Chocolate Covered Sesame Balls

Kamis, 30 Oktober 2008

Mereka Bilang Aku Gila

Aku tertawa tanpa suara memandang laut yang membentang di bawah jembatan. Hanya mulutku yang menganga, tapi suara tiada. Sudah lama aku menikmatinya. Rambutku, entah berapa lama tak ku urus. Tapi aku merasa baik-baik saja. Bajuku, baju paling nyaman dan ini lah yang paling indah serasa pas di tubuhku. Sandal ini, sudah putus berkali-kali dan tukang jahit sandal itu selalu menjahitkan untukku. Tukang sandal yang duduk di kaki lima dekat gerbang masuk kota. Dia tidak pernah protes ketika aku hanya bisa memberinya beberapa bungkus permen yang kuhitung 5000 rupiah. Aku berhasil menipunya dan mengatakan itu uang, bukan bungkus permen. Ha, bodohnya dia. Tapi dia tidak pernah marah. Aneh ya, koq masih ada orang seperti itu di dunia ini.

Aku menengok ke bawah, memutar wajahku sekitar 40 derajat, yah begitulah yang kupelajari di matematika, semua di ukur dengan derajat. Air laut itu mengalir deras. Aku ingat, semalam hujan memang deras. Beberapa potong kayu yang sudah tak utuh hanyut satu satu. Ada pohon pisang juga yang setengah tenggelam. Daun pisang! Aku jadi ingat sarapan nasi uduk bu..., bu..., ah siapa namanya, koq aku lupa ya, padahal hampir tiap pagi aku dapat sarapan telur mata sapi darinya. Kadang-kadanag aku juga dapat ayam rendang. Pernah sekali aku terlambat bangun, dan bergegas ke warung itu. Tapi aku terlambat, ibu itu sudah pulang. Aku tidak dapat nasi bungkus daun pisang pagi itu.

Em, aku sadar, mulutku sudah mengatup. Tidak lagi menganga menertawai air-air yang bergelombang di bawah sana. Tidak, aku tidak sedih koq! Suara motor semakin ramai di belakangku. Aku tau mereka yang lewat pasti memperhatikan aku. Atau ketika aku lewat di depan banyak orang, mereka pasti memperhatikan aku. Padahal aku bukan orang asing. Aku sama seperti mereka. Hanya saja kadang aku tertawa tanpa perlu mendapati hal yang menurut mereka lucu. Aku uniq kan??! Atau karena kadang aku berjalan dari pagi sampai sore dan tidak pernah merasa kelelahan. Atau karena aku berdiri di depan warung dan melihat lauk pauk itu minta dimakan oleh ku. Karena itu juga kupikir ibu yang selalu memberi aku nasi bungkus setiap pagi itu amatlah baik hati, ya karena ia selalu menuruti kemauan lauk pauk yang minta dimakan oleh manusia. Aku kan manusia. Tapi mengapa aku berbeda.. maksudku, mengapa mereka melihatku berbeda dengan yang lain..??!

Satu hal yang aku heran. Mereka bilang aku gila! Tapi aku tak percaya. Biar sajalah. Toh aku gila atau tidak, aku masih berjalan sama seperti mereka. Tidak kurang suatu apa pun. Kupikir gila atau tidak, itu tidak penting. TIDAK PENTING!.

Aku pernah dengar, katanya kebanyakan orang sukses itu adalah gila. Mereka banyak ide gila. Atau melakukan hal-hal gila. Atau mereka dianggap gila hanya karena punya pemikiran yang tak biasa. Bagaimana mungkin??! Tapi, aku ini bukan orang sukses. Tidak pernah melakukan hal-hal gila. Apalagi punya ideologi atau pemikiran yang..., yang..., yang gila... ah, aku malu menyebutkannnya. Tapi kalau orang-orang menganggap aku gila karena semua itu, kupikir aku hebat juga... nyehehe

Mereka bilang aku gila. Menurutmu, aku gila atau tidak??! Jawab ya! Hehe..

Kecewa yang Sakit

Dia memukul dada dengan kecewa
Ternyata sakit itu masih bercokol setia
Air matanya mengalir dan tak berhenti
Menangisi dirinya yang tak kuasa
Menangisi hatinya yang mendua

Mengapa harus mencoba
Bukankah telah nyata bahaya itu ada
Mengintai hati-hati yang tiada terjaga
Waktu telah menawan yang tak berdaya
Yang kalah, dan tergoda untuk mereka-reka

Terlalu sakit qada jika kau tak percaya
Tak kan kuat hati itu jika kau sendiri
Karena itulah kembali
Kembalilah pada asal hatimu
Dimana itu?
Hanya engkau yang tau

Dia memukul dada dengan kecewa
Air mata itu telah berhenti mengalir
Nanar, binar mata itu tiada
Seperti sesegukan itu telah mampu mengungkap semua
Berat, dan begitulah menguji dirinya

Sesaat, semua akan meredup
Dan tolonglah ia untuk kembali
Kembali mengumpulkan keping berserakan
Kembali mempersembahkan ketulusan yang pernah hilang maknanya
Kembali kepadaMu

hanya perkiraan saja

Pada hati yang ku kira telah bersih
Pada sangka yang kukira telah baik
Pada sikap yang kukira telah sahaja
Pada niat yang kukira telah lurus
Pada pengorbanan yang kukira telah ikhlas
Tapi itu semua ternyata hanya perkiraan saja

Untuk duniaku seharusnya esok masih ada mentari
Untuk impian yang selangit, rehat itu tiada
Untuk akhiratku seharusnya inilah detik terakhir
Hidupku matiku seharusnya untukMu

Tapi hati yang tenteram itu tak selalu aman
Aku tau pengawasan itu tak pernah luput
Dan apa pun yang sebesar dzarah saja tercatat rapi

Karena itu aku takut
Bila kerlipan cinta ini meredup
Bila perjalanan terlalu jauh
Tanpa persimpangan atau perhentian
Mengkhawatirkan...

Karena itu aku butuh pertolongan
Pertolongan pertama di dunia
Perawatan di saat koma
Terapi untuk kesembuhan menguatkan
Pendampingan dalam perjalanan maha panjang
Dan aku hanya meminta kepadaMu
Hanya percaya kepadaMu, saja

Selasa, 28 Oktober 2008

Kapan Anda Butuh Vitamin Ekstra?

sumber: www.kompas.com

JIKA tak mendapat asupan vitamin dan mineral tertentu, tubuh akan menderita defisiensi. Jauh sebelum Anda mendapati tanda-tandanya, Anda berada di garis batas kekurangan vitamin dan mineral. Tak sedikit orang dewasa yang mengalaminya, terutama vitamin B12 yang menyebabkan anemia.

Anda berada di garis batas kekurangan vitamin jika:

1. Jarang mengonsumsi buah dan sayuran segar. Buah dan sayuran adalah sumber alami terbaik vitamin dan mineral.

2. Sedang melewati periode stres dan pekerjaan menumpuk. Karenanya pola makan Anda tak benar sehingga persediaan vitamin menipis. Stres juga menguras cadangan vitamin dan mineral dalam tubuh.

3. Baru sembuh atau dioperasi. Saat itu Anda tidak ingin makan, padahal Anda butuh vitamin dan mineral untuk mempercepat penyembuhan.

4. Punya penyakit kronis seperti asma dan diabetes. Kekurangan vitamin dan mineral mungkin dapat menyebabkan penyakit itu bertambah parah. Banyak pasien asma menderita kekurangan magnesium, sedangkan diabetesi kekurangan vitamin C. Penyakit kronis mengubah cara tubuh menyerap dan menggunakan vitamin serta mineral.

5. Hamil atau menyusui. Anda butuh ekstra vitamin dan mineral karena Anda memberikan sebagian jatah Anda untuk si jabang bayi.

6. Sedang depresi. Ketika tertekan, pola makan Anda tak benar. Itu bisa membuat depresi kian parah karena tubuh kekurangan vitamin dan mineral.

7. Merokok, karena rokok menguras kebutuhan vitamin, khususnya vitamin C.

8. Minum alkohol. Peminum berat sering berada di ambang batas kekurangan vitamin dan mineral, khususnya vitamin B

7 Pertanyaan Favorit Ayah & Ibu

Ketika menghadapi si kecil yang bandel dan menjengkelkan, Anda pun naik darah dan lepas kendali. Nah, setelah menghukum atau memarahi anak, Anda menyesal dan bertanya-tanya dalam hati, "Kok, susah banget, ya, jadi orangtua? Kenapa tadi saya sampai memukul pantat anak? Gimana, sih, caranya jadi orang tua yang baik?"

Bila itu yang terjadi, jangan kelewat cemas. Anda tak sendirian, kok. Banyak orangtua memiliki pertanyaan seperti itu. Berikut deretan pertanyaan yang kerap dilontarkan orang tua yang berkaitan dengan masalah mendidik anak.

* Saya sangat mencintai anak-anak tapi, kok, rasanya susah banget jadi orangtua, ya?
Menjadi orangtua memang suatu anugerah dan kebahagiaan yang tak terkira, namun bukan pekerjaan mudah. Tak ada orangtua yang sempurna. Kita semua bisa membuat kesalahan. Bahkan orangtua yang mencintai anaknya pun, kadang melakukan hal-hal yang tak diinginkannya, seperti memukul anak atau menyebut anaknya dengan panggilan yang tak baik. Bila Anda merasa bermasalah dalam mengendalikan diri saat mendidik dan merawat anak, segera minta bantuan ke ahli.

* Kadang-kadang saya sangat frustrasi. Apakah ini wajar?
Ya, sangat wajar. Semua orangtua pasti pernah merasa frustrasi. Merawat anak-anak menyita waktu dan tenaga. Pekerjaan menjadi orangtua bisa sangat berat bila Anda mengalami masalah, seperti kekhawatiran soal pekerjaan, keuangan, atau soal hubungan suami-istri. Menjadi orangtua yang baik, berarti Anda harus dapat mengurus diri sendiri.

* Apa yang dapat saya lakukan bila saya frustrasi?
Istirahat. Setiap orang, sesekali, memerlukan waktu istirahat dari tugasnya sebagai orangtua. Bila ada orang dewasa lain di dalam keluarga Anda, sebaiknya minta bantuannya untuk menjaga anak dan Anda bisa istirahat. Misalnya, minta pasangan tinggal di rumah bersama anak-anak agar Anda dapat mengunjungi teman-teman. Pada akhir pekan, jika masih memiliki bayi, Anda berdua dapat secara bergantian untuk tidur larut malam. Bila Anda orangtua tunggal, minta keluarga atau teman dekat untuk membantu menjaga anak-anak saat Anda keluar rumah.

* Kadang saya sampai lepas kendali. Apakah itu berarti saya orangtua yang tidak baik?
Tidak. Banyak orangtua yang lepas kendali terhadap anak-anaknya. Wajar saja bila Anda marah, tetapi tidak wajar bila Anda melampiaskan kemarahan kepada mereka. Bila Anda sungguh-sungguh marah, istirahatlah. Misalnya, bawa anak-anak jalan-jalan atau panggil teman atau saudara untuk membantu Anda. Bila hampir setiap hari Anda marah pada anak atau memiliki masalah dalam mengendalikan temperamen Anda, minta bantuan ahlinya.

* Apakah wajar bila saya menampar anak?
Menampar bukanlah merupakan cara yang terbaik untuk mendisiplinkan anak-anak. Tujuan dari kedisiplinan adalah mengajarkan anak-anak agar dapat mengendalikan diri. Menampar mengajarkan pada anak-anak untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang tidak tepat dan hanya akan menimbulkan ketakutan.

* Bagaimana caranya agar saya dapat menjadi orangtua yang baik?
Tidak ada satu cara yang paling pas, tepat, dan benar untuk membesarkan anak. Dan tidak ada orangtua maupun anak yang sempurna. Tetapi berikut ini beberapa panduan untuk membantu anak-anak tumbuh sehat dan bahagia:
1. Perlihatkan cinta Anda. Setiap hari, katakan pada mereka, "Mama sayang kamu. Kamu sangat berarti bagi Mama." Berikan pelukan dan ciuman sebanyak mungkin.

2. Dengarkan bila mereka berbicara. Menjadi pendengar yang baik bagi anak-anak membuat mereka merasa dihargai dan merasa Anda tertarik pada apa yang mereka katakan serta ceritakan.

3. Ciptakan rasa aman. Berikan perasaan tenang bila mereka ketakutan. Tunjukkan pada mereka, Anda selalu ada dekat mereka untuk melindunginya.

4. Biasakan memberi aturan dalam kehidupan mereka. Atur dan tetapkan jadwal makan, tidur siang, dan tidur malam. Bila jadwal terpaksa harus diubah, katakan kepada mereka beberapa hari sebelumnya beserta alasannya.

5. Beri pujian. Bila anak belajar sesuatu yang baru atau berhasil dalam melakukan sesuatu, katakan pada mereka, betapa bangganya Anda pada mereka.

6. Kritik kelakukan buruknya, bukan si anak. Bila anak melakukan kesalahan, jangan katakan. "Kamu nakal!" Sebaliknya, jelaskan, apa yang dilakukan adalah salah. Sebaiknya katakan: "Berlari ke jalan raya tanpa diawasi sangat berbahaya, lho." Lalu ajarkan anak cara-cara menyeberang yang aman.

7. Harus konsisten. Aturan yang Anda buat tidak harus selalu sama dengan aturan yang dibuat oleh orangtua lain. Yang jelas, aturan tersebut harus jelas dan konsisten. Konsisten maksudnya tidak berubah-ubah. Bila dua orangtua membesarkan seorang anak, keduanya harus punya aturan yang sama. Dan tak lupa, pembantu, sanak keluarga, mengikuti aturan yang Anda tetapkan.

8. Luangkan waktu. Lakukan berbagai macam hal dan kegiatan bersama anak seperti membaca, jalan kaki, bermain, dan membersihkan rumah. Yang paling dibutuhkan oleh anak adalah perhatian. Bila anak nakal, melakukan perbuatan tak baik, biasanya merupakan cara mereka untuk menarik perhatian.

* Kepada siapa saya dapat bertanya bila memerlukan bantuan dalam membesarkan anak?
Berbagai macam cara bisa dilakukan untuk memperoleh nasihat menjadi orangtua yang baik. Ikuti seminar-seminar yang berhubungan dengan masalah ini. Banyak membaca buku dan majalah yang berhubungan dengan masalah orangtua dan anak. Anda juga dapat berkonsultasi dengan teman, kerabat, juga dokter. Jangan malu untuk bertanya. Membesarkan anak bukan pekerjaan yang mudah dan sulit untuk melakukannya sendirian.

sumber: www.kompas.com

Senin, 20 Oktober 2008

Bila Cinta Tak Berbalas

from dudung.net
Oleh: Iwan Yanuar

Maaf Akhi, bukannya saya tidak menghormati permintaan akhi. Tapi rasanya kita cukup menjalin ukhuwah saja dalam perjuangan. Saya doakan semoga akhi menemukan pasangan lain yang lebih baik dari saya.�

Amboi, bagaimana rasanya bila kalimat di atas dialami oleh para ikhwan? Bisa saja langit terasa runtuh, hati berkeping-keping. Sang pujaan hati yang kita harapkan menjadi teman setia dalam mengarungi perjalanan hidup menampik khitbah kita. Segala asa yang pernah coba ditambatkan akhirnya karam. Cinta suci sang ikhwan bertepuk sebelah tangan.

Ya drama kehidupan menuju meghligai pelaminan memang beragam. Ada yang menjalaninya dengan smooth, amat mulus, tapi ada yang berliku penuh onak duri, bahkan ada yang pupus ditengah perjalanan karena cintanya tak bertaut dalam maghligai pernikahan.

Ini bukan saja dialami oleh para ikhwan, kaum akhwat pun bias mengalaminya. Bedanya, para ikhwan mengalami secara langsung karena posisi mereka sebagai subyek/pelaku aktif dalam proses melamar. Sehingga getirnya kegagalan cinta �seandainya memang terasa getir- langsung terasa. Sedangkan kaum akhwat perasaanya lebih aman tersembunyi karena mereka umumnya berposisi pasif, menunggu pinangan. Tapi manakala sang ikhwan yang didamba memilih berlabuh dihati yang lain kekecewaan juga merebak dihati mereka.
Mengambil sikap

Ikhwan dan akhwat rahimakumullah, siapapun berhak kecewa manakala keinginan dan cita-citanya tidak tercapai. Perasaan kecewa adalah bagian dari gharizatul baqa' (naluri mempertahankan diri) yang Allah ciptakan pada manusia. Dengannya, manusia adalah manusia bukan onggokan daging dan tulang belulang. Ia juga bukan robot yang bergerak tanpa perasaan, tapi manusia memiliki aneka emosi jiwa. Ia bisa bergembira tapi juga bisa kecewa.

Emosi negatif, seperti perasaan kecewa akibat tertolak, bukannya tanpa hikmah. Kesedihan akan memperhalus perasaan manusia, bahkan akan meningkatkan kepekaannya pada sesama. Bila dikelola dengan baik maka akan semakin matanglah emosi yang terbentuk. Tidak meledak-ledak lalu lenyap seketika. Ia akan siap untuk kesempatan berikutnya; kecewa ataupun bergembira. Jadi mengapa tidak bersyukur manakala kita ternyata bisa kecewa? Karena berarti kita adalah mansia seutuhnya.

Kegagalan meraih cinta juga bukan pertanda bencana. Tapi akan memberikan pelajaran beharga pada manusia. Seorang filsuf bernama John Charles Salak mengatakan : Orang-orang yang gagal dibagi menjadi dua; yaitu mereka yang berfikir gagal padahal tidak pernah melakukannya, dan mereka yang melakukan kegagalan dan tak penah memikirkannya.

Karenanya kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, tapi justru awal dari segala-galanya. Meski terdengar klise tapi ada benarnya; ambillah pelajaran dari sebuah kegagalan lalu buatlah perbaikan diri. Tentu saja itu dengan tetap mengimani qadla Allah SWT.

Agar kegagalan mengkhitbah tidak menjadi petaka, maka ikhwan dan akhwat, persiapkanlah diri sebaik-baiknya, ada beberapa langkah yang bisa diambil:

Percayai qadla

Manusia tidak suka dengan penolakan. Ia ingin semua keinginannya selalu terpenuhi. Padahal ditolak adalah salah satu bagian dari kehidupan kita. Kata seorang kawan, hidup itu adakaanya tidak bisa memilih. Perkataan itu benar adanya, cobalah kita renungkan, kita lahir kedunia ini tanpa ada pilihan; terlahir sebagai seorang pria atau wanita, berkulit coklat atau putih, berbeda suku bangsa, dsb. Demikian pula rezeki dan jodoh adalah hal yang berada di luar pilihan kita. Man propose, god dispose. Kita hanya bisa menduga dan berikhtiar, tapi Allah jua yang menentukan.

�Sesungguhnya salah seorang di antara kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam rahim ibunya selama 40 hari kemudian menjadi �alaqah kemudian menjadi janin, lalu Allah mengutus malaikat dan diperintahkannya dengan empat kata dan dikatakan padanya: �tulislah amalnya, rizkinya dan ajalnya.� (HR.Bukhari)

Maka kokohkanlah keimanan saat momen itu terjadi pada kita. Yakinilah skenario Allah tengah berlangsung, dan jadilah penyimak yang baik dengan penuh sangka yang baik padaNya. Tanamkan dalam diri kita �Allah Mahatahu yang terbaik bagi hamba-hambaNya'.

Jangan biarkan kekecewaan menggerogoti keimanan kita kepadaNya. Apalagi dengan terus menanamkan prasangka buruk padaNya. Segerahlah sadar bahwa ini adalah ujian dari Allah . akankah kita menerima qadla-Nya atau merutuknya?

Dengan demikian, fragmen yang pahit dalam kehidupan InsyaAllah akan memperkuat keyakinan kita bahwa Allah sayang pada kita. Demikian sayangnya, sampai-sampai Allah tidak rela menjodohkan kita dengan si fulan yang kita sangka sebagai pelabuhan cinta kita.

Bersiap untuk cinta dan bahagia

�Seandainya ukhti menjadi istri saya, saya berjanji akan membahagiakan ukhti,� demikian ungkapan keinginan para ikhwan terhadap akhwat yang akan mereka lamar. Puluhan, mungkin ratusan angan-angan kita siapkan seandainya si dia menerima pinangan cinta kita. Kita begitu siap untuk berbahagia dan membahagiakan orang lain. Sama seperti banyak orang yang ingin menjadi kaya, tenar dan dipuja banyak orang.

Sayang, banyak diantara kita yang belum siap untuk merasa kecewa. Dan ketika impian itu berakhir kita seperti terhempas. Tidak percaya bahwa itu bisa terjadi, ada akhwat yang �berani' menolak pinangan kita. Bila kurang waras, mungkin akan keluar ucapan, �berani-beraninya...� atau �apa yang kurang dari saya.....�

Akhi dan ukhti, jangan biarkan angan-angan membuai kita dan membuat diri menjadi tulul amal, panjang angan-angan. Sadarilah semakin tinggi angan membuai kita, semakin sakit manakala tak tergapai dan terjatuh. Ambillah sikap simbang setiap saat; bersiap diri menjadi senang sekaligus kecewa. Sikap itu akan menjadi bufferl penyangga mental kita, apapun yang terjadi kelak.

Manakala kenyataan pahit yang ada di depan mata, sang akhwat menolak khitbah kita atau sang ikhwan memilih �bunga' yang lain, hati ini tidak akan tercabik. Yang akan datang adalah keikhlasan dan sikap lapang dada. Demikian pula saat ia menjatuhkan pilihannya pada kita, hati ini akan bersyukur padaNya karena doa terkabul, keinginan menjadi kenyataan.

� Menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya urusannya seluruhnya baik dan tidaklah hal itu dimiliki oleh seseorang kecuali bagi seorang mukmin. Jika mendapat nikmat ia bersyukur maka hal itu baik baginya, dan jika menderita kesusahan ia bersabar maka hal itu lebih baik baginya.� (HR. Muslim)

Bukan Aib

Ditolak? Emang enak! Wah, mungkin demikian pikiran sebagian ikhwan. Malu, kesal dan kecewa menjadi satu. Tapi itulah bentuk �perjuangan' menuju pernikahan. Kita tidak akan pernah tahu apakah sang pujaan menerima atau menolak kita, kecuali setelah mengajukan pinangan padanya. Manakala ditolak tidak usah malu, bukan cuma kita yang pernah ditolak, banyak ikhwan yang �senasib' dan �sependeritaan'.

Saatnya berjiwa besar ketika ditolak. Tidak perlu merasa terhina. Demikian pula saat banyak orang tahu hal itu. Bukankah apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang benar? Mengapa mesti malu.

�Kita mungkin takkan Bahagia'

Marah-marah karena lamaran tertolak? Mendoakan keburukan pada ikhwan yang tidak mencintai kita? Itu bukan sikap seorang muslim/muslimah yang baik. Tidak ada yang bisa melarang seseorang untuk jatuh cinta maupun menolak cinta. Sebagaimana kita punya hak untuk mencintai dan melamar orang, maka ada pula hak yang diberikan agama pada orang lain untuk menolak pinangan kita. Bahkan dalam kehidupan rumah tangga pun seorang suami dan istri diberikan hak oleh Allah SWT. Untuk membatalkan sebuah ikatan pernikahan.

Mengapa ada hak penolakan cinta yang diberikan Allah pada kita? Bahkan dalam pernikahan ada pintu keluar �perceraian'? jawabannya adalah sangat mungkin manusia yang jatuh cinta atau setelah membangun rumah tangga, ternyata tak kunjung memperoleh kebahagiaan ( al hanaah ) dari pasangannya, maka tiada guna mempertahankan sebuah bahtera rumah tangga bila kebahagiaan dan ketentraman tak dapat diraih. Wallahu'alam bi ash shawab

�Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.� ( Al-Baqarah[2]:229 )

Berpikir positiflah manakala cinta tak berbalas. Belum tentu kita memperoleh kebahagiaan bila hidup bersamanya. Apa yang kita pandang baik secara kasat mata, belum tentu berbuah kebaikan di kemudian hari.

Adakalanya keinginan untuk hidup bersama orang yang kita idamkan begitu menggoda. Tapi bila ternyata cinta kita bertepuk sebelah tangan, untuk apa semua kita pikirkan lagi? Allah Maha Pangatur, ia pasti akan mempertemukan kita dengan orang yang memberikan kebahagiaan seperti yang kita angankan. Bahkan mungkin lebih dari yang kita harapkan.

Be positive thinking, suatu hari kelak ketika antum telah menikah dengan orang lain �bukan dengan si dia yang antum idamkan- niscaya antum takjub dengan kebahagiaan yang antum rasakan. Percayalah banyak orang yang telah merasakan hal demikian.

�Saya tak mungkin berbahagia tanpanya'

ini adalah perangkap, ia akan memenjarakan kita terus menerus dalam kekecewaan. Perasaan ini juga menghambat kita untuk mendapatkan kesempatan berbahagia dengan orang lain. Mereka yang terus menerus mengingat orang yang pernah menolaknya, dan masih terbius dengan angan-angannya sebenarnya tengah menyiksa perasaan mereka sendiri dan menutup peluang untuk bahagia.

Mari berpikir jernih, untuk apa memikirkan orang lain yang sudah menjalani kehidupannya sendiri? Jangan biarkan orang lain membatalkan kebahagiaan kita. Diri kitalah yang bisa menciptakannya sendiri. Untuk itu tanamkan optimisme dan keyakinan terhadap qadla Allah SWT. Insya Allah, akan ada orang yang membahagiakan kita kelak.

Cinta membutuhkan waktu

�maukah ukhti menjadi istri saya? Saya tunggu jawaban ukhti dalam waktu 1 X 24 jam!� Masya Allah, cinta bukanlah martabak telor yang bisa di tunggu waktu matangnya. Ia berproses, apalagi berbicara rumah tangga, pastinya banyak pertimbangan-pertimbangan yang harus dipikirkan. Ada unsur keluarga yang harus berperan. Selain juga ada pilihan-pilihan yang mungkin bisa diambil.

Jadi harap dipahami bila kesempatan datangnya cinta itu menunggu waktu. Seorang akhwat yang akan dilamar �contoh extrim pada kasus diatas- bisa jadi tidak serta merta menjawab. Biarkanlah ia berpikir dengan jernih sampai akhirnya ia melahirkan keputusan. Jadi cara berpikir seperti di atas sebenarnya lebih cocok dimiliki anggota tim SWAT ketimbang orang yang berkhitbah

Ideal bagus, Tapi realistik adalah sempurna

�Suami yang saya dambakan adalah yang bertanggungjawab pada keluarga, giat berdakwah dan rajin beribadah, cerdas serta pengertian, penyayang, humoris, mapan dan juga tampan.� Itu mungkin suami dambaan Anda duhai Ukhti . tapi jangan marah bila saya katakan bahwa seandainya kriteria itu adalah harga mati yang tak tertawar, maka yang ukhti butuhkan bukanlah seorang ikhwan melainkan kitab-kitab pembinaan. Kenyataannya tidak ada satupun lelaki didunia ini yang bisa memenuhi semua keinginan kita. Ada yang mapan tapi kurang rupawan, ada yang rajin beribadah tapi kurang mapan, ada yang giat dakwah dakwah tapi selalu merasa benar sendiri, dsb.

Ini bukan berarti kita tidak boleh memiliki kriteria bagi calon suami/istri kita, lantas membuat kita mengubah prinsip menjadi �yang penting akhwat� atau �yang penting ikhwan�. Tapi realistislah, setiap menusia punya kekurangan � sekaligus kelebihan. Mereka yang menikah adalah orang-orang yang berani menerima kekurangan pasangannya, bukan orang-orang yang sempurna. Tapi berpikir realistis terhadap orang yang akan melamar kita, atau yang akan kita lamar, adalah kesempurnaan

Maka doa kita kepada Allah bukanlah,�berikanlah padaku pasangan yang sempurna� tetapi �ya Allah, karuniakanlah padaku pasangan yang baik bagi agamaku dan duniaku.�

Kekuatan Ruhiyah

Percaya diri itu harus, tapi overselfconfidence adalah kesalahan. Jangan terlalu percaya diri akhi bahwa lamaran antum diterima. Jangan juga terlalu yakin ukhti, bahwa sang pujaan akan datang ke rumah anti. Perjodohan adalah perkara gaib. Tanpa ada seorang pun yang tahu kapan dan dengan siapa kita akan berjodoh. Cinta dan berjodohan tidak mengenal status dan identifikasi fisik. Bukan karena ukhti cantik maka para ikhwan menyukai ukhti. Juga bukan karena akhi seorang hamalatud da'wah lalu setiap akhwat mendambakannya.

Kita tidak bisa mengukur kebahagiaan orang lain menurut persepsi kita. Bukankah sering kita melihat seseorang yang menurut kita �luar biasa� berjodoh dengan yang �biasa-biasa'. Seperti seringnya kita melihat pasangan yang ganteng dan cantik, populer tapi kemudian berpisah. Inilah rahasia cinta dan perjodohan, tidak bisa terukur dengan ukuran-ukuran manusia

Maka landasilah rasa percaya diri kita dengan sikap tawakal kepada Allah. Kita berserah diri kepadaNya akan keputusan yang ia berikan. Jauhilah sikap takkabur dan sombong. Karena itu semua hanya akan membuat diri kita rendah dihadapan Allah dan orang lain. Intinya saya bermaksud mengatakan �jangan ke-ge-er-an' dengan segala title dan atribut yang melekat pada diri kita.

Beri cinta kesempata (lagi)

�..........dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.� ( QS. Yusuf[12]:87 )

bersedih hati karena gagal bersanding dengan dambaan hati wajar adanya. Tapi bukan alasan untuk menyurutkan langkah berumah tangga. Dunia ini luas, demikian pula dengan orang-orang yang mencintai kita. Kegagalan cinta bukan berarti kita tidak berhak bahagia atau tidak bisa meraih kebahagiaan. Bila hari ini Allah belum mempertemukan kita dengan orang yang kita cintai, insyaAllah ia akan datang esok atau lusa, atau kapanpun ia menghendaki, itu adalah bagian dari kekuasaanNya

cinta juga berproses. Ia membutuhkan waktu. Ia bisa datang dengan cepat tak terduga atau mungkin tidak seperti yang kita harapkan. Ada orang yang dengan cepat berumah tangga, tapi ada pula yang merasakan segalanya berjalan lambat, namun tidak pernah ada kata terlambat untuk merasakan kebahagiaan dalam pernikahan. Beri kesempatan diri kita untuk kembali merasakan kehangatan cinta. � love is knocking outside the door.' Kata musisi Tesla dalam senandung love will find a way. Tidak pernah ada kata menyerah untuk meraih kebahagiaan dalam naungan ridhoNya. Yang pokok, ikhwan atau akhwat yang kelak akan menjadi pasangan kita adalah mereka yang dirihoi agamanya.

�jika melamar kepada kalian seseorang yang kalian ridho agamanya dan akhlaknya maka nikahkanlah ia, bila kalian tidak melakukannya maka akan ada fitnah di muka bumi dan kerusakan yang nyata� (HR. Turmudzi)

� Wanita dinikahi karena satu dari tiga hal; dinikahi karena hartanya, dinikahi karena kecantikannya, dinikahi karena agamanya. Maka pilihlah yang memiliki agama dan akhlak (mulia) niscaya selamat dirimu.� (HR.Ahmad

Menghias hati dengan menangis

dari dudung.net juga ne.. :)

Oleh : Muhammad Nuh


"Andai kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis." (HR. Bukhari dan Muslim)
Indahnya hidup dengan celupan iman. Saat itulah terasa bahwa dunia bukan segala-galanya. Ada yang jauh lebih besar dari yang ada di depan mata. Semuanya teramat kecil dibanding dengan balasan dan siksa Allah swt.

Menyadari bahwa dosa diri tak akan terpikul di pundak orang lain
Siapa pun kita, jangan pernah berpikir bahwa dosa-dosa yang telah dilakukan akan terpikul di pundak orang lain. Siapa pun. Pemimpinkah, tokoh yang punya banyak pengikutkah, orang kayakah. Semua kebaikan dan keburukan akan kembali ke pelakunya.

Maha Benar Allah dengan firman-Nya dalam surah Al-An'am ayat 164. "...Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan."

Lalu, pernahkah kita menghitung-hitung dosa yang telah kita lakukan. Seberapa banyak dan besar dosa-dosa itu. Jangan-jangan, hitungannya tak beda dengan jumlah nikmat Allah yang kita terima. Atau bahkan, jauh lebih banyak lagi.

Masihkah kita merasa aman dengan mutu diri seperti itu. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun mampu menjamin bahwa esok kita belum berpisah dengan dunia. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun bisa yakin bahwa esok ia masih bisa beramal. Belumkah tersadar kalau kelak masing-masing kita sibuk mempertanggungjawabkan apa yang telah kita lakukan.

Menyadari bahwa diri teramat hina di hadapan Yang Maha Agung
Di antara keindahan iman adalah anugerah pemahaman bahwa kita begitu hina di hadapan Allah swt. Saat itulah, seorang hamba menemukan jati diri yang sebenarnya. Ia datang ke dunia ini tanpa membawa apa-apa. Dan akan kembali dengan selembar kain putih. Itu pun karena jasa baik orang lain.

Apa yang kita dapatkan pun tak lebih dari anugerah Allah yang tersalur lewat lingkungan. Kita pandai karena orang tua menyekolah kita. Seperi itulah sunnatullah yang menjadi kelaziman bagi setiap orang tua. Kekayaan yang kita peroleh bisa berasal dari warisan orang tua atau karena berkah lingkungan yang lagi-lagi Allah titipkan buat kita. Kita begitu faqir di hadapan Allah swt.

Seperti itulah Allah nyatakan dalam surah Faathir ayat 15 sampai 17, "Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah."

Menyadari bahwa surga tak akan termasuki hanya dengan amal yang sedikit
Mungkin, pernah terangan-angan dalam benak kita bahwa sudah menjadi kemestian kalau Allah swt. akan memasukkan kita kedalam surga. Pikiran itu mengalir lantaran merasa diri telah begitu banyak beramal. Siang malam, tak henti-hentinya kita menunaikan ibadah. "Pasti, pasti saya akan masuk surga," begitulah keyakinan diri itu muncul karena melihat amal diri sudah lebih dari cukup.

Namun, ketika perbandingan nilai dilayangkan jauh ke generasi sahabat Rasul, kita akan melihat pemandangan lain. Bahwa, para generasi sekaliber sahabat pun tidak pernah aman kalau mereka pasti masuk surga. Dan seperti itulah dasar pijakan mereka ketika ada order-order baru yang diperintahkan Rasulullah.

Begitulah ketika turun perintah hijrah. Mereka menatap segala bayang-bayang suram soal sanak keluarga yang ditinggal, harta yang pasti akan disita, dengan satu harapan: Allah pasti akan memberikan balasan yang terbaik. Dan itu adalah pilihan yang tak boleh disia-siakan. Begitu pun ketika secara tidak disengaja, Allah mempertemukan mereka dengan pasukan yang tiga kali lebih banyak dalam daerah yang bernama Badar. Dan taruhan saat itu bukan hal sepele: nyawa. Lagi-lagi, semua itu mereka tempuh demi menyongsong investasi besar, meraih surga.

Begitulah Allah menggambarkan mereka dalam surah Albaqarah ayat 214. "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?' Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat."

Menyadari bahwa azab Allah teramat pedih
Apa yang bisa kita bayangkan ketika suatu ketika semua manusia berkumpul dalam tempat luas yang tak seorang pun punya hak istimewa kecuali dengan izin Allah. Jangankan hak istimewa, pakaian pun tak ada. Yang jelas dalam benak manusia saat itu cuma pada dua pilihan: surga atau neraka. Di dua tempat itulah pilihan akhir nasib seorang anak manusia.

"Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya." (QS. 80: 34-37)

Mulailah bayang-bayang pedihnya siksa neraka tergambar jelas. Kematian di dunia cuma sekali. Sementara, di neraka orang tidak pernah mati. Selamanya merasakan pedihnya siksa. Terus, dan selamanya.

Seperti apa siksa neraka, Rasulullah saw. pernah menggambarkan sebuah contoh siksa yang paling ringan. "Sesungguhnya seringan-ringan siksa penghuni neraka pada hari kiamat ialah seseorang yang di bawah kedua tumitnya diletakkan dua bara api yang dapat mendidihkan otaknya. Sedangkan ia berpendapat bahwa tidak ada seorang pun yang lebih berat siksaannya daripada itu, padahal itu adalah siksaan yang paling ringan bagi penghuni neraka." (HR. Bukhari dan Muslim)

Belum saatnyakah kita menangis di hadapan Allah. Atau jangan-jangan, hati kita sudah teramat keras untuk tersentuh dengan kekuasaan Allah yang teramat jelas di hadapan kita. Imam Ghazali pernah memberi nasihat, jika seorang hamba Allah tidak lagi mudah menangis karena takut dengan kekuasaan Allah, justru menangislah karena ketidakmampuan itu.

Rencana Tuhan itu Indah

...dari dudung.net

Ketika aku masih kecil, waktu itu ibuku sedang menyulam sehelai kain. Aku yang sedang bermain di lantai, melihat ke atas dan bertanya, apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang menyulam sesuatu di atas sehelai kain. Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa yang kulihat dari bawah adalah benang ruwet.

Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut: "Anakku, lanjutkanlah permainanmu, sementara ibu menyelesaikan sulaman ini; nanti setelah selesai, kamu akan kupanggil dan kududukkan di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas."

Aku heran, mengapa ibu menggunakan benang hitam dan putih, begitu Semrawut menurut pandanganku. Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara ibu memanggil; " anakku, mari kesini, dan duduklah di pangkuan ibu. "

Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah, dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya, karena dari bawah yang aku lihat hanyalah benang-benang yang ruwet.

Kemudian ibu berkata:"Anakku, dari bawah memang nampak ruwet dan kacau, tetapi engkau tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan, sebuah pola, ibu hanya mengikutinya.

Sekarang, dengan melihatnya dari atas kamu dapat melihat keindahan dari apa yang ibu lakukan.

Sering selama bertahun-tahun, aku melihat ke atas dan bertanya kepada Allah; "Allah, apa yang Engkau lakukan? " Ia menjawab: " Aku sedang menyulam kehidupanmu." Dan aku membantah," Tetapi nampaknya hidup ini ruwet, benang-benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna yang cerah?"

Kemudian Allah menjawab," Hambaku, kamu teruskan pekerjaanmu, dan Aku juga menyelesaikan pekerjaanKu di bumi ini. Satu saat nanti Aku akan memanggilmu ke sorga dan mendudukkan kamu di pangkuanKu, dan kamu akan melihat rencanaKu yang indah dari sisiKu."

Selasa, 14 Oktober 2008

Dont Need to Say

Dont cry
It doesnt make things change

Kebohongan itu tak memerlukan lagi kejujuranku
Kenyataan lah yang telah menggugurkan semua syaratnya
Dan aku tak perlu melakukan apa apa lagi
Sekalipun cuma sekedar membela diri
Tak perlu

So, I’ll just try to fall assleep
Even if my eyes want to stay awake
Let my eyes close please!
I need this rest
Let my eyes close please!
Let the hidden tears flow

I really dont know what to say
And I really dont need to say a thing
So, let me close my eyes and drop my tears
If it could tell you anything
Anything u dont need no know more

So, Let's Forget It All

“Andai saja kau jadi milikkku”
Itu bukan kata-kata yang mungkin lagi kau dengar
Sekalipun aku tak pernah mengatakannya
Tak ada guna lagi mengucapkannya
Kapan pun itu
Betapa gemintang itu semua kupetik
Dan keberikan untukmu
Tak akan mengubah apa pun lagi

Aku merasa sangat tenang
Setenang hati mu saat ini
Aku merasa baik-baik saja
Sebaik kondisi jiwamu yang tenteram
Aku juga bahagia
Seperti seluruh dirimu yang bersorak
Kudengar sorai nya sampai kemari
Hingga kini

Katakanlah,
Gundah itu sudah pergi bukan?
Hanya ada aku dan sepi
Dan aku tak ingin memaknai apa pun
Kecuali itu membuat semuanya lebih baik
Katakanlah,
Kini aku boleh kemanapun bukan?
Karena dia telah pasti ada untukmu
Menemani dan menjadi curahan hati yang nyata
Memberi betik bahagia dan membuatmu tenteram

Jangan,
Aplologize itu tidak perlu
Thank you,
simpan untukmu

Sedihku
Sedihmu
Dua hal yang tak mungkin satu
Mari kita lupakan saja
Segala sesuatu yang membuat kita mengingat sedih itu

Minggu, 12 Oktober 2008

Sandaran Hati; Letto

Yakinkah ku berdiri
Di hampa tanpa tepi
Bolehkah aku
MendengarMu

Terkubur dalam emosi
Tanpa bisa bersembunyi
Aku dan nafasku
MerindukanMu

Terpuruk ku di sini
Teraniaya sepi
Dan ku tahu pasti
Kau menemani

Dalam hidupku
Kesendirianku

Teringat ku teringat
Pada janjiMu ku terikat
Hanya sekejap ku berdiri
Kulakukan sepenuh hati
Peduli ku peduli
Siang dan malam yang berganti
Sedihku ini tak ada arti
Jika Kaulah sandaran hati
Kaulah sandaran hati
Sandaran hati

Inikah yang Kau mau
Benarkah ini jalanMu
Hanyalah Engkau yang ku tuju
Pegang erat tanganku
Bimbing langkah kakiku
Aku hilang arah
Tanpa hadirMu
Dalam gelapnya
Malam hariku

Memiliki Kehilangan; Letto

Tak mampu melepasnya
Walau sudah tak ada
Hatimu tetap merasa masih memilikinya

Rasa kehilangan hanya akan ada
Jika kau pernah memilikinya

Pernahkah kau mengira kalau dia kan sirna
Walau kau tak percaya dengan sepenuh jiwa

Rasa kehilangan hanya akan ada
Jika kau pernah memilikinya

Peterpan - Menghapus Jejakmu

Teruskan langkah melupakanmu
lelah hati perhatikan sikapmu
jalan pikiran mu buat ku ragu
tak mungkin ini tetap bartahan

perlahan mimpi terasa mengganggu
kucoba untuk terus menjauh
perlahan hati ku terbelenggu
ku coba untuk lanjutkan kan hidup

engkau bukan lah segalaku
bukan tempat tuk menghentikan langkahku
usai sudah semua berlalu
biar hujan menghapus jejakmu

teruskan langkah melupakanmu
lelah hati perhatikan sikapmu
jalan pikiran mu buat ku ragu
tak mungkin ini tetap bertahan

perlahan mimpi terasa mengganggu
kucoba tuk terus menjauh
perlahan hati ku terbelenggu
ku coba untuk lanjutkan hidup

engkau bukan lah segalaku
bukan tempat tuk hentikan langkahku
usai sudah semua berlalu
biar hujan menghapus jejakmu
lepaskan segala nya 2x….

engkau bukan lah segalaku
bukan tempat tuk hentikan langkahku
usai sudah semua berlalu
biar hujan menghapus jejakmu @2x
na…na …na