. Jika ditilik efek jangka panjangnya, kadar gula dalam darah akan tinggi jika dibiasakan seperti itu.
Pantas banya penderita diabetes di Indonesia 
:P
Pola makan yang lebih sehat : Lima kali sehari.
  • Makan pagi cukup roti dan susu. Sedikit karbohidrat saja. Hindari makan kenyang di pagi hari karena akan membuat ngantuk. Jika anda makan kenyang di pagi hari, energi yang seharusnya digunakan untuk beraktifitas malah habis ke perut anda.
  • 3 jam setelah makan pagi, makan makanan ringan seperti roti. Setiap 3 jam, perut pasti merasa lapar
  • Makan siang, silahkan makan lengkap. Nasi, lauk pauk dan sayur mayur. Tapi selalu ingat : Berhenti sebelum kenyang!
  • Sore hari, ba’da ashar, makan – makanan ringan lagi. Snack sore seperti kolak, bubur kacang hijau, atau mungkin buah – buahan bisa jadi pilihan.
  • malam, makan lengkap. Usahakan makan malam 3 jam dari waktu tidur anda, agar sebelum tidur makanan telah selesai dicerna dan tidak mengganggu tidur anda.
Yep, itu pola yang direkomendasikan kawan saya. kalau diperhatikan, sebenarnya ada polanya : Makan setiap 3 jam sekali, karena perut memang merasa lapar setiap 3 jam sekali, namun kadarnya terkait dengan waktu.
Catatan tambahan :
Jika anda hendak memakan buah, makanlah buah sebelum anda memakan makanan lengkap. Orang Indonesia terbiasa memakan buah – buahan setelah makan nasi, dan ternyata pola ini kurang baik. Makan buah dulou baru makan berat. Ketika saya menanyakan hal ini ke ahli kimia makanan, ternyata memang ada alasan ilmiahnya : Buah sebaiknya di makan lebih dahulu agar mikronutrisi dari buah masuk duluan. ;)

Fakta Baru Tidur Siang

wis kutip dari perempuan.com.. menarik, dan penting!
selamat membaca.. :)
_________________________________________

Bila tidak diatur orangtuanya, secara alamiah anak yang sehat lebih suka terjaga sepanjang siang. Itu sesuai dengan siklus alamiah tubuhnya yang mengikuti jadwal terbit dan tenggelamnya matahari. Begitu matahari terbit, tubuh manusia diharapkan diisi dgn energi utk beraktivitas sepanjang siang dan malam istirahat.

Namun anak otomatis tidur siang bila tubuhnya menuntut beristirahat. Umumnya karena ia sakit, lesu,l emah sulit tidur malam, tidak nafsu makan dan sebagainya. Atau ia menggunakan ototnya berlebihan misalnya berlari, lompat-lompat, dan sebagainya.

Sebaliknya bila aktivitas anak lebih didominasi aktivitas otak, bukan otot, “panggilan” alamiah tubuh untuk tidur siangpun tidak terjadi. Jadi, aktivitas anak yang lebih melibatkan otak seperti les, bermain musik dan sebagainya, tidak akan membuat tubuhnya membutuhkan tidur siang.

Dua kerugian jam tidur siang yang tidak sesuai kebutuhan alami:

1. mengurangi stimulasi siang hari yang dibutuhkan anak yang sedang tumbuh.

2. tidur siang akan mengurangi pola tidur malam anak. Padahal, tidur malam hari haruslah seoptimal mungkin, baik jumlah jam juga kualitasnya, ini lantaran tidur malam mengistirahatkan otot juga otak.

Disaat gelap tubuh anak mengalami berbagai proses biokimiawi yg berguna untuk pemulihan, pembentukan dan pertumbuhan. Terutama pada waktu tidur malam, suatu periode tidur yang disebut “Rapid Eye Movement”

Sejatinya jam tidur normal anak usia setahun keatas adalah 10-12 jam. Jika melihat waktu yang disebut diatas, tidur siang sebenarnya tidak diperlukan selama tidak terjadi aktivitas fisik.

Tiga tahun pertama dalam kehidupan anak adalah dasar bagi pertumbuhan anak selanjutnya. Di tiga tahun pertama itulah optimasi stimulasi yg didptnya disiang hari dan proses tumbuh lewat tidur yg cukup dimlm hari. Bila org tua dpt mengarahkan anak memiliki pola ini sejak dini, maka anak akan mendapat kesempatan tumbuh dan berkembang secara optimal.

Nah, secara kaku memberlakukan jam tidur siang seperti yang dilakukan banyak ortu itu salah, ortu juga harus waspada bila anak selalu ingin tidur siang. Pastilah keadaan anak itu sedang buruk dan yang paling pantas dicurigai adalah infeksi virus. Atau karena ia telah terlalu banyak menggunakan ototnya alias lelah secara fisik.

Ternyata, seperti juga banyak hal lainnya dalam hidup, tidur anak pun perlu selaras dengan pola yang ada di alam

Jumat, 15 Januari 2010

Tukang Parkir?? Uugghh..

Beberapa waktu lalu dapat tugas untuk program ultah. Bikin rekaman wawancara dengan tukang parkir. Jalan n jalan, memang ga susah temukan tukang parkir, tapi ga mudah untuk berhenti di sembarang tempat. Kami pilih-pilih tempat yang rasa-rasa rada mungkin orangnya untuk diwawancarai, dan rasa-rasa tempatnya ga terlalu rame. Akhirnya terpilih empat tempat. Toko ATK Sejahtera Gallery, parkiran Bank BCA, Serbana Swalayan, dan Swalayan PP Ulee Kareng. Kami berdua, aku dan lidya. Udah lama ga jalan-jalan n bikin wawancara begini. Dulu pernah, itu pun cuma beberapa kali, untuk program berbeda.

Aku, sekalipun sebenarnya tidak begitu menyukai pekerjaan lapangan, tapi selalu dapat menikmatinya dengan cara entah bagaimana. Selalu (rasanya) menemukan hal yang tidak terpikir sebelumnya, atau minimal teringatkan kembali akan hal yang telah lama terlupa.

Juru parkir yang pertama kami temui datang jauh dari sulawesi. Katanya selepas tsunami dia datang ke banda aceh untuk mengadu nasib, karena konon dan memang begitu, banyak pekerjaan waktu itu. Saking banyaknya, sekarang setelah program rehab rekon selesai pun banyak juga orang yang kemudian terpaksa memilih jadi pengangguran. Pak Muhammad namanya. Bliau menikmati pekerjaan itu. Mensyukuri penghasilan yang katanya memang pas dengan besarnya kewajiban yang dipikulnya sebagai tukang parkir. Ketika ditanya apa pesan-pesannnya untuk sesama tukang parkir, pak Muhammad menjawab “ya, sebagai tukang parkir, kita tetap sopanlah terhadap pemilik kendaraan, karena walau gimana pun kita kan dapat makan dari mereka juga”. Padahal banyak juga kan dari kita pura-pura ga liat tukang parki lah, yang nyelonong aja tak mau bayar parkir.. hehe, ayo ngaku!

Tukang parkir kedua yang kami temui, di depan bank BCA simpang lima. Duh, namanya lupa, tapi ternyata dia itu temennya lidya. Mulanya lidya sempat ragu-ragu mo nyapa. Tapi karena kejepit tugas, yah negur juga. Sedikit pembicaraan yang sempat ku kuping dari mereka berdua sebelum wawancara direkam:

lidya: eh, ____________ (nama si tukang parkir) ya? (lidya memastikan kalau itu memang mantan teman sekelasnya di smp dulu)
tukan parkir: iya, (sambil masih sibuk ngurusi kendaraan yang keluar masuk)
lidya: masih ingat qe ma aku? (tanya lidya setengah teriak ga peduli si tukang parkir begitu sibuknya)

Setelah kendaraan yang keluar masuk agak reda, mereka mulai berbincang dekat. Aku pun tak lagi mendengar apa yang mereka bicarakan seterusnya karena memang berdiri agak jauh dari situ. Tapi setelah wawancara selesai, lidya bilang kalau temennya itu tadi sebenarnya juga mengenal lidya, tapi tidak berani menegur duluan, kata lidya “mungkin karena dia merasa cuma tukang parkir, kalo negur trus kita cuekin, malu juga kan dia..”

Yup! lidya betul. pasti Ada perasaan begitu. Tapi siapa bilang menjadi tukang parkir itu pekerjaan rendahan. Masa hanya karena mereka bekerja di jalanan kita menganggap mereka “tidak pantas”, tidak semestinya begitu. Yang menarik adalah, ketika wawancara itu kuputar ulang di radio. Salah satu pertanyaan dalam wawancara itu adalah: punyakah mereka pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan selain menjadi tukang parkir? temennya lidya itu menjawab: ya, paling narik becak ini aja, ya menjadi orang tua lah...

Jawaban yang ku bold itu sengaja ku bold, karena itulah yang menarik dari tukang parkir kedua ini. Bayangkan, ada seseorang lelaki yang menyadari bahwa “menjadi orang tua adalah sebuah pekerjaan”, dan ia adalah seorang tukang parkir, yang barangkali sebagian dari kita memandang sebelah mata pekerjaan sebagai tukang parkir ini. Jangan bertanya sejauh mana temennya lidya itu memahami pekerjaannya sebagai orang tua.. yang penting adalah, si tukang parkir itu telah menyadarkan kita bahwa: menjadi orang tua adalah sebuah pekerjaan.

Jalan lagi sepanjang jalan Tgk. H.M. Daud Beureueh, kami tak temukan tempat yang bisa disinggahi. Melewati lampu merah Jambo Tape, baru lah kami singgah di Serbana Swalayan.
kata lidya: dya kenal dengan tukang parkir di situ.
aku: hah?! koq bisa? tetangga dya? tanyaku
lidya: mesti kali tetangga.. poko’nya kalo dya kesitu dya sering senyam-senyum ma bapak tu.. ehehehe..
aku: ho.. baeklah! jawabku manggut2 sok mengerti

Kami pun mampir. Sepi, tidak banyak kendaraan yang parkir disitu. Timpang dengan kondisi dua tempat parkir yang kami temui sebelumnya. Dengan alasan lidya kenal, secara alamiah maka lidyalah yang akan mewawancara bapak itu, tak perlu nego-nego. Seperti biasa, aku menjaga jarak, ecek-eceknya tak mahu mengganggu. Tapi akhirnya aku mendekat juga, penasaran pengen tau, kalo tunggu dengar rekamannya ntar terlalu lama. Di sela-sela wawancara kami itu, ada juga pemilik kendaraan yang kabur merasa tak parkir. Dalam rekaman yang kudengar kemudian, ternyata memang pendapatan pak Dahlan (nama bapak yang kami wawancarai itu) di depan swalayan ini tidak begitu menggiurkan. “setiap hari kami harus setor ke dinas 20 ribu. kalo hari hujan, malah harus nombok dengan duit sendiri karena yang datang belanja ga banyak”, begitu tutur pak dahlan yang kuperkirakan usianya sekitar 50 tahunan dengan kental logat acehnya.

Wah, kasian juga ya, ternyata yang merugi itu bukan hanya pedagang, tapi tukang parkir ada untung impas rugi- nya juga. Coba ingat-ingat ada berapa kali kita kabur karena ogah bayar tukang parkir? Sekalipun tidak semua tukang parkir nasibnya seburuk pak dahlan, dan memang tidak selalu begitu, tapi alangkah baiknya kalau kita tetap membayar jatah parkir yang cuma 500 rupiah untuk motor dan 1000 rupiah untuk mobil itu.. Mereka punya hak, dan kita jangan mendhaliminya. Tapi tukang parkir kan sering juga ambil tarif berlebihan..! Eits.. tahan dulu, kita bahas itu setelah yang satu ini, yah! ;). Kami tetap mendengarkan anda.. (hehe)

Nah, kami jalan lagi. Hampir sampai ke ulee kareng kami singgah di swalayan Pante Pirak Ulee Kareng. Kali ini tugas ku yang wawancara. Aku lupa nama bapak itu siapa. Bapak ini usianya antara usia temennya lidya tadi dan pak dahlan. Jadi sebenarnya masih cukup tegap sih. Dari posturnya cocok dengan tugasnya yang merangkap sebagai petugas keamanan khusus malam di swalayan ini. Sebelumnya bapak ini jualan rujak katanya, tapi kemudian ada yang nawari dia pekerjaan ini. Tidak heran kalau dia tergiur, karena di pekerjaan sebelumnya dia mengaku tidak punya prospek, trus di pekerjaan sekarang- ya jelas lebih prospektif: dapat gaji bulanan, jadwal kerjanya jelas, dengan seragam setengah petugas keamanan pun jadi kelihatan lebih gagah pastinya (hoho, alasan yang terakhir adalah tambahan dari ku ya, bapak itu tidak ngomong begitu koq! hehe). Ketika ditanya pesan-pesan untuk pemilik kendaraan, si bapak menjawab: “kami tidak minta banyak dari bapak. cukup bayar 500 untuk motor dan 1000 untuk mobil. kalo bapak ga mau bayar juga ga mengapa, cukup minta maaf aja. kami coba mengerti. karena kami bekerja, bukan mengemis duit dari bapak”, begitu... Jadi si bapak itu banyak menceritakan kasus-kasus pemilik kendaraan yang tidak mau bayar parkir karena mengira tukang parkir itu pekerjaan sosial yang tidak perlu dbayar, atau mengira tukang parkir ambil terlalu banyak karena tidak menyediakan kembalian, padahal tidak semua begitu. ada diantara kita yang juga berpikir begitu??

ketika siaran, wawancara itu dipotong-potong dengan narasi yang dibaca lidya.

barangkali kita memang sering dibuat kesal karena ulah tukang parkir yang secara pribadi meresmikan ongkos parkir 1000 untuk motor dan 2000 untuk mobil. Padahal, sampai saat ini belum ada ketentuan resmi dari dinas perhub sendiri yang menaikkan tarif parkir itu. Kita juga sering kesal karena banyak juga tukang parkir yang sengaja tidak mau sediakan uang kembalian. Dan lebih kesal lagi kalo ketemu dengan tukang parkir yang manyun dan sewot karena kita bayar parkirnya cuma 500 untuk motor. Dan semakin kesal kalau si tukang parkir teriaki kita karena ga bayar parkir!!! (yang terakhir, ada yang pernah begitu??! mudah2an tidak ya J)

Supaya damai, sediakan saja receh 500-an (untuk motor). Jangan memberi lebih kalo tidak ikhlas. Berikan uang pas kalo tidak berani minta kembalian. Kalo terlanjur tidak punya duit receh 500-an atau 1000-an untuk parkiran, jangan ragu untuk mencari pecahan dari duit besar kita. Ingat! itu hak mereka, menjadi tukang parkir bukan pekerjaan sosial! Kadang ada juga tukang parkir yang merasa dihina kalau kita membayar dengan duit yang agak “besar”. Trus, biasanya tukang parkir akan membiarkan si pemilik kendaraan pergi tanpa membayar. Mudah-mudahan tidak ada di antara kita yang dengan sengaja atau kemudian dengan sengaja menyodorkan duit besar yang kita punya dengan tujuan supaya tidak perlu membayar ya.. J. Trus, kalau terlanjur di motor atau di mobil, tapi sangat sangat kebetulan kita tidak punya 500-an, 1000-an, atau 2000, dan si tukang parkir juga tidak punya kembalian untuk duit besar kita, minta maaflah dengan sopan. Satu senyum kita untuk meminta izinnya tidak akan memecahkan duit besar yang ada di dalam dompet kita koq.. J. Bukan sedikit lho tukang parkir yang membiarkan kita pergi tanpa bayar karena merasa udah kenal, perasaan kenal yang bermula dari senyam senyum tadi itu. Tapi jangan pula kita jadi rajin senyum dengan tukang parkir sebanda aceh karena pengen parkir gratisan.. hahahaha. Intinya, jangan dengan sengaja menjadi *kampretebel lah.. :D

Oya, ada satu pesan dari tukang parkir untuk para pemilik kendaraan yang hampir lupa tersampaikan. Jadi, jangan pernah meninggalkan barang berharga menggantung di motor. karena para tukang parkir katanya cape’ jadi kambing hitam hilangnya barang-barang tersebut. Begitu juga dengan helm, cantolkan di tempat yang aman...

Kalau mereka melepas seragam dan duduk di warung kopi, mereka juga sama seperti kita. Seperti teman-teman kita juga, macem-macem karakternya. jadi, ya begitu.. hehe (bingung mo bilang apa lagi.. :D).

jadi terlalu panjang ya siarannya?? ga pa2 ya, yang penting kami mendengarkan anda.. J (hoho, maksa.com)

“bila bisa berdamai, mengapa harus memulai konfrontasi”

just try to pic a simple stuff for my self
keep listening! J

thanks to: (pake “thanks to” segala, kaya’ bikin album ajah! hehe)
para tukang parkir, dimana pun mereka berada
lidya, partner jalan2 yang asik ternyata, hehe..
pipit, sudah mengizinkan daku mengurus ini sebentar ;)
*pak david kisdi, istilah “kampretebel-nya” wis pinjam ya
yang mau sempatkan baca, atau sekedar mampir saja





Sudah Lama


sudah lama aku tak melihat bulan
apa kabarnya, aku tak tahu
sabit, atau masih malu-malu ia hendak purnama
aku tak tahu, lupa aku menghitung hari

rindu aku lengkung sabit yang bahagia
pada semarak terang purnama
yang muncul tenggelam di riak awan

usah, biar hari lalu
mentari mengurung
katanya; jangan percaya pada purnama
wajah cerahnya itu menipu

justru karena itu
aku ingin tetap bersama malam
dan melihatnya tetap tersenyum, terus begitu
tanpa perlu tau, tanpa perlu memahami
siapa yang menipu siapa

apakah aku yang tertipu karena cerianya tak hanya untukku
atau, aku yang menipunya dan memaksa kesetiaan
hingga pada batas ia tak lagi mau

hmm,
sudah lama aku tak melihat bulan
aku tak tau kabarnya
lupa aku menghitung hari
biar mentari saja yang menawan waktuku
biar pejam dulu mata itu
pada benderangnya yang tak menipu


Selasa, 12 Januari 2010

Biarkan aku lalu

tersaruk, aku melalui jalan setapak ini
terlalu kecil ruang untuk kita bersama
terlalu sempit waktu untuk kita bercengkrama

biarkan hanya angin
biarkan hanya sedu sedan itu
biarkan keridhaan tanpa perlu persetujuanmu
biarkan aku lalu
hingga bertemu dengan hati yang mencariku
pada ruang dan waktu  yang benar-benar lapang

maka kuputuskan,
sendiriku lebih baik

hingga lebih kuat hati ini
tuk berdua denganmu