Chocolate Covered Sesame Balls

Rabu, 28 Januari 2015

Happines is Everywhere


Ada banyak berita membahagiakan di penghujung tahun 2014 lalu bahkan hingga sekarang ini. Sebenarnya kalo mau dicatet sih sepanjang tahun juga banyak hal menggembirakan yang bahkan mungkin luput kita syukuri.

Tahun lalu di tutup dengan manis oleh reunion dengan temen-temen Antero. Walopun ga semua hadir namun berita soal Antero bakal mengudara lagi dari tengah kota cukup bikin bahagia. 


Berita baik berikutnya adalah akad nikah temen-temen kuliah. Ada dua temen kuliah yang akad bulan ini yaitu Rahmi dan Rini, barakallah untuk mereka dan pasangannya.


Berita soal lulus CPNS –nya Feizia dan Isyana. Dani yang udah ganti gadget. Soal kepastian hasil diagnosa Mamak Kak Atik (syukur Alhamdulillah tidak seperti yang dikhawatirkan). Hera juga yang bakalan ulang tahun di akhir Januari ini, yeee selamat menjelang ulang tahun Hera Ariyanti :D (momen ulang tahun senantiasa menjadi momen yang ‘kita inginkan bahagia’ bukan? Semoga berkah terus usiannya ya Tetiting Hera).

Soal temen kuliah saya Yulia yang sekarang sedang bisnis rumahan Frozen Food. Sukses ya Liaa.. :). Pak Cik yang sukses nurunin berat badan (plus embel-embel kolestrol asam urat dan jantung) setelah mau saya paksa minum Herbalife (so happy to know the lattest news bout him).







 Yanti (staf kantor) yang positif hamil anak kedua. Mirna (telemarketing kantor) yang udah mau nikah. Penentuan tanggal pindah ke gudang baru juga salah satu yang udah lama ditunggu dan bikin deg-deg-an. Gimana engga, setelah maju mundur beberapa kali (udah kayak Syarhini aja), akhirnya ketemu juga tanggal yang pas. Well, bakalan ganti rute dari sebelumnya Lampeunerut-Krueng Cut bakal Lampeunerut-Blang Bintang, dan tentu saja bisa berubah lagi kalo saya tiba-tiba tahun depan pindah kos lagi, hihihihi. 

Ada beberapa kabar dari rumah yang juga bikin hati jadi adem, Alhamdulillah. Salah satunya soal gebrakan Mamak di beberapa bulan kedepan. Semoga terlaksana dengan lancar dan berkah, aamin. Hal ini justru lebih membahagian dan menyedot perhatian saya lebih besar ketimbang kabar-kabar lain dari rumah. Selama dua mingguan ini Mamak bolak-balik telp sekedar memberitakan perkembangannya. Im glad to find her happines. Sebenarnya sudah lama hal ini kita sarankan Mamak untuk menjalankannya tapi baru dikerjakan sekarang setelah Mamak juga dapat support besar dari teman-teman di kantornya. Nanti kalo sudah waktunya pasti diceritain apa gerangan ini..

Tidak ada hal yang lebih membahagiakan dari pada melihat orang-orang yang kita sayangi dalam keadaan bahagia, ya kan? Banyak hal kecil yang sebenarnya luput kita syukuri. Kadang kita terlalu lebai memaknai kecewa dalam kesedihan yang berlarut-larut dan jadi kasat mata akan banyak nikmat dan kemudahan yang sudah Allah limpahkan kepada kita.

Jangan lupa tetap bersyukur yaa :)

------ 
Sungguh tulisan ini terasa amat garing dan seperti ditulis tergesa-gesa ya? Iya :|

 
 

Minggu, 18 Januari 2015

Perempuan Sebaiknya Memang Ga Keluar Malam, apalagi Sendirian

Awalnya saya enggan untuk menulis tentang usaha pelecehan ini di blog. Tapi nampaknya traumanya justru semakin memburuk. Memang hal itu tidak sempat terjadi, tapi tetap masih begitu membekas di pikiran saya.

Jadi sore itu sepulang kantor saya ke kos Nadia, mau jemput dia dan anterin dia ke berobat. Tapi ternyata Nadia-nya malah sore itu ada janji konsul mendadak. Setengah jam setelah adzan Isya barulah Nadia tiba di kos. Tak lama kami pun berangkat. Singkat cerita, setelah urusan saya dengan Nadia selesai plus makan bareng dan anterin dia pulang, saya pun pulang menuju kos saya yang sebenarnya masih di kawasan yang tidak jauh dari situ. Karena waktu itu sudah pukul sepuluh lebih saya memilih pulang melalui jalan protokol untuk menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan. 

Sebelum memasuki kawasan perumahan, ada jalan kecil namun sudah mulus beraspal yang di sisi kiri-kanannya penuh persawahan. Jalanan ini tidak terlalu panjang, ada satu dua rumah yang berjauhan di sepanjangnya, ada bangunan sekolah dasar tidak jauh setelah kita memasukinya. Pada pagi hari saya selalu sangat menikmati jalanan ini, jika hari sedang cerah kita bisa melihat matahari menyiram pepadi (yang sekarang sedang hijau-hijaunya).

Malam itu, sekitar pukul sepuluh lebih lima belas. Saya memasuki jalanan kecil, sepi, gelap, dan tidak panjang itu tanpa perasaan takut. Namun karena ini sudah agak malam sejak dari awal saya lebih mawas dengan kendaraan yang muncul tenggelam di spion saya. Saat itu saya berada sepertiga jalanan, tetiba ada motor masuk dari ke jalan yang sama. Jalannya tidak beraturan, terlihat dari lampu depan yang menyorot kadang ke kiri dan ke kanan. Pengendara nya tidak memakai helm. Karena jalanan cukup sepi malam itu, entah bagaimana saya mulai agak sigap. Saya tetap memantau dari spion dengan kecepatan motor standar (kecepatan motor saya paling kencang hanya 60 atau 65, jarang sekali 70). Saya agak sedikit mengangkat siku, saya lupa kengerian apa yang saya pikirkan waktu itu hingga saya mengangkat siku sepereti orang yang hendak menyikut. Dari spion terlihat motor di belakang makin nyerempet ke kiri, ke arah saya, sedangkan jalanan sepi yang mana seharusnya motor tersebut tetap dapat berada di jalurnya. Dan dalam hitungan detik tiba-tiba saya merasa ada yang menyentuh bagian atas jaket saya dan seketika saya kibas, saya berteriak. Ya Allah, sepersekian detik nafas saya seperti terhenti. Motor masih melaju dengan kecepatan sama setelah agak oleng sebentar. Saya berusaha mengejar walaupun sebenarnya ga niat, tapi entah kenapa saya mempercepat laju motor saya seperti hendak mengejar. Pengendara motor yang mulai melesat kedepan itu sempat melihat ke belakang, tapi saya sama sekali tidak hafal dengan wajah dan motor, bahkan bunyi derum motornya pun saya tidak ingat jika saya berusaha mengingat-ingatnya sekarang.

Begitu sampai di rumah, saya merasa biasa saja. Saya pikir memang sama sekali tidak membekaskan apa pun pada saya. Namun esok paginya, ketika saya keluar pagi-pagi berangkat ke kantor seperti biasa, semua laki-laki bermotor tanpa helm yang saya temui jadi menakutkan buat saya, pfff!

Dan sekarang semuanya terasa lebih menyeramkan, tidak hanya malam- bahkan pada siang hari sepi ketika di belakang saya ada pengendara motor laki-laki saya jadi ketakutan sendiri dan langsung minggir lebih kiri. Bahkan tadi ketika saya menjemput londrian, sepanjang jalan Mohd Hasan yang tidak sepi itu pun saya ketakutan sendiri. Ada pengendara laki-laki membonceng kawannya, dan kebetulan mereka tidak berhelm, saya lewati dengan kecepatan kencang, dan saya mengurangi kecepatan di tempat ramai, tidak lama serasa ada yang menyusul di belakang dengan kecepatan biasa, ternyata itu pengendara yang tadi, saya kaget dan spontan menyingkir lebih ke kiri, lelaki yang dibonceng itu sampai-sampai menertawai saya, tapi saya ga peduli.

Rasanya sangat tidak enak mengendarai motor sambil ketakutan begitu. Memang baiknya perempuan itu tidak pulang malam kan ya? :( tapi itu pun untuk alasan yang tidak direncanakan begitu. Tadi pun pas ambil londrian saya sampe kesel sendiri kenapa ga diambil sore-sore aja, worst!

Well, lebih berhati-hati ya jika harus keluar malam sendirian, di tempat yang kelihatan dan kedengaran paling aman sekalipun. Di tempat ramai saja orang berani berbuat yang aneh-aneh, apalagi di tempat sepi dan gelap. Jika tidak terlalu mendesak sebaiknya tunda sampai besok pagi saja. Jaga diri ya Gals..

Good night sleep tight..

Jumat, 16 Januari 2015

Hiburan di tempat senam

Agak shock pas kebetulan saya nganterin Nadia ke apotik trus ada timbangan trus saya iseng-iseng nimbang dan ternyata, dan ternyata berat badan saya segitu-gitu aja :(. Setelah sekian minggu senam koq ga ada pengaruhnya ya? 

Hari-hari setelah menimbang itu saya tetap senam seperti biasa. Di tempat saya senam kita bisa datang tiap hari asalkan jadwal senamnya ada kita bisa ikutan, kita juga bebas kalo sekalian mau nge-gym kapan aja. Saya pas daftar sendirian, nekat aja karena pengen banget olahraga siapa tahu bisa sekalian turunin berat badan. Beberapa hari setelah saya daftar saya ketemu dengan seorang kakak yang baru masuk lagi setelah sekian lama ga senam. Di awal-awal sempat stress karena langsung ketemu dengan instruktur yang gerakan senamnya banyakan gerakan dance dari pada aerobiknya, hahaha. Di hari-hari pertama itu bukannya relaks malah kalo pulang senam bawaanya seperti prajurit kalah perang karena kesel ga bisa ngikutin gerakan-gerakannya dengan lancar. Baru pada pertemuan kesekian saya ketemu dengan instruktur yang lebih fokus ke gerakan aerobiknya. Maklumlah, sebagai pemula yang badannya ga ada lemah gemulai ini agak susah ngikutin gerakan-gerakan dance yang berubah-ubah itu. Kadang suka salut lihat peserta-peserta lain yang begitu gampangnya ngikutin gerakan dance itu. Eh belakangan baru tahu mereka itu rata-rata udah 2-3 tahun senam di situ. Hehehe, lega deh :P

Beberapa minggu setelah daftar, saya mulai ga bisa rutin untuk ikut setiap hari karena ada aja yang bikin ga bisa pulang kantor on time. Setiap sore ada 3 sesi yang bisa kita ikuti, pukul 16.00 s/d 17.00, 17.00 s/d 18.00, dan 18.00 s/d 19.00. Rencana awalnya saya mau rutin di jadwal 17.00 s/d18.00. Jika sedang libur sholat saya ambil sampai jam 19. Pernah dalam dua minggu saya hanya cuma bisa ikutan 1 sesi tok! Itu adalah hal kedua yang bikin frustasi (hihihi, lebai banget sampe frustasi :P). Saking bete-nya saya sampai download video-video senam di youtube, dengan harapan kalau pun ga sempat kesana setidaknya masih bisa senam sendiri di rumah. Tapi tentu saja itu tidak terjadi. Yang ada pulang-pulang usai mandi, isya, langsung drop di kasur, sambil tak lupa sebelumnya update status di twitter “good night sleep tigh” ditambah embel gambar-gambar ga jelas kadang-kadang, haha.

Hingga beberapa hari lalu saya ketemu dengan kakak yang itu tadi. Kami jarang ketemu karena kakak itu hanya ambil kelas Selasa-Kamis-Sabtu sesuai dengan jadwal gym sang suami. Sedangkan saya, saya sih pengennya tiap hari, tapi setelah dihitung-hitung paling banyak saya Cuma bisa 4 hari seminggu :(, itu pun cuma satu jam, itu pun dengan gerakan-gerakan seadanya. Ketemuan kami yang terakhir kemarin kebetulan instrukturnya lebih dominan ke dance. Saya? Sudah tak ambil pusing sesuai atau enggak gerakan sama yang di depan, yang penting asal goyang aja hahahahaha. Yang penting berkeringat :D. Pas ganti sesi ke instruktur berikutnya, saya sempat ngobrol sama kakak itu soal kami yang ga rutin tiap hari, soal kecapek-an dan pas di tempat senam ngos-ngos-an, soal lain-lain yang lumrah diomongin perempuan, sampai kami tiba pada percapakan ini :

Kakak itu : Wis ikut lagi sesi abis ini ya?
Saya : Iya kak, lagi libur sholat soalnya
Kakak itu : Oo, iya iya.
Hening
Kakak : Susah ya tadi gerakannya, Wis?
Saya : Iya Kak *nyengir*. Ga biasanya ya kakak itu banyak dancenya.
Kakak itu : Iya. Kak Suci mana da, pas udah ga bisa ngikutin Kak Suci diam aja bengong tengokin orang, hahaha
Saya : haha, sama Wis juga kak. Bengkok rambut kita kalo dipaksa ngikutin, hihihi.
Kakak : Tu laaa makanya, tadi Kak Suci banyak diam ga ngapa-ngapain, udah bingung ga tau lagi ngikutinnya, haha
Saya : Haha, iya kak, sama, Wis juga. Eh btw, kakak turun ga berat badannya?
Kakak itu : Enggak kayaknya Wis. Kalo ngarepin turun malah kecewa nanti, yang penting keringatan aja lah *nyengir dengan kening berkerut abis harapan turun berat badan*
Saya : Iya kak ya, Wis juga belum turun-turun nih. Masih segini-gini aja *nyengir dengan bibir monyong udah pasrah karena gerakannya susah badan ga kurus-kurus*
Kakak itu : Yang penting udah olah raga aja udah, ya kan
Saya : Iya kak, bener *lebih ke pembenaran sih sebenarnya :|

Obrolan dengan Kak Suci itu menuntaskan galau nomor tiga, yaitu berat badan yang ga turun-turun juga. Obrolan yang barangkali terkesan masa bodo dan ga optimis ini justru bikin relaks dan bikin saya lebih realistis soal nurunin berat badan ini. Gimana mau turun kalo exercise-nya ga rutin. Gimana mau turun kalo minum air putihnya ga diminimalin 2liter sehari. Gimana mau turun kalo laci masih penuh dengan camilan belum lagi kalo ada godaan snack sore mie sebelah kantor. Maka saya realistis, sungguh harapan saya agaknya sulit terwujud jika dosa-dosa perihal makanan itu masih saya kerjakan.

Oya, setelah sekian lama ketemuan sama kakak itu di tempat senam, baru kemarin saya ingat lagi kalo namanya Kak Suci, hahahaha. Padahal pas pertama kali ketemu kami udah kenalan, hihihi. Syukur pas obrolan terakhir kakak itu menyebut-nyebut namanya lagi.

Sebenarnya tidak banyak yang mau diturunkan dari berat badan saya, cuma 5kiloan aja. Tapi mungkin karena caranya salah yah ga turun-turun. But eniwei, walaupun ga merakasan ada penurunan berat badan namun rasanya lebih enakan karena udah rutin berkeringat. Pada hari-hari drop memang terasa lebih melelahkan, apalagi kalo seharian itu kurang minum dan malamnya kurang tidur. Saya berencana pindah tempat ke Lampineung, karena jarak dari Krueng Cut ke Neusu terasa agak jauh, apalagi kalo keluar kantornya mepet-mepet sama jam PNS keluar, macet.

Well, sampai ketemu lagi kak Suci.. :)

Jumat, Jan 16 2014

Nb:
Olah raga yang disertai dengan tidur dan minum air cukup bikin kita kelihatan lebih fresh. Ingat juga, tubuh ini adalah anugrah yang harus kita syukuri dengan dengan menjaga sehatnya. Tentu saja bukan hanya olahraga tapi juga makanan yang sehat, atau setidaknya kurangi makanan-makanan yang hanya sekedar nge-junk di dalam badan. Dengan tubuh yang bugar lebih mudah untuk menjalani hari-hari dengan rutinitas yang kadang terasa melelahkan dan tentu saja membosankan. Setidaknya begitu pulang dari rutinitas itu kita masih sempat mandi, isya (ini tentu saja wajib), dan ngaji-ngaji dulu sebelum jleb ke kasur. Sebenarnya ini lebih ke ceramah untuk diri sendiri sih, :(.


Kamis, 15 Januari 2015

Hening

Hening.

+ Jadi gimana, Wis, yang kemarin?
Hening.
+ Em, seperti yang Wis omongin malam itu, Yat. Belum berubah.
- Tapi kan Wis, 
+ Ga semua proses harus berakhir dengan 'iya' kan, Yat?
- Iya benar, Wis
Hening
- Tapi setidaknya walaupun Wis bilang enggak, usahakan Wis bilangnya setelah Wis istikharah dulu ya..
Hening.
+ Iya, Yat. Wis paham..
Hening.
Hening.
Hening.
...



Minggu, 04 Januari 2015

Musim Dingin yang Kunanti

Aku masih seperti dahulu
hanya saja hawa udara kadang terasa lebih dingin dari biasa
dan aku jadi merasa tak patut untuk berbagi rasa dengan sesiapa

Rasa-rasanya aku memilih diluar bersama angin musim dingin
sekedar membuktikan bahwa ia masih lebih beku dari hati ini

Bukankah engkau yang mengatakan;
bahwa dirimu bukan milik sesiapun?
karenanya aku tak merasa perlu mengikatmu dengan posesivitas bentuk apapun
walaupun dengan demikian sesungguhnya aku menjadi khawatir kita menjadi lupa hakikat ini

Dan sungguh itu akan menjadi waktu yang aku nanti
sekalipun jelmaan awan yang engkau maksud tak pernah kulihat sebelumnya
juga aku tak pernah tahu pada musim dingin keberapa
rinainya akan jatuh menghujaniku



------------------------

Minggu, January 4 2015

------------------------

bait-bait di atas muncul spontan aja pas nge-reply twitnya @SapardiDjoko_ID (Sapardi Djoko Damono).

Karena twitter cuma menyediakan 14 karakter untuk sharing, jadinya terpaksa setelah tweet di quote harus di screen-capture trus baru kirim lagi ke twtter, hihihihi, maksa banget.. but eniwei merasa enakan karena udah lama banget ga nulis yang beginian :)

Saya coba search di Google puisi ini namun saya tidak menemukan puisi utuh sesuai bait-bait tersebut. Nampaknya memang empat bait itu adalah potongan dari beberapa puisi Sapardi DD. Saya baru menyadari bahwa ini ada adalah potongan-potongan bait setelah membaca tweet ke-4 yang paling familiar buat saya (3 yang pertama baru pertama kali saya baca). Berikut potongan bait-bait itu :

1. Kau bukan lagi seorang yang dengan mudah terpesona oleh langit yang mempermainkan warna-warna bunga. (dari sajak Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro?)

2. Tentu kau boleh saja masuk. Mengalir di sela butir darahku, keluar masuk dinding jantungku, menyapa setiap sel tubuhku. (dari puisi Tentu. Kau Boleh)

3. Ketika hari tiba dan mengambil segala yang kauyakini milikmu, kau memang tak merasa perlu tahu bahwa aku bukan bagianmu. (dari sajak Surah Penghujam; 1-24 *bagian dari ayat ke-3)

4. Aku akan menjelma awan hati-hati mendaki bukit agar bisa menghujanimu. Pada suatu hari baik nanti. (dari puisi Seperti Kabut)

Sabtu, 03 Januari 2015

Something Lost when Something Gain

Doremon Stand by Me; sebuah review acak adut

Sekitar semingguan yang lalu saya kebagian download-an film yang ditunggu-tunggu ini. Semasa kecil kenyang nontong serialnya di RCTI, dan sampai sekarang pun masih histeria kalo liat sosok Doremon dalam berbagai bentuk, apakah itu boneka, gelas, atau peralatan tulis menulis anak-anak bergambar karakter robot kucing unyu-unyu sepanjang masa ini.

Walaupun semakin banyak kartun bermunculan masa itu, Doremon tetap tak tergantikan. Setelat-telatnya bangun di hari minggu pagi tetap yang diingat Doremon dulu, setelah itu baru nasi goreng buatan mamak. Malahan saya ingat banget waktu itu Mamak bangunin saya yang ga bangun-bangun dengan modus ‘nanti Doremonnya kelewatan’ :D. Bahkan menjelang saya selesai kuliah kalau saya pulang kampung liburan semesteran atau lebaran dan kebetulan ketemu hari minggu Mamak masih suka ngingetin ‘Ga nonton Doremon, dek Wis..?’ sambil kemudian berlalu lagi dalam kesibukannya.

 Tahun-tahun pertama jadi anak kos saya masih sempat nonton Doremon ,karena kebetulan waktu itu kami indekos di rumah family yang kebetulan punya usaha kos-kosa-an. Tiap minggu pagi saya sudah stand by depan tv sama anak-anaknya (sepupu-sepupu jauh saya) yang waktu itu usianya masih balita hahaha. Anehnya kami jadi nyambung kalo lagi nonton bareng gitu. Menganga bareng lalu ketawa bareng-bareng menikmati ke-konyolan Nobita. Naik kelas 3 SMU kami pindah kos dan semenjak itu hampir tidak pernah nonton tv jadinya saya sudah tidak ngikutin lagi jadwal acara tv favorit termasuk salah satunnya kartun Doremon.

Terkadang beberapa waktu di hari minggu (dalam keadaan tanpa tv) pas liat jam yang kebetulan nunjukin pukul 8.30 dan suddenly terlintas di benak saya ‘Doremonnya udah selesai L’.  Sebegitu kuatnya ikatan batin antara saya dengan kartun Doremon sampai-sampai ketika kartun itu menyudahi tayangannya di layar kaca pun hati saya ikut bergetar, hahahahaha #lebai.

Kartun Doremon dalam bentuk film panjang atau dikenal dengan Doremon Petualangan sebenarnya sudah banyak juga diputar di tv Indonesia, versi pertama dibuat antara tahun 1980 s/d 2000 dan versi yang lebih baru dibuat setelah tahun 2000, termasuk salah satunya adalah Doremon Stand By Me yang dibuat dengan animasi sekelas film animasi buatan Pixar dan Dreamworks (red. Cth animasi buatan Pixar; Despicable Me) 

Tapi film kali ini memang berbeda, apalagi begitu dengar judulnya ada naga-naga semacam Doremon hendak pergi meninggalkan Nobita L. So, sebagai pecinta robot kucing ini saya jadi merasa wajib nonton! Sekalipun ini cuma film kartun, yang mana tokohnya adalah fiktif, karakter-karakter di dalamnya juga fiktif, tapi koq Doremon ninggalin Nobita itu rasanya semacam Doremon ninggalin saya juga, huaaaaaaa.

Walaupun jarang ketinggalan kartun ini semasa kecil, tapi aslinya saya tidak pernah baca komik Doremon dari nomor 1 sampai nomor sekian itu, tidak pernah.  Setelah search sana-sini baru tahu ternyata aksi Doremon meniggalkan Nobita dalam Doremon Stand By Me adalah cuplikan dari salah satu bagian komiknya (tentu saja K). Sejujurnya, film ini cukup membuat kecele orang-orang semacam saya, yaitu yang cuma nonton serial tv-nya tanpa pernah baca komiknya *blushing deh.. hehehe.

Beberapa hal menakjubkan (include pelajaran morel) di film Doremon Stand By Me menurut saya diantaranya :

1.       Nobita menemukan titik balik kehidupannya.
Bila pada serial kartunnya kita setiap hari minggu hanya disuguhi cerita-cerita pendek yang fokus pada aneka peralatan ajaib yang bisa dikeluarkan Doremon dan pada kemalasan dan keluguan sifat Nobita, pada film ini kedua hal tersebut memang tetap muncul bahkan kekonyolan Nobita tergambar lebih jelas di sini (hehehe, peace :D). Namun pada serial kartunnya kita tidak akan pernah menemukan moment Nobita menemukan titik balik dalam hidupnya, yaitu ketika Nobita merasa tidak ingin lagi mendapat nilai nol pada ujian berikutnya, tidak pantas untuk hidup bersama Shizuka, merasa sangat terpuruk dengan dirinya sendiri



By the way, walaupun pengakuan Nobita ‘Aku tak tahan dengan diriku lagi’ terasa sangat menyedihkan tapi karena ini cerita kanak-kanak terasa sangat menggelikan mendengar anak SD kelas 5 mengatakan hal semacam ini :D. Dan ada banya hal konyol lain yang dikatakan Nobita dalam filmnya namun sejatinya itu memiliki makna yang dalam dan patut direnungkan *halagh :P


 

  
2.       Dubber dan karakter yang benar-benar hidup.
Entah mungkin karena saya sangat menyukai sosok Nobita dan Doremon, saya jatuh cinta dengan dubbing kedua karakter ini dalam Doremon Stand By Me. Suaranya benar-benar cocok dengan karakter mereka. Tsah!

Percakapan mereka bisa kamu dengar langsung di teaser-teaser berikut :


Gambar-gambar yang hidup itu sudah tentu karena produksinya yang memang sudah lebih bagus dari animasi film-film Doremon yang sebelumnya (kan tadi saya udah bilang, wweek!).

3.       Kita tidak bisa selalu memudahkan orang lain dengan hanya mengatakan atau melakukan hal-hal yang disukainya.
Doremon sebagai robot yang diprogram untuk membahagiakan Nobita melakukan apapun untuk membuat Nobita senang. Kantong ajaib Doremon bisa mengeluarkan apa saja sesuai dengan kebutuhan Nobita. Namun pada akhirnya Nobita menemukan sendiri jalannya. Dari sini tentu jelas bahwa walaupun robot itu adalah ciptaan super canggih namun manusia tetap ciptaan yang lebih canggih dari itu. Nobita yang pada akhirnya memutuskan untuk melakukan apapun dengan usahanya sendiri. Film ini juga mengingatkan kita kembali bahwa hanya diri kita sendirilah yang dapat mengubah nasib diri di masa depan.

4.       Percayalah kita tidak perlu datang ke ‘masa depan’ untuk mengubah nasib :P.
Salah satu hal mustahil (dan menurut saya super tidak adil L) adalah karena Nobita diberi kesempatan untuk melihat kejadian dirinya di masa depan. Salah satunya yaitu ketika Nobita memaksa Doremon memberinya kesempatan menyelamatkan Shizuka dewasa di padang salju. Walaupun Doremon sudah mengatakan bahwa kedatangannya ke masa depan dapat saja membuat takdir menjadi berbeda, namun Nobita tetap ngotot.


 


Nanti di masa depan ada percakapan antara Nobita dewasa beneran vs Nobita dewasa yang datang dari masa lalu yaitu dimana Nobita dewa beneran berterima kasih kepada Nobita dewasa dari masa lalu karena telah mempercayainya (aih ribetnya para Nobita ini L).

Intinya sih, harus percaya dengan kemampuan diri sendiri untuk melakukan yang terbaik yang kita bisa J.

5.       Kebaikan hati yang terpenting dari apapun juga *ecie




Begitulah, Nobita itu walaupun cuma bisa demam-demam aja tapi karena baik hati, ikhlas, suka menolong, dan empati sama orang makanya bisa beruntung kemudian jodoh dengan Shizuka.. :D. Simpelnya tentu ga begitu juga mungkin ya. Walaupun realita di dunia nyata ‘orang baik’ itu malah tersisih dan kurang beruntung, namun film ini tetap menyisipkan pesan bahwa kebaikan diri tetaplah yang utama untuk mendapatkan everlasting luckies, agree!


Ketika menulis ini saya terpaksa menonton Doremon Stand By Me untuk yang ketiga kalinya, dan untuk kesekian kalinya saya menangissss, hiks..

Bagian akhir cerita ini sangat mengharukan, nanti kalo semua dicerikan disini jadi ga asik nontonya :D. Semoga film originalnya segera ada di Aceh yaa, jadi kita semua bisa segera nonton dan nostalgia hehehe.

Well, 2:50 on January 2 2015, good night sleep tight, have a nice long weekend J.

Sumber-sumber :