Chocolate Covered Sesame Balls

Minggu, 07 Februari 2010

Biar tetap di Langit itu

Biar kejora tetap di langit itu
Aku tak hendak mengganggunya
Apa lagi memungut,
Bukan milikku

Waktu telah mengambil purnamaku
beberapa hari,
Sungguh, jiwa ini rapuh
Tapi bebintang itu mengingatkanku
Bahwa malam-malam indah itu akan kembali
Bebintang itu mengingatkanku
Aku pernah melukis mimpi di langit,
Berharap semua wujud di dunia

Tapi itu hanya mimpi,
Masih hanya mimpi..

(takkan ku menipu,
rindu ini adalah bukti
takkan ku meronta,
biar hati yang mengalah
biar jiwa turut pada penghambaannya
biar tubuh ini mengikut
takkan kuat jika aku memaksa)
 

05;35;10
04 Februari 2010

Bilakah Hujan

Bila hujan menyiram nanti, akan kubasuh semua sesal
Akan kubiarkan seguk mengiringi rinai hingga henti
Hingga lelah sedu dan rinai saja yang sisa
Biar lebur sebagian sedih bila tak dapat semua
Biar perlahan menjadi bersih luka,
dan kemudian menemukan sembuhnya
Biar balur hati, tak ada lagi kesal
Biar mengalir dari langit begitu adanya

 
 
19;55;04
28 Januari 2010

Waktu-waktu Permata

Aku tidak akan bertanya lagi
Sekalipun engkau akan menggempur dengan apa pun jawaban
Aku tidak akan memeluk lagi
Sekalipun dekapmu ku tahu hangat yang kucari
Aku tak akan berlari lagi sekalipun luka tak peri

Biar aku di sini
Mengikut tanpa perlu bertanya dan kau tanya
Biar aku di sisi,
Tanpa perlu memahami
Siapa yang bersama siapa
Aku bersama mu, atau engkau bersamaku

biar waktu berontak
tapi kutahu, nanti semua kan terbiasa

aku tak tau, 
siapa yang ingin pergi,
dan siapa yang hendak tinggal
tidak akan aku bertaruh
waktu-waktu ini, 
aku mengalunginya dengan permata

jadi, biarkan embun-embun tetap seri di pagi hari
seperti seri wajahmu yang bertemu haru wajahku
waktu-waktu ini, kita kalungkan dengan permata
aku begitu dan engkau juga
sebelum beringas siang melumat semuanya,
tanpa sisa
 
21;14;51
18 Januari 2010

Truk Sampah.. termasuk kita kah??

dari Milis Berlinale "Towards the better future"

Dari seorang Kawan Baik :
Suatu hari saya naik sebuah taxi dan menuju ke Bandara.
Kami melaju pada jalur yang benar ketika tiba-tiba sebuah mobil hitam melompat keluar dari tempat parkir tepat di depan kami. Supir taxi menginjak pedal rem dalam-dalam hingga ban mobil berdecit dan berhenti hanya beberapa cm dari mobil tersebut.

Pengemudi mobil hitam tersebut mengeluarkan kepalanya dan melotot ke arah kami.
Supir taxi hanya tersenyum dan melambai pada orang orang tersebut.
Saya benar-benar heran dengan sikapnya yang bersahabat.
Maka saya bertanya, "Mengapa anda melakukannya? Orang itu hampir merusak mobil anda dan dapat saja mengirim kita ke rumah sakit!"
Saat itulah saya belajar dari supir taxi tersebut mengenai apa yang saya kemudian sebut "Truk Sampah".
Ia menjelaskan bahwa banyak orang seperti truk sampah. Mereka berjalan keliling membawa sampah, seperti: frustrasi, kemarahan, dan kekecewaan.
Seiring dengan semakin penuh kapasitasnya, semakin mereka membutuhkan tempat untuk membuangnya dan seringkali mereka membuangnya kepada anda.
Jangan ambil hati, tersenyum saja, lambaikan tangan, kasihani mereka, lalu lanjutkan hidup.
Jangan ambil sampah mereka untuk kembali membuangnya kepada orang lain yang anda temui, di tempat kerja, di rumah atau dalam perjalanan.

Intinya, orang yang sukses adalah orang yang tidak membiarkan "truk sampah" mengambil alih hari-hari mereka dengan merusak suasana hati kita.

Hidup bukan mengenai menunggu badai berlalu, namun tentang bagaimana berselancar di atas ombak
Selamat menikmati hidup yang bebas dari "sampah".