Chocolate Covered Sesame Balls

Senin, 25 Agustus 2008

Alone home alone

Assalamualaikum...
Tentu saja tidak ada yang menjawab salam ini. Sepi, dan memang begini. Sudah lama aku tidak pulang. Rindu. Tak menyangka akan pulang dalam keadaan semendesak ini. Dan aku masih sendiri.

Lantai berdebu ini lama tak kupijaki. Sarang laba-laba betah tidak hanya di sudut ruangan, tapi juga menjuntai menghalangi jalanku yang pelan-pelan. Toples-toples di atas meja tak jelas lagi apa isinya. Mungkin pun sudah lama berjamur. Aku yakin, beberapa makanan di kulkas pasti sudah pada kadaluarsa. Begitu lama tidak menjenguk. Maafkan!

Syukur kamar mandi itu kutinggalkan dalam keadaan bersih. Air dalam baknya sengaja kubiarkan kering. Beberapa titik hitam berkepala putih akan membentuk noda yang mungkin agak sulit dibersihkan. Tapi syukurlah masih banyak sisa pembersih kamar mandi yang belum terpakai.

Aku lega, tapi menarik nafas sebagai syukur bukan sekarang tepatnya. Debu-debu itu akan langsung menyeruak ke hidungku jika aku tak mau menunggu. Hmm, biarlah syukur itu dalam hati dulu. Alhamdulillah...

“kNock fIrts!” tulisan itu masih tergantung di depan pintu kamar yang biasa kutempati. Aku mengangkatnya sebentar, cukup tua dan sudah bisa diganti, tapi kupikir bagus juga untuk dipasang kembali setelah dibersihkan. Kurogoh kunci yang sudah kupersiapkan jauh hari. Dari dulu memang agak macet. Kuputar, dan memang agak sulit. Gantungan Kenshin berbaju pink hampir lila bergoyang-goyang. Ah, alhamdulillah, akhirnya bisa juga.

Gelap. Bau pengap langsung menyerbu. Ku pencet saklar lampu di sebelah pintu. Aku tidak suka gelap. Tirai orange berbunga kuning tidak sabar untuk kusingkap. Udara segar langsung mengalir setelah dua daun jendela itu kubuka. Hmm.. segar! Udara pagi ini selalu kurindukan. Selalu kurindukan untuk kunikmati dari jendela ini. alhamudulillah, akhirnya merasakannya lagi.

Tempat tidur, rak buku, komputer seken spisifikasi tinggi yang entah masih bisa on atau tidak, bahkan tempelan-tempelan di dinding yang entah masih menginspirasi atau tidak, semuanya berdebu!!! Beberapa bentukan anime conan, kenshin, doraemon n nobita cs menyeringai pada ku mencoba menembus putih debu, masih lucu. Kali ini, aku tak tahan untuk tidak tersenyum. I miss u all

Aku kembali ke ruang tamu. Ransel ukuran sedang masih teronggok dekat sofa hijau lumut favorit. Aku baru hampir akan menarik talinya ketika sebuah cangkir berisi permen berbagai rasa, tergolek tanpa gagang dekat kaki coffe table segitiga. Gagangnya tidak jauh patah jadi dua. Ow, ini salah satu cangkir yang kucintai. Padahal sengaja di pake untuk wadah permen supaya ga terpake n ga pecah. Hmm, ya gitu deh, kadang niatnya melindungi malah mencelakakan. Sengaja disimpan, tapi malah busuk dan tidak kepake lagi untuk selamanya. Tapi siapa yang menjatuhkan, sampai patah gagangnya??!

Oh, ya! Aku ingat beberapa waktu lalu, ada goncangan susulan beberapa skala. Tapi, sepertinya tak mengapa, aku bisa membawanya ke tukang gerabah di ujung gang untuk dirapikan. Dipakai jadi wadah permen tanpa gagang, sepertinya cantik juga.

Huff!!! Debu dimana-mana. Sarang laba-laba. Gorden dan beberapa waslap yang harus di ganti. Keset yang tidak lagi kesat. Peralatan makan yang harus dicuci kembali. Kamar mandi yang harus dikuras baknya. Belum lagi dedaunan di halaman yang terlalu cantik untuk disapu. Aku harus mulai dari mana ya??! Ha.. menyenangkan sekali kesibukan ini. Aku suka!!!

Kubuka pintu belakang, semua tirai, sinar mentari langsug masuk, bukan mengusik bahkan mengganggu pengap yang perlahan-lahan menguap dari seluruh ruangan. Masih pagi, tapi harus mulai dari mana ya?!

Baiklah, mari memulainya dengan syukur, sebentar ya, aku kirim dulu sms terima kasih ini..
-- alhamdulillah, akhirnya pulang juga. Lega rasanya home sweet home. Mungkin sendiri ini akan lebih baik. Karena aku memang butuh waktu untuk mengevaluasi semuanya, semuanya. Semua momen berharga, tapi kadang kita lupa akan hal-hal berharga yang selalu menyergap tak terduga. Aku takkan menduga lagi Ya Rabb. Sudah cukup aku yakin dengan Engkau. Aku bersyukur akan hati yang sepi. Aku bersyukur akan hari yang akan sendiri. Aku berkenan karena Engkau memenuhi semua yang kubutuhkan, bukan sekedar segala yang kuinginkan. Aku tertarik dan penasaran, sekaligus takjub dengan rahasia yang hanya tersimpan di sana. Aku hanya insan. Yang hatinya rapuh, dan Engkaulah yang kuatkan. Aku masih akan menunggu banyak sms peringatan, dan aku tau Engkau tetap mengawasi sekalipun kadang aku lupa me-reply, sekedar mengatakan ‘hari ini amat berat kulalui...’ aku tak bisa medustakan lagi nikmat ini. Seminggu lagi Ramadhan. Semoga aku bisa kembali dalam keadaan lebih baik. --

Send!

Ah, lega. Let’s do it all!!!

game is (realy) over now!!!

Maafkan lara, hingga di sini saja perjumpaan kita
Aku tak bisa menunggu lebih lama untuk menulis pedih ini
Maafkan, aku tak bisa terus larut dalam duka ini
Aku tidak cukup kuat mengikuti Khahlil
Yang dengan lukanya ia menyimpan bahagia
Menjadikan dukanya pengisi sisa-sisa hidupnya

Syukurlah,
Semuanya sudah berakhir
Toh ini hanya bagian kecil dari panjang perjalanan
Akhirnya aku bisa benar-benar mengatakan ‘sudahlah!’

Masih terlalu banyak hal menungggu di sana
Seharusnya aku malu meminta waktu menunggu
Tapi bolehlah jika aku sekedar berkemas
Beberapa hari ini amat berarti
Aku tak ingin pergi tanpa bekal
Apalagi sampai ketinggalan kereta

Game is over!
Goodbye pancaroba!
Welcome new season!

Yeah!!!
Alhamdulillah!

aku tak mungkin memiliki

Marahkah mentari
Jika aku menulis tentang purnama dalam siangnya
Tapi aku tak bisa berbohong lagi
Aku merindukannya...

Lama waktu tak bertemu
Dan tiba-tiba saja rindu itu datang lagi
Entah dari celah mana ia menyusup

Tapi sayangnya
Jangankan purnama
Gemintang saja tak tampak malam ini
Mendung bertambah pekat dari malam kemarin
Seolah mentari siang tadi mengajaknya sekongkol
Untuk berseteru denganku dan purnamaku

Bolehlah
Jika aku sekedar menikmati pancaran emasnya yang hangat
Sekedar membuktikan bebayangan yang biasanya temaram

Aku,
Tau tak mungkin memiliki purnama mu
Seperti siang yang tak mungkin milikinya
Dalam keadaan apa pun,
Ia milik mu

biarkan hati rela

Mengapa aku harus keberatan jika hatinya telah memilih
Mengapa aku harus berduka jika ia telah jatuh pada singgasana yang tepat
Mengapa aku masih mengingati bebayangan jika ia telah tak ada di sini
Mengapa aku belum rela sedangkan aku tak dapat mengubah segalanya

Senandung itu tak lagi bernyanyi untukku
Pun musim telah memutuskan tuk berganti rupa
Gerimis satu-satu ini justru mengingatkan akan luka
Hampir tak beda antara subuh dan senja
Bukankah purnama selalu datang tanpa ku meminta??!

Sejenak, serasa begitu lama radang ini mendera
Sejenak, aku lupa berapa lama waktu tersisa

Detik-detik ini berlalulah dengan bijak
Mungkin ini menyesakkan
Tapi aku tak ingin melewatkan
Tanpa memetik satu daun hikmah pun
Sekalipun itu selembar sisa yang jatuh
Selembar coklat kering yang tak kuduga

Mulanya sulit untuk percaya
Tapi segalanya adalah mungkin bagiNya

ternyata purnama tidak datang

Ternyata semalam purnama tidak datang
Awan lekat mengalir bersama angin
Tidak menyisakan sejingga langit pun
mempersembahkan pucat purnama kutunggu

Hanya bebintang setia
Satu dua titik masih cemerlang
Selebihnya hitam langit
Tak siratkan bahagia

Aku beranjak
Menatap tuk terakhir kali
Ku tahu angin tak serta merta beranjak
Dan membuat purnama kembali perak

Biarlah
Senja esok aku akan kembali

Engkau Lebih Tau

Mudah-mudahan semua segera berlalu
Tidak ingin lagi merasakan sepihak hati
Sekalipun itu sekedar merasa menang sendiri

Ketulusan itu
Aku tak peduli apakah jujur atau tidak
Tapi cukup menghangatkan hati
Dan aku ingin ini mengatup lembar resah segera

Aku cukup siuman untuk mengatakan
Bahwa aku mungkin takkan memiliki
Cinta yang telah kutemukan
Dan aku harus bahagia karenanya
Karena beginilah baiknya

Engkau lebih tau
Akan hati yang saling mengingat karenaMu

Jumat, 22 Agustus 2008

seandainya boleh memilih...

Kalau boleh memilih
Aku ingin menjauh sejauh-jauhnya
Tak ingin rasakan lagi sebah ini
Ingin berteriak
Meneriaki hati yang tak kunjung mengerti

Mengapa??!
Begitu sulit untuk menerima
Katakan padaku tentang cara melupakan
Jelaskan padaku hingga aku mengerti

Tapi
Bagaimana ini??!
Mengerti takkan cukup tuk hilangkan jejak…

Ah, bagaimana lagi menipu hati
Lelah rasanya terus begini
Keindahan itu ternyata begitu fana

Rabu, 20 Agustus 2008

Purnama hampir penuh

Purnama hampir penuh
Sebentar lagi mentari akan menelan cahayanya yang pucat
Dan pagi akan membuyarkan embun yang sempat teduh
Dan aku akan merindukan waktu
Ketika mentari tenggelam

Purnama hampir penuh
Kutunggu waktu
Biar ku menjemput indahnya nanti malam
Biar ku menikmati pendarnya yang merekah
Kutahu gulita ini menjadi indah karenanya
Dan aku tau esok mentari akan merenggutnya kembali

Bulan yang hampir purnama ini
Ku tahu, hanya malam yang milikinya

---------


hmm, tadi pagi waktu jenput Balian di Sp.Surabaya, masih sekitar jam 7 kurang 20 menit pagi. subhanallah, udara pagi memang segar sekali. tapi ada yang lebih indah, yap, apa lagi kalo bukan bulan yang hampir purnama. langit sedikit mendung, tapi di beberapa bagian birunya tampak bersih tak terganggu awan mendung yang membuat perak purnama masih keihatan.

hari sudah terang sih. setelah isi 1 liter bensin, rasanya ga kuat untuk ga sekali-sekali lihat ke langit. gpp, soalnya jalanan masih sepi, jadi serasa punya sendiri hehe. hmm, sampe beberapa saat purnama masih ada. cantiknya... subhanallah!!!

purnama, dalam keadaan apa pun selalu menginspirasi. dan ga tau kenapa, selalu muncul di saat yang tepat. jujur, selalu muncul dalam kondisi hati seperti ini.

ah, biasa aja, jangan terlalu didramatisir, Wis! (my friend said)
ya, mo gimana??! emang gitu rasanya... rasanya ada yang beda aja kalo lihat purnama, dan sebaliknya, kalo lagi merasa begini pasti ketemu dengan purnama... (dasar drakula!!! haha)

yup, purnama datang, sabit hilang, mentari mengantar satu-satu hari sampai aku menemukan sabit kembali...

purnama, samapai jumpa nanti malam!

:)

"sendainya dia meminta, aku akan mengiyakan...
karena begitu rapuh hati
dan menunggu tidak membuat ku mendapatkan
apalagi jika aku sekedar menatap dari jauh
tapi bagaimana?
aku tidak cukup kuat untuk terbang ke bulan"

Minggu, 17 Agustus 2008

Pertemuan Pertama dengan Pak Taufik...

Tanggal 12 Agustus pekan lalu kekampus, untuk ketemu Pak Taufik, tanpa janji lebih dahulu, berusaha menjadi mahasiswa biasa. Mencoba menunggu di depan jurusan hingga jumpa. Tapi Alhamdulillah, tidak seperti itu. Ke jurusan dan beliau ada di sana.

Belum pernah ketemu dengan pak Taufik sebelumnya. Sekalipun pernah lihat fotonya, tetap aja, tidak bisa tanda orangnya yang mana. Dan memang aku sulit menghafal wajah. Nisa yang kasih tau, itu yang namanya pak Taufik. memperkenalkan diri, dan menceritakan perkembangan skripsi. Juga mengenai rencana untuk menulis literatur yang diusulkan pak Hizir.

Perbincangan ini hanya beberapa menit. Tapi cukup banyak yang berarti. Banyak kelokakan yang tidak disangka-sangka. Beliau sih setuju saja jika aku melanjutkan skripsi studi literatur ini, dan tetap mau membimbing. Tapi katanya alangkah lebih baik kalau aku menulis sesuatu yang ‘sedikit’ lebih bermanfaat. Sekalipun ini cuma programming sederhana. Katanya beliau punya beberapa stok lagi judul-judul yang nantinya akan ditawarkan melalui pengumuman di jurusan. Jadi sekalipun aku tidak meneruskan judul “Relevance, Overlapping, and Uniqness of Yahoo! and Google in Indonesian Domain”, maka judul itu akan ditawarkan ke mahasiswa lain.

Begitulah. Beliau mulai memberi gambaran tentang apa saja yang ‘kerjaan’ berhubungan dengan judul ini. Banyak sekali pencerahan. Ternyata komunikasi 4 mata tetap lebih efektif. Sebelumnya aku merasa terkendala dengan judul ini. Tapi di sela-sela penjelasan beliau aku mulai sedikit mengerti, sekalipun cuma sedikit in cukup berarti. Dari completely blank on, mulai ada berkas paham yang menyusupi pikiranku. Mudah-mudahan semakin mengerti akan topik ini. Berat, tapi harus bisa. InsyaAllah.
Pilihan terbaik adalah memilih yang terbaik dan menjadi lebih baik, atau menghasilkan sesuatu yang lebih baik.

Beiau juga memberi gambaran tentang salah satu judul. Tentang sebuah program atau simulasi yang bisa memanggil nama orang dari sejumlah data Wiki berbahasa Indonesia. Masalahnya, bagaimana caranya supaya progam bisa mengenali mana nama mana buka nama, dan menampilkan segala informasi berkaitan dengan nama yang diminta. Karena ada orang yang namanya pake nama kota, nama benda, dsb. Ya gitu deh, kurang lebih.

“Kira-kira mana yang akan lebih sulit pak?” tanya ku tanpa menunjukkan ragu-ragu. Mungkin itu pertanyaan bodoh. Tapi begitulah, begitu menyeramkan terasa ketekunan dan kontinuitas yang harus kulakoni jika aku berhubungan dengan programming.

“Yang penting kalau mau bimbingan dengan saya, harus serius!” itu kata-kata yang akan terus kupegang. Dan ingin selalu kuingat supaya ada sedikit ‘gentar’ ketika aku berniat tidak serius. “Jangan konsul sehari, 10 hari sibuk di luar!” itu kalimat lain yang juga harus kusimpan. Aku harus komit untuk menyelesaikan ini. Sekitar dua bulan lalu, aku pernah niat tinggalkan siaran untuk TA. Aku tak bisa janji untuk meninggalkan, tapi jika perlu, mudah-mudahan akan langsung caw. Tidak ada lagi basa basi dengan rasa. Toh, memang tidak ada yang mengikatku untuk berada di sana. Aku bebas pergi kapan saja kan??! Mengapa mempertaruhkan sesuatu sekali seumur hidup untuk sesuatu yang hanya memuaskan keinginan belaka. Jika memang harus pergi, ya pergi saja.

Memalukan sekali

Sekalipun mungkin ini manusiawi. Tapi sudah cukuplah. Terlalu banyak tersita energi untuk menyembuhkan luka ini. Capek. Sebuah kata yang sama memalukannya untuk dituliskan. Tapi sengaja kutuliskan, supaya aku bisa mempermalukan hatiku di hadapan sisi hati yang lain yang tidak merelakan pembagiannya yang tidak adil dan tidak pada waktu yang tepat.

Subhanallah! Dalam rentang retak hati yang masih berserak, begitu banyak hal membahagiakan yang patut disyukuri. Alhamdulillah, dalam sayup luka yang masih merah, Engkau masih sisakan tempat dalam hatiku untuk bersyukur.

Inilah waktu untuk bangkit kembali. Sudahlah. Luka itu nanti akan menemukan sembuhnya. Aku tau itu. Aku yakin itu. Dan malam ini semua ingin ku akhiri Ya Rabb...

Jika ini jalan ku untuk kembali mendekat kepadaMu, aku bersyukur. Jika hal paling menyakitkan ini justru paling baik bagiku, aku akan coba menerima.

Aku memang bukan Khatijah yang mampu meminangmu
Aku memang bukan Aisyah yang melengkapi keceriaanmu
Aku bukan Fatimah yang memenuhi hatimu dengan sayang...
Aku tidak bisa menjadi semuanya
Aku pada zamanku adalah diriku yang selalu berusaha menjadi lebih baik dengan menjadikan mereka teladanku... semoga!

Sabtu, 16 Agustus 2008

manakah cek yang bisa membayarnya??!

Sungguh tidak ada senilai cek pun yang bisa melunasinya…
Dikisahkan ada seorang anak yang menyodorkan selembar kertas berisi tulisan semacam tagihan kepada ibu. Isinya: Memotong rumput 5 dolar, membersihkan kamar 1 dolar, pergi ke toko menggantikan ibu 0.5 dolar, menjaga adik waktu ibunya belanja 0.25 dolar, membuang sampah 1 dolar, untuk rapor yang bagus 5 dolar, dan untuk membersihkan dan menyapu halaman 2.99 dolar. Total utang ibu kepadaku: 14.75 dolar.
Si ibu menatap anaknya lekat-lekat, lalu mengambil bolpen, dan kemudian menulis di balik kertas tersebut. Isinya begini: Untuk sembilan bulan ketika Ibu mengandung kamu selama tumbuh dalam perut Ibu, Gratis. Untuk semua malam ketika Ibu menemani kamu, mengobati kamu, dan mendoakan kamu, Gratis. Untuk semua saat susah, dan semua air mata yang kamu sebabkan selama ini, Gratis. Kalau dijumlahkan semua, harga cinta Ibu adalah Gratis. Untuk semua malam yang dipenuhi rasa takut dan untuk rasa cemas di waktu yang akan datang, Gratis. Untuk mainan, makanan, baju, dan juga menyeka hidungmu, Gratis, Anakku. Dan kalau kamu menjumlahkan semuanya, harga cinta sejati Ibu adalah Gratis.
Setelah itu, si anak berkata kepada ibunya, “Bu, aku sayang sekali sama Ibu” Dan kemudian si anak mengambil bolpen dan menuliskan dengan huruf besar: “LUNAS”

tabuh pun memanggil

Tabuh itu sudah berbunyi lama
Dentam bunyinya baru sayup di telinga
Tabuh itu sudah berbunyi lama
Tapi aku baru sadar
Bahwa dentam itu akan semakin keras

Aku tak bisa lagi menunggu
Waktunya atau bukan
Aku harus bergerak
Sudah cukup hening aku berpikir
Sudah cukup alasan untuk tidak melakukannya

Begitu bodohnya
Memberi waktu pada lalai
Membiarkan angan menguasai pikiran

Perang sudah lama dimulai
Dan aku kehilangan barisan
Kehilngan pedang
Memalukan

Riuh itu kini terasa mendebarkan
Kematian tidak lebih mengakhawatirkan
Ketimbang kepulangan dalam kekalahan
Kematian ini akan mengerikan
Karena aku tidak punya persiapan

cinta itu...

Cinta tidak pernah menghancurkan
Apalagi berusaha membunuh kita

Cinta sama seperti kita
Ia hanya minta untuk dimengerti
Mengerti bahwa
Kadang kita harus kehilangan ketika ingin memiliki
Kadang kita harus menjauh ketika di dera rindu
Sering kita harus merelakan ketika hasrat begitu tinggi
Sering kita harus memberi ketika kita tidak punya apa-apa
Meminta kita berkorban ketika kita sudah sangat terluka
Meminta perhatian lebih ketika kita merasa gersang kasih sayang

Aku tak bisa memaknainya dengan sempurna
Begitu juga kau dan yang lainnya, setuju kan??

Benar bahwa ia tak pernah permisi
Tapi ia datang dengan lembut dan mengetuk sisi hati
Sisi hati yang boleh jadi penuh dengan cinta
Sisi hati yang mngkin begitu rapuh
Sisi hati yang mungkin begitu keras
Sisi hati yang mungkin tidak pernah kita hiraukan

Cinta, begitu sempurna
Kita, masing-masing,
Tidak pernah dapat menggambarkannya dengan sempurna

Benar, cinta tak pernah menunggu
Ia mendahului waktu dan menuliskan ingin dalam hati

Cinta itu tidak kejam
Hanya kita kadang memaknainya sekehendak hati
Mencampurnya dengan nafsu yang sering menguasai kita
Menjadikannya alasan membenarkan persepsi
Mengagungkannya lebih dari Sang Pencipta cinta...

Cinta memang ada
Aku sendiri
Kamu sendiri
Kita, masing-masing
Tak kan mampu mendefinisikannya dengan sempurna

Kita hanya perlu mengerti tanpa minta untuk dimengerti
Kita hanya perlu menyanyagi tanpa minta dikasihi
Kita hanya perlu memberi tanpa berharap menerima
Kita hanya perlu berkorban dan tidak berharap imbalan

Mungkin kita akan merindukan tanpa pernah menemuinya
Mungkin kita akan kehilangan tanpa pernah memilikinya
Mungkin kita akan meminta tanpa pernah mendapatkannya

Begitulah
Begitu rumit dan membingungkan
Terlihat sederhana tapi begitu sempurna

Aku sendiri, tiada bisa memaknai dengan sempurna
Karenanya maafkanlah,
Jika aku tiada dapat mencinta dengan sempurna

Ia-lah...
Yang menciptakan cinta
Mendefinisikan dengan sempurna
Memberikannnya dengan sempurna
Dan satu-satunya,
Yang mencintai dengan sempurna

kepak semakin berat

Betapa hancurnya...
Betapa remukknya...
Berkeping waktu memmecah hati
Dan tidka tau bagaimana mengumpulkan remah berserakan
Sakit
Betapa sulit menyembuhkan luka
Air mata, berhentilah mengalir supaya semua terlupakan
Atau menganak sungailah supaya tak berbekas jejak tertinggal
Bersembunyilah rasa, menghilanglah perlahan, supaya aku tenteram

Kepak serasa berat
Patah tak memberi waktu untuk sekedar menahan nyeri menyesakkan
Perjalanan tak tau ujungnya
Perhentian ini terasa bermanfaat, pasti
Melanjutkan perjalanan adalah pilihan terbaik

ambillah kembali

Bismillah

Aku tak sanggup menahan dan menunggu malam tiba
Menunggu sunyi dimana hanya ada aku dan sepi
Mengetikkan rasa hati yang hampir 30 hari barantakan

Hari ini
Ku kira semuanya telah berlalu
Kukira hari telah mengantar mentari seperti biasa
Kukira angin telah berhembus dan awan hitam telah menghilang

Ternyata aku lemah
Jiwa ini Engkau yang menggeggamnya
Ternyata hati ini begitu masih gundah
Lukanya masih basah dan kini terbuka lagi

Inikah rasanya sakit?
Kalau begitu telah tahulah aku akan rasanya

Kukira
Permainan itu sudah kuakhiri
Tapi aku salah
Ternyata aku tidak bisa mengakhirinya sendirian
Tidak bisa sendirian

Sekerat hati ini
Ambillah kembali Ya Rabb
Dan untuk selamanya

Senin, 11 Agustus 2008

Mensyukuri Impian

Betapa tidak puasnya kita dengan apa yang telah Allah titipkan kepada kita. Betapa sedikit syukur, dan betapa sering kita mengeluh dengan apa yang sudah di tangan kita. Begitulah...

Kalau kita hitung-hitung, sedikit sekali keinginan kita yang tidak dipenuhiNya. Hayo! Coba hitung satu persatu. Mulai dari yang paling dekat. Baju yang kita pakai, tas yang kita kenakan, sandal yang kita pake untuk jalan, jurusan tempat kuliah kita sekarang, dsb, so, nikmat mana lagi yang mau kita dustakan??! Bahkan banyak hal (baca: nikmat) tak terduga yang ternyata sangat kita cintai dan kita sukai. Mungkin ketika kecil dulu pernah pengen jadi ilmuwan. Dan sekarang pun sedang kuliah di jurusan yang menempa kita untuk menuju kesana. Eh baru ingat, kalau ternyata kita tidak memanfaatkannya dengan benar. Padahal itu mimpi masa kecil kita, yang siapa nyana akan terkabul. Jalan yang panjang dari masa kecil hingga kuliah membuat kita lupa keinginan dan mimpi yang pernah kita punya dulu. Dan ketika itu terkabul, kita merasa biasa saja. Tidak mensyukurinya dengan maksimal. Tidak mensyukurinya dengan memanfaatkan nikmat itu sebaik mungkin. Nyesel kan??!

Masa yang berlalu hingga kita melupakan bahwa kita pernah memimpikan hal itu, boleh jadi di dalamnya kita sama sekali tidak melihat tanda-tanda akan menuju kesana. Dengan kata lain, ketika bermimpi, ya sekedar bermimpi. Tidak ada tindakan yang kita lakukan untuk mewujudkan mimpi itu. Makanya kita lupa. Kalau pun ada yang kita lakukan itu sedikit sekali dan seringnya tanpa kesadaran penuh bahwa itu semua kita lakukan untuk mencapai mimpi. Wajar! Waktu itu kita masih kanak-kanak, tidak bisa membedakan mana hal yang kita senangi dan mana hal yang seharusnya kita lakukan, iya kan??! Maunya sih senang-senang melulu... hehe

Dan sekarang kita sudah sedikit lebih dewasa. Karena sudah banyak melihat, mendengar, dan melakukannya sendiri. Karena itu, kalau bermimpi, catatlah baik-baik dalam memori, di catatan harian, di mana pun yang membuat kita sering melihatnya. Supaya kita ingat bahwa kita punya impian itu. Supaya ketika yang Kuasa berkenan mengabulkannya, meskipun dalam keadaan setengah dari yang kita impikan, kita masih nyadar untuk memanfaatkan karunia itu sebaik mungkin. Tanpa mengeluh dengan konsekuensi/kerugian yang timbul dari terpenuhinya mimpi itu.

Ketika bermimpi, seringnya, kita hanya membayangkan yang indah-indahnya saja. Seringnya lupa mendaftarkan segala kemungkinan buruk jika impian itu terkabul. Padahal sudah menjadi keniscayaan, bahwa ketika kita menerima sesuatu maka kita juga akan mengeluarkan dalam jumlah yang hampir sama. Begitu kan hukum keseimbangannya??! Ketika kita harus meluangkan waktu untuk impian kita, akan ada waktu yang tersita yang biasanya kita gunakan untuk senang-senang, ngumpul dengan temen, keluarga, dan melakukan hal lain yang enjoyable bagi diri pribadi.

Ini adalah hal yang mutlak akan terjadi. Dan selalu akan menyertai setiap kita ingin mewujudkan impian, atau ketika impian kita tercapai. Dalam kondisi seperti ini bisa jadi kita akan mengeluh, menyalahkan banyak hal, tertekan karena tidak ada waktu untuk dir pribadi, merasa tidak mendapat hasil yang setimpal, dsb. Dan teman saya pernah bilang, bagaimana kalau hal ini terjadi setelah kita menikah??! Yup! Siapa tau pasangan yang akan kita nikahi nanti memang merupakan seseorang yang kita impi-impikan. Betapa beruntungnya ya??! Tapi setelah melalui hari-hari, bulan-bulan, dan bertahun-tahun setelah menikah, bagaimana kalau perasaan tidak puas, mengeluhkan pasangan, atau merasa seluruh waktu kita tersita untuk membagiakan pasangan menjadia hal yang sangat membebani kita??!

Memang, semua orang bilang, siap menikah berarti siap untuk saling menerima segala bentuk kekurangan dan mensyukuri kelebihan, juga saling melengkapi. Tapi apakah memang akan semudah itu??! Hayo! Yang sudah menikah, jawablah pertanyaan ini dalam hati.

Menikah adalah nikmatNya. Bisa menikah dengan orang yang kita cintai apa lagi... sebelum menikah, kita berjanji (sekalipun sekedar pada diri sendiri) untuk meminimalkan mengeluh dan mencoba menerima kondisi yang ada, dan terus saling memperbaiki diri masing-masing; intinya siap dengan segala konsekuensi.

Nah, kalau menikah itu impian kita, bagaimana dengan impian-impian yang lain??! Adakah kita memikirkannya sesempurna kita memikirkan pernikahan itu? Atau berusaha menjalaninya dengan cara yang sempurna. Menerima konsekuensinya, mensyukuri dengan melakukan hal terbaik untuk mendapatkan hasil semaksimalnya, menyerahkan segala hasilnya pada zat yang menganugerahi kita nikmat dan kemampuan untuk mengelolanya. Sudahkah??!

Karenanya, bagi yang belum menikah, jangan terburu-buru, boleh jadi Allah masih menunda kita bertemu dengan seseorang yang kita tunggu, karena memang ternyata kita belum siap untuk mensyukuri nikmat itu. Wong nikmat yang sudah ada saja kita belum cukup nyadar untuk mensyukurinya, apalagi nikmat sedahsyat pernikahan.

Berproses dalam mewujudkan impian itu, tidak bisa dipungkiri sangat menyakitkan dan melelahkan. Butuh banyak energi, sebanyak energi yang dibutuhkan kepompong untuk menjadi kupu-kupu. Tentu di samping menyakitkan, ada yang lebih indah dari impian itu sendiri, yaitu out come dari proses itu sendiri, menjadi kupu-kupu yang indah.

Sekarang, coba kita ingat-ingat sekali lagi, berapa banyak keinginan kita yang belum terpenuhi. Catat. Dan buktikan lah bahwa ini akan terpenuhi, cepat atau lambat, tergantung dari sebesar apa hasrat kita untuk memilikinya dan usaha kita untuk mendapatkannya. Lha, keinginan kita saja yang cuma lintas di hati saja bisa kejadian , gimana lagi dengan keinginan yang benar-benar kita usahakan??! Dan yang pasti kita harus siap dengan semua konsekuensinya, termasuk konsekuensi bahwa impian itu akan terganti dengan sesuatu yang lebih baik, alias impian itu tidak tercapai sesuai yang kita harapkan.

Kalau ternyata memang banyak diantara nikmat yang kita terima belum kita syukuri dengan baik, la tahzan, masih ada waktu untuk memperbaiki semuanya. Nikmat adalah setiap yang membuat kita tersenyum, segala sesuatu yang membuat kita senang, sesuatu yang memberi kita pelajaran, semua yang memudahkan langkah kita, bahkan juga segala sesuatu yang menguraikan air mata, segala sesuatu yang menggundahkan hati, semua bentuk penundaan, dan musibah-musibah yang tak terduga. Yakinlah, nikmat Allah itu ada di setiap sel, setiap detik, setiap ruang yang kita tempati, jadi tunggu apa lagi, bersykurlah dengan memanfaatkan nikmat yang ada untuk menjadi semakin berguna untuk sesama dan semakin dekat denganNya.

Satu hal, bukanlah nikmat itu yang kita tuju, tapi ridha dan cinta dari zat yang memberi nikmatlah yang kita cari. Semoga kita semakin cerdas memanfaatkan nikmat ‘ini’ untuk semakin dekat kepadaNya... amien.

Syukran jazakallah untuk ‘semua’ yang sudah menginspirasi 
Semoga kita menjadi lebih baik setiap hari

Kamis, 07 Agustus 2008

re-write my life...

Mungkin skenario ini memang harus sedikit berubah

Tak mengapa
Toh aku masih bisa menjadi peran utama, jika mau
Mungkin aku harus lebih banyak belajar mengambil gambar
Tidak cukup hanya dari satu ‘angle’
Tidak cukup hanya dari satu kamera sendiri
Siapa tau memang harus menyewa kameramen lain
Berusaha menjadi profesional perlahan-lahan
Lebih baik, ketimbang tidak pernah mencoba...

Durasi kadang kan terasa lama,
Dan memang perlu membaginya menjadi episode lebih pendek
Akan membantuku mengerjakannya lebih baik
Membantuku mengevaluasi dengan cermat
Mengurangi kesalahan yang ingin kuhindari setelahnya

“Ok crew, masa rehat selesai!
Kita akan kembali mengambil gambar
Bersiap-siaplah dengan aksi paling menawan!"

Jangan khawatir,
Kata “cut” akan selalu nyaring terdengar
Otomatis, jika ada adegan tak pantas
Atau mungkin patut untuk di hargai
Atau mungkin seluruh sesi pertunjukan memang telah selesai...

Oya, satu hal
Pertunjukan ini hanya sebentar,
Berikanlah akting paling jujur dan paling baik yang kita punya!

semester lanjut!!!

Semester sebelass??? Bukan angka yang gampang untuk disebutkan. Idealnya kan mahasiswa itu menamatkan kuliah hingga semester 8 – 10 saja. So what’s up??! Yup, here i am (tapi sayangnya kata-kata ini tidak bisa melanjutkan lirik-lirik lagu Bryan Adam yang indah itu).

Sekitar tiga minggu lalu, dapat pengumuman dari jurusan, mengenai syarat untuk yudisium. Aku memang tidak targetkan yudisium bulan Agustus. Tapi sekedar baca, soalnya pak Hizir suka tanya di pertemuan TA segala info berkaitan dengan wisuda, yudisium, tanggal terakhir untuk bisa wisuda bulan 8, tanggal terakhir untuk bisa yudisium bulan 8, dan tanggal penting lainnya. Cape deh! Siapa suruh jadi “kepala suku” grup TA bimbingan pak Hizir. Bungkus dah!

Nah, dari pengumuman itu, ketauan kalau untuk bisa yudiisum bulan Agustus mahasiswa tidak boleh memiliki D lebih dari 8 sks. Padahal dua semestter yang lalu, bukan 8 sks minimalnya, lebih banyak. Makanya mata kuliah yang kukantongi nilai D, dibiarkan saja ngDodol di KRS-ku. But now, ga dipaksa pun, aku harus memperbaiki nilai D ini.

Kabar baiknya, jika aku bisa dapat nilai yang lebih bagus (dan memang harus bisa), IPK akan sedikit terdongkrak. Kabar buruknya, ketiga mata kuliah, yang masing-masing 3 sks, itu semua sama menyeramkannya. Analisis 1 dan Analisis 2, adalah momok bagi ku (dan kurasa bagi setiap mahasiswa Matematika). Jangan kata dosennya. Hitung-hitungannya tidak banyak, tapi teksnya justru begitu sulit untuk dipahami. Bahasa matematika tingkat tinggi. Butuh analisa, logika, dan khayalan dari bulan.... ops, what the maksud?? Yup, memang begitu menurutku. Memang dimana-dimana mata kuliah sejenis ini butuh banyak latihan. Dalam mata kuliah ini, selain belajar menganalisis, juga belajar menulis matematika, belajar, dan untukku ini juga belajar untuk tidur di kelas haha.. cape deh pokoknya... hehe.

PBO (Pemograman Berorientasi Objek), padahal sebelumnya aku berencana untuk memperbaiki mata kuliah ini saja. Pertama kali ambil mata kuliah ini, aku dapat C. Trus nekat perbaiki karena pede amir bakal dapat A atau minimal B, ga taunya malah pak Zahnur jauh lebih nekat, dan aku pun dapat D! Mantap! Memang tidak lebih mudah. Apalagi kalau masih pake bahasa Java. Tapi masih lebih mending ketimbang Analisis 1-2.

Dan untuk semester yang sudah kudaftar ini, aku hanya bisa mengambil mata kuliah Analisis 1 untuk diperbaiki. Karena baik PBO biasanya dibuka pada semester genap. Analisis 2? Otomatis tidak masuk pilihan lagi. Ya sudahlah!

Target untuk mendapat nilai bagus tentu harus dirancang dari sekarang. Mulai dari pinjam teks book (baca: diktat) sama adik kelas, sampe menghubungi kakak kelas yang T-O-P B-G-T untuk privat... ho..oh, mudah2an menjadi semester yang menyenangkan (baca: cukup untuk membuat bulu kuduk merinding, mata berkantung, dan ngopi setiap sebelum jam kuliah sudah pasti!). amien!

Trus TA (tugas akhir) gimana?? Kemarin itu rencananya mo ganti topik dari Search Engine ke Internet Radio, tapi pak Hizir menganjurkan supaya aku menunggu pak Taufik yang kabarnya akan mulai berada di Banda Aceh sekitar awal Agustus. Ya gitu deh. Maksudnya supaya bisa tanya-tanya dulu ke pak Taufik, mana tau judul itu masih bisa dilanjutin. Target wisuda otomatis juga akan bergeser 1 semester lagi!! 1 semester lagi??? Iya, setelah sebelumnya molor dua semester alias 1 tahun. Batapa meruginya.

Trus, target menikah??! Wacks!!! Ini ne, pertanyaan paling indah, panjang, dan lama kalo dijawab di sini. Abis, kalau dijawab musti menghayal dulu ne Ha ha, makanya jawabnya di kesempatan yang laen aja deh. Eh, btw, siapa yang nanya ya??! Tapi impruv dikit ga apa ya, hehe... menyenangkan hati sendiri..

Ya begitulah, awal semester selalu mendebarkan. Kadang juga mengerikan, mengingat beberapa semester selalu berkahir tanpa hasil yang memuaskan dan tidak sesuai target. Katanya sih, selalu ada pembelajaran kalau ada kegagalan, selalu ada hikmah kalau ada penundaan. Tapi kalau gagal gagal melulu, apa bisa dikate sukses mengambil pelajaran ya??. Wong, kalo kita kuliah aja dibilang bisa mengambil pelajaran tu kalau bisa dapat nilai minimal B... artinya kalo mo mengambil pelajaran ya musti sukses gitu, sekalipun sukses di ujung2nya... hehe (maksa betul!)

Semester ini akan berakhir pada sekitar bulan Februari. Ini bukan waktu yang lama. Sekalipun banyak hal yang bisa terjadi di dalamnya. Janji dah, ga maen-maen lagi. InsyaAllah... amien.

game is over

Bebayang itu masih berkelebat, nakal
Atau memang ia tak ingin menjauh
Atau aku yang tak rela lepaskannya??!
Kadang-kadang itu terasa begitu menyiksa

Sudahlah
Permainan ini sudah selsai bukan?
Kadang aku perlu untuk menghentakkan hati
Sekedar mengatakan padanya bahwa ini sudah berakhir
Aku perlu sering mengingatkan
Karena rasa itu terlalu membekas padanya

Permainan ini sudah berakhir, sudah berakhir,
Memulai dan mengakhiri dengan caraku sendiri
Sudah cukup larut untuk ku berduka
Sudah cukup waktu untukku menanti
Benderang ini menyilaukan
Ternyata hanya ada aku dan cahaya

Bebayang itu kadang masih berkelebat, nakal
Atau memang ia tak ingin menjauh
Atau aku yang tak rela lepaskannya??!

Dengarlah hati!
Permainan ini sudah ku akhiri
Aku masih perlu banyak berlatih
Untuk memenangkannya dengan seseorang yang lain