Chocolate Covered Sesame Balls

Kamis, 24 Maret 2011

Kecepatan 40

Dan malam ini sekali lagi malam lewat tanpa membiarkan aku memungut sejumput niat niat yang telah kutabalkan dalam hati, pada sore hari tadi. Semuanya hilang dalam udara. Hembus, tak bisa tergenggam. Seperti hilang begitu saja

Namun sungguh aku berterima kasih. ‘bincang bintang’ malam ini sangat menawan hati. Menggugurkan sedikit hasrat untuk melengkapkan episode episode yang hanya tersimpan dalam ‘di sini’, Dara. Skenario yang hanya milikNya.

Tentang pembicaraan panjang lebar yang seperti nyata tadi, sesungguhnya- itu adalah air jika aku adalah ikannya. Sebentar menggelepar dalam ruang yang cukup penghidupan, adalah kebahagian tiada tara. Dan menyadari bahwa aku masih memiliki diriku- sebuah kesyukuran yang hanay kepadaNya pantas hamba haturkan.

Pada setiap pagi dalam kecepatan hanya 40-50 km/jam, maka lebih dari dua puluh menit aku telah tiada. Dan kusadari bentukku hanya pada Trembesi yang usianya baru tiga bulan di halaman jalan raya ini. Batangnya telah meninggi lebih dariku sejak hari hari itu. Dua batang hidup yang mengharukan. Tiba tiba kutemukan daunnya telah menyegar oleh air yang cukup, dan menutup malu pada sore hari dedaunnya yang kuncup menua warnanya.

11.41

Tadinya ku kira itu bakal nyata. Begitu cepat kita menguburnya, Dara.. tapi masih ada hari esok kan? Hari dimana ketika ratusan hari telah lewat dan kita tak lagi bincangkan kesedihan yang tiada seberapa mana ini. Hari ketika kita dapat tidak sekedar membicarakan mimpi- tapi juga leluasa menjejak langkah langkah awal yang tidak main main. Hingga ketika kita berpikir untuk ‘tidak jadi’, sisi lain diri kita akan berkata ‘tapi kita sudah sejauh ini’.. memangkas semua kemungkinan ‘gagal’, dan seperti yang kita yakini; jadilah apa yang kita impikan itu. Terjadi-lah. Masih ingatkah?? Oh, tentu saja engkau tidak ingat.. karena kita memang belum memulai apa pun.. belum membicarakan apa pun. Itu hanya perumpamaan saja

Nanti, kita akan membuat rumah makan di bulan, punya gerai es teler di asteroid, naik kereta kereta yang haltenya ada di setiap betik awan yang tak bernyawa, juga makan ayam bakar bumbu bali di Mars, mungkin.. haha, engkau pasti tertawa.. :)

Dengarlah aku sedang membual. Namun engkau tidak perlu mencibir, aku sudah melakukannya lebih dulu. Seperti engkau juga tiada perlu mengasihani, seperti diri kita sendiri yang selalu lebih cerdas untuk mengasihani diri sendiri.

11.55

Lihat, tiada lagi yang bisa kutulis, tidak tau aku dimana rumpun kata tersekat. Seperti kebiasaan kebiasaan baik yang tiada lagi melekat. Dan ini pun, hanya beberapa jumput paragraph yang tatih jemari ini melafalnya- tanpa tau muaranya.

Katamu- seperti kata bang Rhoma, aku tidak boleh begadang, minum air putih yang banyak, bukan..??
Baik. Sebentar lagi jam 12. Besok ada hari baru, untuk memulai perjalanan 40-50 km perjam. oh iya, taukah engkau, beberapa kali aku mencoba kecepatan 70, ternyata- kadang kadang- itu menyenangkan yaa.. :)

*sleep tight donot let the bed bug bite :p
**i found; it's nice to see happiness in people eyes.. :)

Senin, 21 Maret 2011

Pada Keping Bulan

Di purnama bening itulah kusimpan namamu, setelah musim hujan pergi diantara gelinding tanya. Lalu padaNya, untaian lafaz bergemuruh agar terselip senyum dan kuhiasi dengan taburan doa...
Inge Inggrid
seandainya tiap untaian doa mu dapat kulihat sebagai rintik rintik embun- akan kusesap tak bersisa semua barakah yang titip di dalamnya..
pada keping bulan yang kutemui saat wudhu sebelum subuh mengelana mengebiri pagi, telah kupersiapkan aduan. namun seperti selalu ada jarak- seperti aku, kita, dan bulan.. lalu aku masih mencari cari, kalam yang engkau gunakan menggores jejak nama nama- dan doa doa.. bila esok subuh kita bertatapan (dalam cahaya bulan)- tetaplah menyimpan namaku. aku senang jika engkau menyebutnya sambil mengingat Tuhan..
Wisreini Anwar
21032011 22:53
 "Nge.. :) kt org, skr lg super moon.. Tp taukah engkau- pandangan utk purnama sll kusimpan, dan tak pernh jemu.. Tatap ku akannya adalah dahaga akan air. Kemestian pencarian. Muara pandang stiap mentari menutup hari. Tiada y dpt menghadang pancaran mataku kpdnya.. :) dlm keadaan apa pun, bulan ttp pesona kan..?"

Kamis, 17 Maret 2011

labirin rindu


teruslah mangu pada air mataku yang hujami mu..
seperti jawaban yang tiada kuminta..
atau- inginku yang tak lagi kau pahami
biar seduh mata ini oleh hujan yang masih menyiram
nanti- kita kan sama mengerti tentang ke-egoan2 yang tak mau mengalah..
nanti

aku tahu,
suatu hari aku akan temu
pada letih wajahmu
seperti letih wajah ayah ayah kita
yang mengarungi kehidupan yang berat ini

Dan keraguan ternyata lebih kuat menyanjungku
Dan telah kupastikan akan ‘kenapa’ tiadamu
Dan selalu kutanya kepada Tuhan,
Bagaimana cara berdoa dalam dendam
Karena aku ingin menjadi baik
Ingin menjadi kecintaanNya

Labirin labirin telah menutup semua pintunya
Dan rinduku kepadamu tak lagi bermuara
Berjalan-jalan sesuka hati,
Hingga kemudian ia temu dengan TuhanNya, lagi
Mudah mudahan begitu adanya

*bila sekarang di sana hujan.. dengarlah, semoga semua doa telah di apit ke langit. Telah kutahan tahan hanya untuk sekedar mengatakan yang baik- bukan karena aku baik adanya, namun karena aku muak dengan kebusukan kebusukan diri ini, yang entah kapan redanya


17032011 menunggu ashar..